Diskusi malam, itu adalah pembicaraan yang secara tidak sengaja tercipta oleh kedua bersaudara yang selalu dilakukan begitu malam tiba. Mereka berdiam di dalam kamar Vikrama, merokok dan meminum sebuah kopi untuk membicarakan apa saja yang telah mereka lalui hari ini. Terkadang pembicaraan ini berlalu singkat, tetapi terkadang ini juga berlangsung lama, tergantung dengan seberapa banyak hal yang harus mereka bahas.
"Jadi, ke mana saja kamu pergi seharian ini dengan motorku?" tanya Akmal begitu Vikrama masuk ke dalam kamarnya.
"Apa kamu tidak sedikitpun mengerti tentang privasi, untuk selalu bertanya sebelum memasuki kamar orang lain?" tanya balik Vikrama.
"Aku sudah mengirimkan pesan padamu ok, ada sesuatu yang ingin kucari di dalam kamarmu." Akmal mengeluarkan sebatang rokok dari dalam bungkusnya. "Tapi tidak ada satupun pesan balasan darimu, bahkan hanya untuk sekedar membaca saja tidak. Jadi, aku putuskan untuk langsung masuk saja ke dalam. Maaf!"
Vikrama menaikkan sedikit alisnya, merasa heran karena selama tadi tidak pernah terdengar suara pesan notifikasi dari dalam ponselnya. Ia kemudian mengeluarkan ponsel dari dalam saku celananya untuk mengecek apakah Akmal memang benar mengiriminya pesan atau tidak, dan ketika melihat ponselnya, ternyata ponselnya telah kehabisan baterai.
"Ok." Vikrama mengambil sebuah kabel untuk mengisi ulang daya baterainya. Hari-hari yang ia jalani bersama dengan Tarani membuat dirinya melupakan semua keberadaan di dunia ini. Dia merasa seperti tidak tidak ada orang lain di sekitarnya dan ternyata itu cukup menyenangkan. Duduk berdua di tempat yang sama dengan orang yang kamu cintai, tanpa merasa bosan meski matahari telah meninggalkan tugasnya, melupakan sekejap kenyataan hidup yang penuh dengan penderitaan, itulah arti cinta yang diberikan oleh Tuhan.
"Apakah kamu ingin mengganti ponselmu dengan sesuatu yang lebih baik?" tanya Akmal merasa prihatin dengan saudaranya yang hanya memakai ponsel keluaran lama, dan juga telah mengalami keretakan pada bagian layarnya. "Mungkin aku bisa membelikan satu untukmu, itupun jika kamu mau."
"Terima kasih, tapi tidak perlu." Vikrama mengambil handuk yang menggantung di belakang pintu. "Selama ponsel ini masih bisa kugunakan untuk mengirimkan pesan, aku tidak akan menggantinya. Simpan saja uangmu untuk kebutuhan yang lebih penting nanti di masa depan!"
Akmal hanya tersenyum dengan kesederhanaan saudaranya, tapi disisi lain ia juga merasa khawatir jika Vikrama akan menjadi bahan cemoohan setiap murid di sekolahnya, mengingat sekolah yang ia masuki adalah sekolah bergengsi yang diisi dengan murid-murid kalangan menengah ke atas. Dan tentu saja jelas mereka selalu menggunakan barang-barang terbaru dan kekinian. Hidup dalam perbedaan adalah sesuatu yang cukup sulit.
"Jangan khawatir, aku baik-baik saja," kata Vikrama yang sepertinya dapat membaca rasa khawatir dalam raut wajah Akmal, kemudian berjalan pergi keluar kamar bersama dengan handuk yang ia simpan pada pundaknya.
Akmal kembali berada di ruangan ini seorang diri, asap rokok perlahan keluar melalui rongga-rongga mulutnya. Dia penasaran, apa yang terjadi jika saat itu Vikrama tidak menyelamatkannya? apakah mungkin akan ada perubahan yang signifikan atau semuanya akan berlalu sama seperti saat ini? dan apakah mungkin juga jika itu adalah pilihan yang benar sementara saat ini adalah sebuah kesalahan? hidup dalam kemungkinan tidak akan pernah ada kata selesai, tapi itu memberikan kita cukup fakta bahwa ada beberapa hal yang harus kita lakukan untuk menutup semua kemungkinan-kemungkinan buruk itu, yang suatu hari nanti mungkin akan bermunculan dan mengacaukan kita.
Penderitaan adalah salah satu cara yang dapat diketahui agar kita menjadi sedikit lebih peka terhadap suatu hal buruk yang akan terjadi atas pilihan kita di masa depan.
Tak lama, Vikrama kembali muncul dari balik pintu. Ia hanya memakai sebuah celana pendek tanpa atasan, memamerkan otot-otot pada tubuhnya yang mungkin dapat membuat semua wanita tergila-gila terhadapnya. Tinggi dan berat badannya begitu ideal, jika saja Vikrama selalu berolahraga dan rajin memakan-makanan bergizi seperti Akmal, mungkin itu akan membuatnya terlihat lebih baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sunflower
Teen FictionAnak-anak terlahir karena keegoisan orang tua. Mereka tidak pernah meminta untuk dilahirkan, mereka juga tidak bisa memilih oleh siapa mereka dilahirkan. Sangat adil jika kamu terlahir dengan keluarga yang baik, tapi ketika kamu terlahir dengan kelu...