Sesak, asap menggumpal, menutup seluruh isi ruangan bagaikan kabut.
Tarani tersungkur di tepi sudut ruangan seraya menggenggam sebotol alkohol yang hanya menyisakan beberapa tetes lagi. Matanya terlihat sayu dan mulai ada banyak sekali bintang bergerak, berputar-putar, mereka ada di mana saja, ternyata meminum banyak alkohol bukanlah sesuatu yang baik, tapi apakah sedari awal semuanya memang sudah berjalan dengan baik?
Seorang pria membuka pintu, dan berjalan masuk ke dalam—menutup rapat pintunya kembali dengan langkah terburu-buru, tangan kanannya terlihat tengah memegang sekantung plastik kecil, yang di dalamnya berisi sesuatu yang diinginkan oleh semua orang.
Lelaki itu membuka kantung plastiknya yang berisi tembakau dan narkotika sejenis marijuana. Dan meletakkannya di atas meja, agar dapat dengan mudah dijangkau oleh semua orang. Anak-anak muda selalu berpikir bahwa mengonsumsi barang-barang seperti ini akan membuat mereka dengan cepat diakui oleh anak-anak seusianya, melakukan suatu perbuatan yang menyimpang akan membuat mereka merasa bahwa itu adalah sesuatu hal yang keren.
"Mana Deni?" tanya salah seorang Pria.
"Dia lagi ada urusan dulu sebentar," jawab Pria yang membawa sekantung plastik itu. "Kata Deni, kalau kalian mau pake, ambil aja langsung, gak perlu nunggu dia dulu."
Tarani beranjak bangun, dan hendak mengambil satu untuk dirinya, tetapi entah kenapa ketika hendak bangun kepalanya tiba-tiba mendadak sakit dan terasa begitu mual, ingin segera muntah. Makanan yang telah tercerna dengan baik tiba-tiba memberontak dan berusaha untuk keluar. Ia terpaksa harus kembali duduk, dan meminta tolong pada salah satu temannya untuk membawakan satu untuknya.
"Tolong buatkan satu untukku!" pintanya, dengan mata yang seperti orang mengantuk, karena terlalu banyak menghisap rokok suaranya juga menjadi terasa berat dan sesak. "Aku minta satu botol lagi!"
Tarani mengambil sebotol alkohol dan sebatang rokok yang telah dilintingkan oleh temannya, dan di dalamnya tentu saja telah di isi dengan ganja. Ia menempelkan salah satu ujung rokok pada mulutnya, dan mulai membakar pada ujungnya yang lain, menghisap dengan cepat secara berulang, lalu menghembuskan asap terakhirnya dengan perlahan.
Terasa begitu nyaman dan menenangkan, kadar hormon kebahagiaan dalam dirinya kembali meluap, dan menimbulkan euforia kepada dirinya.
Terdengar suara seseorang mengetuk pintu ruangan dengan sangat keras berulang kali. Suara ketukan itu semakin keras setiap kalinya. Suaranya menggema dan membuat semua orang yang berada di dalam ruangan saling menatap waspada, mereka berpikir itu adalah seorang aparat yang siap menyergap mereka.
"Siapa itu?" tanya salah seorang pria, yang kemudian saling bertukar pandang dengan yang lainnya.
"Apa ada seseorang yang mengikutimu?" kali ini tanya dari seorang wanita, raut wajahnya dipenuhi dengan rasa takut.
Gelengan kepala pria itu terlihat meragukan. Semua orang nampak sudah begitu pasrah dan bersiap-siap dengan kemungkinan yang akan terjadi, berbeda sekali dengan Tarani yang masih saja asyik merokok di pojok ruangan. Dia sangat menikmatinya. Tarani sudah lupa dengan lingkungan sekitarnya, dan hanya fokus dengan asap rokok dan alkohol yang dia minum.
Suara ketukan itu terdengar semakin cepat, cepat dan keras, tak ada satupun orang yang berani membuka atau sekedar mengintip siapa yang sedang berada diluar. Mereka tetap terdiam di tempatnya. Mereka tidak bisa melarikan diri, pintu itu adalah satu-satunya akses keluar-masuk bagi mereka. Kini ketukan itu berhenti, disaat suasana menjadi hening dan merasa begitu lega, tiba-tiba pintu tersebut terlepas dari tempatnya.
Semua orang yang berada di dalam ruangan semakin cemas, karena pintu rapuh itu didobrak secara paksa oleh seorang pria. Mereka berpikir mungkin ini akan menjadi akhir dari masa muda, dan mereka sama sekali tidak menyesal, semua hal yang mereka lakukan selama ini terasa menyenangkan. Mereka telah bersiap mengatakan selamat tinggal pada kehidupan sosial.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sunflower
Teen FictionAnak-anak terlahir karena keegoisan orang tua. Mereka tidak pernah meminta untuk dilahirkan, mereka juga tidak bisa memilih oleh siapa mereka dilahirkan. Sangat adil jika kamu terlahir dengan keluarga yang baik, tapi ketika kamu terlahir dengan kelu...