《23》 getting closer

7.5K 545 164
                                    

Aku belum siap untuk kuliah offline 😬😬

Sisi introvert-ku menolak untuk berinteraksi dengan orang secara langsung 😬

Anyway,
Siapa yang gatau kalo karma itu gak hanya negatif, tapi positif juga?

🍑 aethrasthetic 🍑

Hari senin, hari yang sangat dihindari banyak orang, termasuk Deva. Biasanya, mau semangatnya ada atau tidak, Deva akan tetap memaksakan diri untuk segera bangkit dan bersiap untuk mengikuti kegiatan perkuliahan. Tetapi, senin paginya saat itu sedikit berbeda.

Tubuh Deva mengulet di dalam selimut, di dalam dekapan Javran yang terasa seperti rumah; hangat. Ia mengerjap pelan, kedua kelopak matanya masih terasa sangat berat. Silaunya sinar cahaya matahari yang masuk melalui sela-sela gorden sedikit membutakannya.

Deva mengelus lengan Javran yang melintasi perutnya. Ia menghela pelan. Kenyamanan yang ia rasakan membuatnya ingin kembali terlelap.

Elusan ditangannya membuat Javran tersentak hingga terbangun. Ia mengerang rendah dan mencium kepala Deva, "good morning, my loli."

"Mhmm, morning."

"Sleep well?"

Deva bergumam, "mas sendiri gimana?"

"The best sleep I've had in two weeks." Javran kembali mencium kepala Deva, "Hari ini kamu gak usah kemana-mana."

Mau Deva sih, juga begitu. Tetapi ia sudah membuat janji dengan keempat sahabatnya untuk melakukan sesuatu setelah jam perkuliahan selesai. Dan Deva bukan orang yang mengingkari janjinya. "Geser. Deva mau mandi."

"Saya ikut."

--

Deva hanya bisa tersenyum kaku untuk membalas senyuman yang dilemparkan ke arahnya sejak lima belas menit yang lalu. Posisi duduknya yang sangat tegak pun dikarenakan mata yang sedari tadi sudah menatapnya.

"Babe, you're scaring him." Kata Johnathan kepada Teddy, lalu ia terkekeh pelan, "sorry, Teddy's just too happy, he can't hide it."

Johnathan dan Teddy hanya memberikan Deva tumpangan karena Javran yang memintanya. Awalnya Javran ingin mengantarnya, tetapi karena tangannya yang diperban, Deva pun menolaknya. Deva juga sudah mengatakan kalau ia akan pergi naik motornya sendiri, tetapi Javran menggeleng kuat dan menyita kunci motornya.

"A-ah gapapa ...."

"Javran gimana kabarnya?"

"Eum ... mas Javran baik. Makannya juga banyak."

"Ah benarkah? Syukurlah ...," Teddy kembali tersenyum. Badannya tetap menghadap ke samping agar ia bisa dengan mudah menatap Deva yang duduk di belakang, "aku ingin meminta maaf, mewakili Tian. Kamu tahu dia sahabatku, tapi anak itu benar-benar kelewatan. Kalau gak dihentikan, dia mungkin bakalan bertindak lebih jauh dari ini."

Kening Deva berkerut. Ia tidak mengerti maksud Teddy, tetapi ia merasa terlalu canggung untuk menanyakan maksudnya. Deva pun hanya mengangguk.

"I-itu ... Deva turun di depan gerbang aja, kak."

Johnathan melirik Deva melalui spion, "gak ke dalam aja? Jaraknya lumayan nih."

red [2jae - AU] ☑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang