Kebodohan orang tua sama dengan penderitaan untuk anak.
Itulah yang menjadi alasan kenapa ada banyak anak sulit memaafkan kesalahan kedua orang tuanya. Meski dalam perkataan mereka meyakinkan bahwa dirinya telah memaafkan kesalahan kedua orang tuanya, tetapi dari dalam bawah sadarnya, dia selalu mempertanyakan itu kembali.
Setelah terbangun dari tidurnya, Vikrama melihat Tarani telah terbangun dari tidur panjangnya, terdiam, melipat kedua kakinya seraya menonton sebuah acara pada layar televisi. Tarani tersenyum sesekali ketika muncul sebuah lawakan lucu dari acara tersebut, dan Vikrama juga ikut tersenyum setiap kali melihat Tarani tersenyum.
"Selamat pagi!" sapa Vikrama begitu Tarani melirik ke arahnya.
Pagi? Tarani menaikkan alis heran, lalu menatap jam yang tertempel pada dinding telah menunjukkan pukul tengah hari, "Selamat siang, tuan yang selalu tertidur," ucapnya seraya menutup mulut dengan tangannya, terkekeh pelan begitu melihat wajah Vikrama.
"Kenapa?" untuk sesaat Vikrama merasa percaya diri, berpikir jika Tarani terkekeh karena melihat wajahnya yang tampan dan lucu, hingga akhirnya ia pergi ke kamar mandi untuk mencuci mukanya, ia tiba-tiba berteriak dan segera kembali ke tempat Tarani berada dengan langkah tergesa-gesa.
"Ini ulah siapa?" tanyanya dengan menunjuk wajahnya yang penuh dengan gambaran spidol berwarna hitam.
Tarani berusaha menutupi tawa dalam wajahnya. Tapi tidak bisa, coretan yang dibuat Akmal pada wajah Vikrama nampak begitu lucu. Suatu hal vulgar yang mungkin terlalu keterlaluan dalam sebuah candaan. Ia menutup wajah dengan tangannya, ia sudah tidak kuat untuk terus menatap wajah Vikrama.
"Jangan tertawa!" teriak Vikrama seraya ikut terkekeh. Tapi, Tarani tidak mengindahkan perkataan Vikrama, suara tawanya malah semakin kencang dan menjadi-jadi.
Kebetulan sebuah spidol masih tergeletak di atas meja. Vikrama yang sedang berjalan mendekati Tarani, dengan segera meraih spidol tersebut dengan tangannya, "Kamu yah!" ia berusaha membalas perbuatan Tarani dengan mencoret balik wajahnya.
Tarani memberontak, "Hentikan!" katanya. Mereka cukup bersenang-senang, tawa mereka semakin keras setiap detiknya. Hal-hal buruk terlupakan begitu saja. Ada saat di mana mereka dalam sebuah momen yang bagus, wajah mereka saling mendekat dan mata mereka begitu berbinar, Vikrama berada di atas dengan salah satu tangannya memegang kedua tangan Tarani. Mereka terdiam, Tarani mulai menutup matanya secara perlahan, menunggu Vikrama yang datang kepadanya.
Tapi apa yang diharapkan tidak terjadi, Vikrama bukanlah seorang pria yang dipenuhi dengan nafsu atau seseorang yang tidak bisa menahan hasrat dalam dirinya. Ia memberikan sebuah coretan panjang pada wajah Tarani seraya tertawa puas, seakan pembalasannya telah terbalaskan. Sebaliknya Tarani merasa begitu terkejut, sungguh bodoh ketika ia mengira Vikrama akan mengikuti momennya. Ia terdiam untuk sesaat, melihat Vikrama yang masih tertawa, lalu beranjak dan pergi ke kamar mandi untuk membersihkan coretan-coretan yang juga tak sengaja terkena pada sekitar kedua pergelangan tangannya, juga goresan terakhir yang dibuat Vikrama pada wajahnya.
Ketika Vikrama mengikuti langkahnya, dan berdiam di belakang untuk menunggu Tarani yang sedang membasuh kedua tangannya. Terpikirkan sepintas ide dalam benak Tarani untuk menjahili Vikrama.
"Sial!" teriak Tarani, dan mulai membasuh lengannya dengan cukup kuat, tapi itu tidak membuat Vikrama bergeming. Lalu ia mencoba untuk berteriak dan membasuhnya lebih kuat. "Sialan, ini gak bisa dihapus."
Mata Vikrama seketika membelalak terkejut. "Serius Tara, jangan bercanda!"
"Aku sangat-sangat serius."
"Itu sama sekali gak lucu Tara!"
Sesaat Tarani diam membisu, fokus mencuci kedua tangannya dan itu menambahkan kepanikan dalam diri Vikrama. Tidak seperti Tarani yang hanya tercoret beberapa garis saja, wajah Vikrama hampir tertutupi semuanya oleh spidol.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sunflower
Teen FictionAnak-anak terlahir karena keegoisan orang tua. Mereka tidak pernah meminta untuk dilahirkan, mereka juga tidak bisa memilih oleh siapa mereka dilahirkan. Sangat adil jika kamu terlahir dengan keluarga yang baik, tapi ketika kamu terlahir dengan kelu...