Orang tua adalah mahkluk yang egois. Anak-anak terlahir dari nafsu mereka, bukan dari cinta. Lalu, dengan seenaknya mereka berkata; kamu harus membuat orang tua bangga. Dan hal itu cenderung membuat anak-anak lebih suka mengatakan, agar bisa membahagiakan orang tua daripada berkata aku ingin bahagia. Jadi, sedari awal, anak-anak terlahir hanyalah sebagai alat penghibur atau sebagai alat investasi untuk kejayaan atas nafsu mereka. Jika kita salah mereka memarahi kita tanpa menyatakan sebuah alasan yang konkret, tapi jika kita mengatakan mereka salah, kita disebut anak durhaka. Maka dari itu, banyak anak yang menjadi tidak percaya diri dengan prinsipnya.
Berusaha untuk hidup itu hanyalah sebuah kebodohan.
Hujan turun begitu deras, kota yang semula nampak begitu cerah dan ramai, kini terlihat begitu gelap dan sepi. Para pengendara dan orang-orang yang berjalan kaki, kebanyakan dari mereka lebih memilih untuk berteduh di sisi-sisi jalan, entah itu ke dalam restoran, mall, toko, atau apapun yang dapat melindungi tubuh mereka dari hujan.
Vikrama dan Tarani berhenti sejenak untuk berteduh. Mereka masuk ke dalam sebuah restoran dengan langkah tergesa-gesa, meninggalkan motor yang dikendarai di luar terbasahi rintik-rintik hujan. Tidak ada tempat lagi yang terpikirkan, mereka hanya masuk ke dalam tempat yang dekat dan terjangkau oleh penglihatan mereka.
"Apakah kamu ingin memesan sesuatu?" tanya Vikrama, pada Tarani yang sedang menggosok-gosokkan kedua telapak tangannya, merasa begitu dingin meskipun Vikrama telah meminjamkan jaketnya. Dalam wajahnya, Tarani nampak begitu kebingungan karena sudah tidak ada uang lagi dari dalam sakunya. Vikrama yang menyadari hal itu kemudian tersenyum dan beranjak bangun untuk memesan secangkir kopi dan susu untuk mereka berdua.
Suasana di dalam sini tidak terlalu buruk, Vikrama juga cukup berterima kasih dengan hujan yang turun secara tiba-tiba. Dia masih ingin berduaan bersama dengan Tarani, tapi ia tidak tahu lagi harus melakukan apa karena ia tidak memiliki alasan untuk melakukannya dan hujan ini memberinya alasan untuk tetap bersama. Berdua bersama dengan seorang wanita yang membuat hatimu berdebar, dibalik ruangan yang sama saling memandang layaknya raja dan ratu, mencoba mengenal satu sama lain dengan obrolan sederhana, itu adalah hal-hal sederhana yang membuat Vikrama merasa bahagia.
Vikrama kembali duduk di tempatnya, bersamaan dengan itu, seorang wanita dengan nakas membawakan minuman yang sebelumnya dipesan oleh Vikrama. Wanita itu mengambil secangkir kopi dan susu di atas nakas dan meletakkannya ke atas meja, dalam raut wajahnya terlihat Tarani begitu kebingungan begitu wanita itu meletakkan dua gelas di atas meja, karena ia merasa bahwa, ia tidak memesan apapun.
Tarani terheran-heran, berpikir apakah wanita tadi salah memberikan pesanannya atau memang pesanan ini memang untuknya. Ia menatap heran wajah Vikrama yang dengan tenangnya meminum secangkir susu, "Kenapa? aku tidak memesan apapun," katanya merasa tak enak.
Vikrama tersenyum, "Jangan dipikirkan, aku memang sengaja membelikannya untukmu," jelasnya.
"Kamu yakin? aku bisa menggantinya nanti di sekolah jika kamu mau." Vikrama hanya menggeleng dan tersenyum. "Ok, terima kasih!"
Vikrama melihat betapa anggunnya, ketika Tarani mengurai rambut hitam panjang miliknya ke bagian belakang kepalanya seraya meminum secangkir kopi yang masih terasa hangat.
Tarani mengangkat sedikit kepalanya, dan meletakkan kembali gelas kopinya di atas meja, ia melihat ke arah Vikrama seraya bertanya mengapa sedari tadi terus memandang ke arahnya, apakah dia tidak pernah melihat seseorang sedang minum? dan hal itu membuat Vikrama memalingkan kepalanya, tersenyum dan menyangkal bahwa ia tidak melihat ke arah Tarani melainkan melihat sesuatu di belakangnya.
Tapi setelah itu suasana menjadi sedikit cukup canggung, ketika di atas motor mungkin itu tidak mengapa karena mereka akan fokus memperhatikan pemandangan yang mereka lewati. Tetapi untuk saat ini cukup berbeda, di mana mereka hanya bisa menatap diri mereka satu sama lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sunflower
Teen FictionAnak-anak terlahir karena keegoisan orang tua. Mereka tidak pernah meminta untuk dilahirkan, mereka juga tidak bisa memilih oleh siapa mereka dilahirkan. Sangat adil jika kamu terlahir dengan keluarga yang baik, tapi ketika kamu terlahir dengan kelu...