《01》 2019

8.5K 654 73
                                    

Cuma mau bilang,
New story, new character.

Intinya,

Aku pengen coba berbagai karakter. Hehe.
Gaya penulisannya juga kayanya semi santai.
Apakah long atau short chapters juga kayanya bakalan musiman.
Semana sanggupku aja, haha.

Don't expect too much, ya.

🍑 aethrasthetic 🍑


Deva sudah menduduki bangku kelas 3 SMP. Dan selama tiga tahun di sana, ia tidak benar-benar memiliki seorang teman. Bukan karena ia tidak mau berteman. Tetapi karena teman-teman komplek yang juga satu SD dan SMP dengannya menjauhinya saat ia sedang didekati oleh Rayhan, pemuda yang kelak menjadi pacarnya selama lebih kurang enam bulan.

Waktu itu, Deva benar-benar kebingungan dengan sikap "temannya". Ia yang memiliki sifat pendiam pun hanya pasrah ketika satu persatu dari mereka menjauhinya. Ia sering menangis, merasa dirinya kesepian dan juga iri melihat mereka tetap akrab tetapi tidak dengannya.

Sampai suatu waktu, Deva yang sudah tidak sanggup menahan kepedihan itu pun bertanya pada Mira, salah satu teman komplek sekaligus teman kelasnya yang juga menjauhinya.

"Mira, aku mau tanya ..."

"Tanya apa, Nal?"

"Emm ... kalian ... kenapa jauhin aku?" Tanya Deva sambil menahan air matanya.

Mira melirik Deva, lalu ke teman-temannya yang lain yang sudah menunggunya di ambang pintu kelas. "Eh, aku cuma ikutin Hafizah aja."

Mendengar hal seperti itu, siapa yang tidak merasa tertampar? Apalagi, ia dan Hafizah bisa dibilang sangat dekat. Mereka bahkan sering menunggu bus bersama. Batin Deva tersakiti, jujur saja. Ia menganggukkan kepalanya dengan kaku, mengungkapkan kepahamannya melalui gerakan itu.

"Sori, ya. Aku uda ditunggu."

Deva tidak pernah menaruh dendam kepada mereka. Tetapi, ia memang sebisa mungkin menghindari percakapan dengan mereka. Sakit hatinya masih sangat terasa, bahkan hingga detik ini juga.

Hal terparah yang terjadi adalah saat mereka reuni. Awalnya ia enggan untuk ikut karena ada Hafizah dan yang lainnya. Luka di batinnya, meskipun sudah bertahun-tahun, masihlah segar ia rasakan. Tetapi sang ibu yang tidak tahu menahu perihal masalahnya itu, memaksanya untuk pergi. Kesempatan tidak datang dua kali, katanya.

Akhirnya, Deva pun pergi dengan perasaan yang tidak nyaman.

Tetapi, yang ia dapatkan saat mengikuti acara reuni tersebut adalah, Hafizah dan teman-teman lainnya yang ikut menjauhinya semasa SMP, bersikap biasa saja kepadanya seolah tidak pernah terjadi apapun di antara mereka.

Apa mereka tidak tahu dampak yang mereka berikan kepada mental pemuda itu akibat keegoisan mereka? Bagaimana mungkin mereka bisa tertawa senang seperti itu sedangkan dirinya sendiri hanya tersenyum miris?

Deva benar-benar terpukul. Mereka tinggal di komplek perumahan yang sama. Dari PAUD hingga SD, mereka bersekolah di tempat yang sama. Bahkan, mereka juga berada di satu kelas yang sama selama enam tahun di SD. Dan beberapa dari mereka juga tetap berada di satu kelas yang sama dengannya selama 3 tahun di SMP. Misalnya Mira.

Jika ditanya apakah ia ingin kembali ke masa-masa sekolahnya, khususnya masa pubertasnya, Deva dengan tegas akan menggelengkan kepala. Tidak pernah ada yang baik, yang bagus, yang terjadi kepadanya di masa-masa seragam putih-biru dan putih-abu itu. Tidak dengan masalah pertemanan, pun sama dengan masalah percintaan.

red [2jae - AU] ☑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang