《24》 still going on with the non official status

5.7K 515 42
                                    

Pengen kasih selingan.
Biar kalian ga bosen sama deva javran.

Ga sih canda.
Aku masih belum kepikiran momen manis buat DJ.
Haha.

Tapi btw, part ini agak random sih.
Setting waktunya juga agak aku percepat dan kesannya jadi kaya lompat-lompat.
Haha.

Tapi alurnya maju kok, gak campuran.

🍑 aethrasthetic 🍑

Sudah seminggu Javran kembali bekerja. Luka di tangannya juga sudah tidak diperban. Maksud Deva sih agar lukanya cepat kering. Karena kalau diperban, mungkin akan basah terus dan malah tidak membaik.

Gosip-gosip tentang mereka masih berseliweran di antara civitas fakultas, terutama mahasiswa. Tetapi, keduanya hanya menulikan pendengaran bila ada yang membawa-bawa topik tersebut. Karena kalau didengarkan, yang ada malah membuat darah tinggi.

Deva mencium pipi Javran, "semangat ngajarnya. Salepnya juga nanti jangan lupa di re-apply."

Javran membalas dengan meninggalkan ciuman yang cukup lama di kening Deva, "makasih buat sarapannya. Kamu juga yang rajin belajarnya."

Deva menutup pintu di belakangnya dengan perlahan. Ia lalu berjalan menuju gedung utama di mana kelasnya akan dilaksanakan. Tetapi, saat ia baru saja hendak berbelok di ujung lorong, seseorang memanggilnya. Deva pun berbalik dan sedikit berbungkuk untuk menyapanya.

"Pagi, bu Jessica ...."

"Hm, pagi," bu Jessica menatap Deva dari ujung ke ujung, "kamu ngapain di Gedung E?"

Deva berdeham canggung, "saya ada perlu sama pak Javran, bu."

"Kamu saya perhatikan, kok sering banget keluar masuk ruangan pak Javran?"

Deva pikir, tidak ada yang memperhatikannya. Tetapi setelah rumor itu menyebar luas, gerak-geriknya mungkin memang mulai diperhatikan orsng-orang, apalagi jika menyangkut Javran. Ia merutuk diri sendiri. Kedepannya mungkin ia tidak akan mau mengantar sarapan Javran ke ruangannya lagi.

"Saya cuma anter sarapan pak Javran aja, bu."

Meskipun Deva sudah tidak bekerja lagi untuk Javran, ia tetap menyiapkan makanan untuk dosen muda itu. Memang sudah bukan kewajibannya, tetapi ia senang melakukannya. Apalagi, Javran menyukai semua yang ia masak tanpa terkecuali, meskipun menu makanannya pun itu-itu saja.

Bu Jessica menyilangkan lengannya di dada. "Pak Javran memang kateringan sama kamu?"

Deva hanya mengangguki pertanyaannya meskipun ia tidak ada menyebutkan perihal katering, "iya, bu."

Jarak Gedung E dan Gedung Utama cukup jauh, sekitar tiga menit bila ditempuh dengan kaki. Dan kelas pertama Deva akan segera dimulai dalam lima menit. Ia ingin undur diri, tetapi dosen cantik itu masih menahannya dengan pertanyaan-pertanyaan yang menurutnya tidak penting dan terlalu personal, seperti apakah Deva sudah memiliki kekasih.

Yang benar saja!

--

Sherina bersikap aneh sepanjang minggu. Ia kebanyakan diam dan melamun. Bahkan gosip yang sedang panas pun ia tidak tertarik. Hal itu membuat yang lainnya merasa terganggu. Sangat bukan seperti Sherina yang mereka kenal.

"Mama ke mana Rin? Kok gak kelihatan?" Tanya Deva. Ia bergabung dengan dua gadis itu di karpet dengan membawa secangkir air minum.

"Di rumahnya tante yang di Menteng." Karina memutar matanya malas melihat Sherina yang masih saja diam sambil memainkan rubiknya. "Kalo ada masalah mah di-spill. Kali aja bisa dibantu."

red [2jae - AU] ☑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang