Setelah jam pelajarannya berakhir, Akmal berjalan keluar dari dalam kelas dengan membawa sebuah buku yang ia dekap dalam dada bidangnya, menjadi guru paling muda dan memiliki tubuh yang bugar membuat Akmal cukup populer diantara para gadis, entah itu dari kalangan murid ataupun guru-guru muda, hal itu juga membuat banyak para lelaki di sekolahnya membencinya. Tetapi tenang saja, meski begitu ia bukanlah seorang playboy yang selalu mempermainkan hati seorang gadis, karena ia selalu mengutuk pria-pria semacam itu.
Waktu istirahat, anak-anak sibuk dengan dunia mereka sendiri. Ada yang pergi membeli makan di kantin, ke lapangan untuk berolahraga, dan ke perpustakaan untuk membaca sebuah buku. Mereka melakukan apa yang menurut mereka menyenangkan, tidak peduli apa yang dikatakan sekitar mereka, selama itu menyenangkan dan tidak mengganggu orang-orang, Akmal tersenyum senang dan membiarkannya.
Anak-anak harus diperlakukan seperti anak-anak, tanpa melihat kasta atau kondisi, jangan pernah memaksa mereka dewasa begitu cepat. Anak-anak manja, remaja labil, dan ketika mereka melakukan sesuatu yang dianggap buruk, bukankah sudah menjadi tugas orang dewasa untuk membawa mereka kembali ke jalan yang benar?
Beginilah dunia bekerja adalah kata-kata yang paling dibenci oleh Akmal. Karena itu menghancurkan kreatifitas yang dibangun oleh imajinasi anak-anak dengan bebas. Terkadang kita harus menyeimbangkan antara realita dan khayalan, karena jika kita terlalu bergantung pada satu sisi itu akan menjadi sebuah kesalahan. Terlalu bergantung pada realita akan membuatmu sepi dan menderita, dan terlalu bergantung pada khayalan akan membuatmu gila dan tersisihkan.
Dengan rasa kantuk pada kedua bola matanya dan rasa lelah pada seluruh otaknya, Akmal berdiam diri di sebuah area khusus di dalam ruangan guru, ditemani sebatang rokok dan secangkir kopi untuk sedikit menstabilkan perasaan lelah dan kantuknya. Ia sebenarnya ingin sekali tetap berada di rumah, pergi tidur dan beristirahat, tetapi ia tidak bisa meninggalkan tanggung jawabnya sebagai seorang guru.
"Pak Akmal!" panggil seorang guru wanita muda dengan secarik kertas di tangannya, berdiri di depan pintu ruangan. Terlihat dalam wajahnya yang nampak tegang ketika sedang berbicara pada Akmal. "A-apa Bapak sedang luang? saya memiliki beberapa hal yang harus didiskusikan bersama Bapak."
"Ya, silahkan duduk!" Akmal mematikan rokoknya begitu melihat lawan bicaranya yang merupakan seorang wanita. Sedikit kesal rasanya karena ia meniru perbuatan Vikrama yang tidak merokok dihadapan seorang wanita terkecuali Rhea.
"Ada keperluan apa?" tanya Akmal tak ingin berbasa-basi begitu Wanita itu duduk di hadapannya.
"Saya ingin membicarakan tentang rumor-rumor buruk mengenai Tarani, dan beberapa hal yang akan mengakibatkan nama baik sekolah kita menjadi tercoreng dan mungkin itu akan sedikit mengganggu murid-murid yang sedang belajar, untuk mengejar impiannya."
Rasanya Akmal mengetahui pembicaraan ini akan mengarah ke mana.
"Saya tahu rumor hanyalah rumor, belum ada kepastian dalam kebenarannya." Wanita itu menghentikan ucapannya sekejap. "Hanya saja atasan merasa hal itu akan mencoreng nama baik sekolah dan sebagai Guru BK seharusnya anda tahu maksudnya 'kan?"
"Iya saya mengerti." Akmal menimpa kakinya dengan mencondongkan tubuhnya sedikit ke depan. "Jadi singkatnya sekolah hanya peduli dengan image ketimbang seorang murid yang butuh bimbingan orang dewasa?"
"Maaf?" Guru wanita itu menaikkan sedikit alisnya karena merasa heran dengan jawaban yang diberikan oleh Akmal.
"Jangan dipikirkan, saya hanya bercanda." Akmal terkekeh pelan. "Secara garis besar saya tahu apa yang harus saya lakukan, saya akan melakukan sesuatu pada Tarani agar nama baik sekolah ini tidak tercemar."
"Terima kasih atas perhatiannya, permisi!" kata Guru itu seraya tersenyum, kemudian beranjak bangun dan berlalu pergi.
Akmal menghela napas, menyalakan kembali nyala api pada ujung rokoknya, berpikir dengan cara apa ia harus membuat Tarani kembali pada jalan yang benar. Ia tahu permasalahan apa yang menjadi landasan dasarnya, yang menjadi alasan kenapa Tarani menjadi seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sunflower
Teen FictionAnak-anak terlahir karena keegoisan orang tua. Mereka tidak pernah meminta untuk dilahirkan, mereka juga tidak bisa memilih oleh siapa mereka dilahirkan. Sangat adil jika kamu terlahir dengan keluarga yang baik, tapi ketika kamu terlahir dengan kelu...