Pecandu, perokok, mungkin itu adalah gosip tentang Tarani yang sebelumnya hanya sebatas rumor saja. Kini semua orang di sekolah mengetahui kebenarannya, dan mulai mencemooh bahwa ada kemungkinan rumor-rumor Tarani yang lain juga adalah sebuah kebenaran. Mereka mengatakan bahwa Tarani seperti pelacur karena salah satu rumornya yang mengatakan Tarani akan melakukan apapun demi uang, dan pencuri karena ada rumor yang mengatakan karena Tarani selalu mengutil.
Dan tentu saja teman-teman Tarani yang mengetahui kebenarannya tidak memberikan komentar apapun, mereka tidak ingin terseret dan berakhir ketahuan yang akan mengakibatkan hukuman skorsing atau pengeluaran dari sekolah, yang di mana akan membuat image diri mereka sendiri menjadi rusak.
Namun, Tarani tampak tak begitu memedulikan dengan semua rumor tentang dirinya. Ia tidak memiliki niatan untuk memberikan mereka penjelasan atas semua rumor yang menerpanya, karena itu semua merepotkan dan hanya membuang-buang waktunya saja. Dalam benaknya, ia berpikir untuk apa mencoba meluruskan semua gosip-gosip itu karena pada akhirnya hidupnya akan segera berakhir.
Dia sudah tidak memiliki alasan untuk terus hidup.
Dan atas rumor-rumor tersebut, sekolah memanggil Tarani dan memberikan hukuman skorsing selam satu minggu dengan opsi pengeluaran jika terdapat bukti yang dapat membuktikan perilaku Tarani. Tarani hanya bisa tersenyum dan menerimanya dengan lapang dada, dia bahkan tidak peduli jika pada akhirnya sekolah akan mengeluarkan dirinya.
"Aku sudah tidak memiliki masa depan. Jadi, untuk apa aku terus berusaha melakukan hal konyol seperti sekolah ini?"
Vikrama mencoba menunggu Tarani di depan gerbang sekolah, ia penasaran dengan apa yang dikatakan sekolah ketika para Guru memanggilnya ke ruangan kantor pagi tadi, dia merasa aneh karena Tarani tidak kembali ke dalam kelas. Dia menunggu untuk waktu yang cukup lama, hingga akhirnya dia berpapasan dengan Rhea yang baru saja keluar dari dalam sekolah.
"Apa yang sedang kamu lakukan di sini?" tanya Rhea yang merasa heran karena Vikrama belum pulang ke rumahnya.
Vikrama menyeka air keringat yang bercucuran pada wajahnya, "Aku sedang menunggu Tarani. Namun, sedari tadi dia belum menunjukkan batang hidungnya sedikitpun," katanya.
"Kenapa tidak coba tanya Kaka-"
Belum menyelesaikan perkataannya, Dimas yang datang bersama dengan Pito memotong pembicaraan mereka berdua, "Tarani sudah pulang sejak pagi tadi. Aku mendengar bahwa sekolah memberikan hukuman skorsing dengan opsi pengeluaran jika memiliki bukti yang nyata," kata Dimas dengan wajahnya yang terlihat cukup kesal.
Dimas merasa kesal akan dua hal; pertama dia kesal karena orang bodoh mana yang berani menyebarkan rumor-rumor buruk mengenai Tarani, dan yang kedua ia merasa kesal karena selalu melihat Rhea, orang yang dicintainya selalu bersama dengan Vikrama.
"Skorsing? darimana kamu mengetahuinya?" tanya Vikrama yang mempertanyakan kredibilitas dari pernyataan Dimas.
"Kamu tidak perlu tahu dari siapa aku mengetahuinya." Mungkin Dimas membenci Vikrama secara pribadi, tetapi mungkin saat ini adalah situasi yang cukup bagus untuk membicarakannya. "Ikuti aku! ada yang ingin kubicarakan terlebih dahulu dengan kalian."
Vikrama dan Rhea saling menatap heran. Tetapi meski begitu mereka tetap mengikuti Dimas dari belakang dengan menggunakan kendaraan bermotornya, dan Rhea tentu saja ikut dengan menaiki motor Vikrama, yang di mana hal itu membuat Dimas semakin kesal. Dia merasa emosinya sudah tak tertahankan lagi. Padahal pada awalnya dia sudah memberikan tumpangan pada Rhea, tetapi hanya ditolak mentah-mentah oleh Rhea yang memilih untuk bersama dengan Vikrama, itu sangatlah menyakitkan.
Mereka berhenti di sisi jalan, turun dari atas motornya, Vikrama dan Rhea berjalan menuju sebuah kursi yang letaknya tak terlalu jauh dengan tempat mereka memarkirkan kendaraannya. Vikrama melihat bahwa telah ada dua lrang yang sedang duduk di kursi tersebut, salah satu dari orang tersebut adalah Deni yang memberikan tatapan horor kepadanya, sementara satunya lagi adalah seorang wanita yang ia lupa namanya. Wanita itu terlihat seperti selalu memandangi wajah Deni.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sunflower
Teen FictionAnak-anak terlahir karena keegoisan orang tua. Mereka tidak pernah meminta untuk dilahirkan, mereka juga tidak bisa memilih oleh siapa mereka dilahirkan. Sangat adil jika kamu terlahir dengan keluarga yang baik, tapi ketika kamu terlahir dengan kelu...