《07》 a lil bro Deva didn't know he needed until now

4.9K 562 86
                                    

Guys,
Say hai dong ...

Aku tuh suka take things slowly.
So, belum banyak momennya 2jae.
Kalau pun ada, masih secara tidak langsung.

Sorry, buat yang udah nungguin momen mereka.
🙏🏻

Aku pilih lagunya random, krn jujurly aku ga terlalu tau lagu2 romance Indo 😭

Jangan lupa feedback (opsional),
heheh♡♡

🍑 aethrasthetic 🍑

"Terima kasih, bu ..."

"Sama-sama, Deva. Coba dipikir-pikir lagi, sebenarnya yang kamu mau itu apa. But don't give up. Untuk follow up-nya, nanti kita bicarakan lewat japri saja, ya."

Deva menghempaskan napas lega ketika pertemuan virtual-nya dengan bu Wida-- dosen pembimbingnya yang original, selesai.

Sudah empat hari Deva berdebat dengan diri sendiri mengenai mencari bantuan profesional untuk masalahnya. Ia tahu ia tidak akan bisa melakukannya sendiri. Dan keputusannya untuk menghubungi bu Wida sama sekali tidak sia-sia.

Tok tok tok!

"Deva, dari tadi ibuk ketokin pintu kenapa gak nyahut?!"

Deva terkejut. Sedari tadi ia terlalu fokus dengan sesi konselingnya dengan bu Wida, sehingga ia tidak sadar bila pintu kamarnya sudah diketuk berulang kali. Deva melepaskan headphone-nya dan segera berjalan menuju pintu.

"Maaf, buk. Deva tadi ngobrol sama dosen pembimbingnya Deva. Kenapa ngetokin pintu, buk?"

"Gak ada masalah, kan?" Deva menggeleng. Bu Ratna mengangguk sambil memgelus pucuk kepala anaknya. "Itu di bawah ada nak Naufal."

Mata Deva membola lantaran terkejut. Ia segera berlari menuju lantai dasar dan menemui Naufal yang sedang menonton televisi di ruang keluarganya.

"Al?!" Deva melompat di atas pangkuan Naufal. Naufal terkejut, namun kemudian ia terkekeh dan membalas pelukan Deva dengan tak kalah erat.

"Tumben ke rumah? Mau ngapain??" Tanya Deva kelewat senang.

Bu Ratna yang baru turun tangga, menggelengkan kepala melihat Deva yang nemplok seperti cicak ke pacarnya. "Kasian Naufal, le. Kamu cekik gitu."

Deva dan Naufal hanya cengengesan tanpa mau mengubah posisi duduk mereka. "Temenin aku, ayo. Anak-anak ngajakin ketemu di dekat sini."

Deva perlahan turun dari pangkuan Naufal, dan senyumnya terlihat dipaksakan. "Ah, gitu. Lama, gak?"

"Mereka kalo ngumpul gak pernah bentar, yang. Ayo, lah. Sekalian jalan."

Setelah memikirkannya, Deva pun akhirnya setuju. Ia kembali ke kamarnya dan langsung bersiap-siap. Ini adalah kencannya yang ke-4 dengan Naufal, selama enam bulan mereka berpacaran. Deva tidak sabar.

--

Suara alunan musik mengisi kekosongan di salah satu kafe di Bandung. Deva menatap tak nyaman sejumlah rokok yang sudah dihabiskan oleh Naufal dalam waktu satu jam.

red [2jae - AU] ☑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang