《14》 it was hot, until ...

7.6K 521 136
                                    

Dongeng sebelum tidur:
Dua hari yang lalu, aku mau beli sarapan.
Terus sambil nunggu nyai siapan, aku duduk di kursi rotan yang ada di teras rumah.
Posisi duduknya tuh menghadap ke rumah tetangga.
Terus, di depan rumah tetangga, aku lihat 🐈🐈‍⬛ lagi nganu.
Ide banget untuk chapter ini.
HAHAHAHA.

🍑 aethrasthetic 🍑

"Jadi?"

Karina, Hares, Sherina, dan Rendi-- keempatnya menyilangkan lengan di dada. Ekspresi mereka beragam. Tetapi, yang paling tidak bisa dikontrol adalah ekspresi Sherina.

"Lo mau ngewe sama pak Javran?" Cengiran lebar yang ditunjukkannya tidak sejalan dengan aura intimidasi yang tiga lainnya tunjukkan.

"Ugh ..."

Deva menggaruk pahanya. Tidak gatal. Tetapi, situasinya saat itu membuat ia gugup dan tangannya pun bergerak melakukan berbagai hal yang sekiranya dapat menurunkan kegugupannya.

"Udah sejauh apa hubungan lo sama si bapak?" Tanya Karina dengan mata menyipit.

"Sejauh imajinasi kalian. Loli, ayo." Sembur Javran, karena ia juga berdiri tidak jauh dari mereka.

Hares memelototi Javran dan langsung memasang badan di depan Deva. Karina dan Rendi menggandeng kedua lengan Deva agar teman mereka tidak dibawa pergi oleh Javran. Sedangkan Sherina menatap menelisik pada Javran dengan lengan menyilang di dada.

Saat mereka melihat Deva yang ditarik Javran ke luar kelab, mereka pun langsung bergegas untuk mencegat keduanya. Mereka, terutama Hares dan Rendi, takut Deva diapa-apain sama Javran, karena mereka tahu Javran pria yang bagaimana. Sedangkan Karina ingin mencegah Deva agar ia tidak berbuat diluar batas, mengingat bahwa Deva masih memiliki Naufal. Well, Karina belum tahu status terbaru mereka. Sementara itu, Sherina menurut saja saat ia ditarik untuk ikut menahan Deva dan Javran.

Javran merasa sedikit kesal melihat tingkah anak-anak dewasa muda itu. "Kalian--"

"Bapak pake kondom, kan?"

Javran terkejut mendengar pertanyaan yang keluar dari mulut Sherina. Namun ia tetap mengangguk. "Kamu mau? Saya bawa beberapa."

Sherina merasa tersinggung. "Saya gak punya pacar, pak. Mau dipakein ke mana kondomnya?"

"Look around. You'll find someone if you want to."

Karina mendengus. Ia tidak percaya dengan percakapan yang didengar oleh telinganya. Ia menatap Javran dengan sedikit sinis. "Bapak mau modusin si Deva?"

"Tidak. Saya mau minta bantuan Deva."

"Bantu ngapain?" Tekan Karina.

Javran melirik satu per satu teman-teman Deva. "Buka puasa. Emangnya salah?"

Karina dan Rendi perlahan melepaskan kaitan lengan mereka dari Deva. Mereka melakukannya sambil ber-oh-ria, kemudian sedikit mendorong Deva ke arah Javran. "Ya udah sana Dev. Kirain mau ngapain." Kata Rendi.

Deva menatap bingung keempat sahabatnya. Kenapa mereka tidak menentang Javran bahkan setelah mereka mendengar alasannya? "Kalian kok--"

"Hush. Dibolehin tuh sama temennya." Gumam Javran.

Javran dan Deva kini berdiri bersisian dengan empat lainnya berada di hadapan mereka. Tangan Javran langsung menggenggam tangan Deva agar pemuda itu tidak kabur. Tetapi, melihat bagaimana Deva bersikap, it is unlikely that he wants to escape. Javran tahu. Ia hanya membuat alasan atas genggaman tangan mereka.

red [2jae - AU] ☑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang