《28》 open up

4.6K 529 145
                                    

Ch. ini agak banyak
Awas ngantuk!

🍑 aethrasthetic 🍑

Suara ombak terdengar samar di pendengaran. Seperti gemuruh, tetapi menenangkan. Langit sudah gelap, dan angin malam sesekali akan bertiup memasuki ruang tidur melalui pintu kaca yang dibiarkan terbuka. Kamar tersebut memiliki pencahayaan yang redup, dengan tambahan cahaya dari sinar rembulan.

Dua insan yang berbaring di atas ranjang sama-sama saling diam. Bukan karena tidak ada yang perlu dibicarakan, tetapi karena respon yang ditunggu-tunggu tidak kunjung datang.

"Kamu kenapa?" Pertanyaan yang sama sudah lima kali Javran lontarkan kepada Deva. Tetapi, pemuda itu tetap bungkam dan keukeuh membelakanginya.

Deva mengerjapkan matanya yang terasa berat karena air mata yang tumpah, hasil dari tangis tanpa suaranya yang sebenarnya cukup menyiksa. Ia ingin menikmati malam yang cerah itu di luar dan berjalan di pesisir pantai, saling bergandengan tangan dengan Javran. Tetapi ia tidak akan melakukannya kala hatinya pun tengah bergejolak dengan perasaan yang tidak menentu.

Ia ingin bergabung dengan teman-teman yang lain dan menikmati waktu liburannya sepuas mungkin. Tetapi, ia tidak memiliki tenaga untuk melakukannya. Bahkan Rendi yang sedang hamil tua lebih berenergi daripada dirinya.

Javran pun menghela. Ia meletakkan lengannya di sekitar tubuh Deva dan membenamkan wajahnya di ceruk leher si manis. Ia tidak akan memaksa Deva untuk berbicara. Ia yakin Deva akan mengatakannya bila ia sudah siap.

"Deva capek."

Suara Deva terdengar bergetar. Javran menghentikan aksinya menciumi leher Deva dan bertanya selembut mungkin, "capek kenapa?"

Deva menarik napasnya dalam-dalam. Matanya berkedip dengan cepat, mengira bila air matanya tidak akan tumpah lagi bila ia melakukannya.

"Capek karena Deva ngerasa digantung," jeda yang Deva berikan terasa seperti berjam-jam bagi Javran. Ia tidak tahu apa yang akan Deva katakan, tetapi perasaannya mengatakan bahwa hal itu sepertinya bukan hal yang bagus.

"Mas kalo mau balikan sama kak Tian, balikan aja. Biar Deva mundur."

Perasaannya benar. Ia tak habis pikir dengan apa yang dikatakan Deva. Atas dasar apa Deva berkata demikian? Bahkan Javran sendiri tidak pernah berpikir untuk kembali menjalin hubungan kasih dengan Sebastian.

"Kamu ngomong apa, sih? Siapa yang mau balikan sama Sebastian?"

"Deva denger yang dibilang kak Gilang. Bayangin aja kalo mas yang di posisi deva. Pelampiasan? Haha!" Deva menarik ingus, "udahan aja kalo memang gak akan ada kepastian untuk hubungan kita."

Javran tercenung. Ia sudah memikirkan alasan Deva menjauhinya sepanjang sore, dan kini ia mendapatkan jawabannya. Semuanya karena Gilang dan omong kosongnya.

Javran tidak pernah berpikir untuk menjadikan Deva sebagai pelampiasannya. Ketertarikannya pada Deva, awal mulanya memang karena ia ingin bermain-main dengan Deva. Tetapi seiring waktu berlalu, ia sungguh-sunggu tertarik pada Deva, baik itu secara fisik maupun kepribadiannya.

Ia juga tidak pernah memikirkan betapa miripnya Deva dengan Sebastian sepuluh tahun silam. Ia tidak akan memikirkannya sebelum Gilang menyebutnya.

Dan setelah menyadarinya, Javran tidak semerta-merta setuju dengan perkataan Gilang. Benar bahwa ada beberapa hal yang mirip dari Deva dan Sebastian. Tetapi, Javran tidak akan menyebutnya sebagai pelampiasan. Hal-hal yang sama tersebut, Javran akan menyebutnya sebagai trait dan karakteristik yang ia cari dari pasangan. Dan kebetulan, Deva dan Sebastian memiliki trait dan karakteristik itu.

red [2jae - AU] ☑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang