《11》 vulnerable

5K 551 232
                                    

Kejadian lagi nih, kaya part twenty five (?) di annyeong
New years eve, 2020-- jarak views-nya sama part before after-nya lumayan jauh.

Haus banget kalian ya?

Gapapa. Aku juga.
😌

🍑 aethrasthetic 🍑

"Ngghh ..." Krasak-krusuk suara selimut terdengar di pagi hari. Remang-remang cahaya yang masuk melalui celah di gorden menambah kesan nyaman pada ruangan itu.

"Hoam!"

Atmosfer yang sejuk berkat air conditioner menghadirkan senyuman di bibir manis itu. Sepasang obsidian cokelat mengintip dari balik kelopaknya. Bulu mata lentik yang menghiasinya biasanya akan membuatnya terlihat semakin indah. Kecuali ketika air mata tak berhenti sepanjang malam.

Dengan perlahan, Deva membuka matanya yang bengkak dan sembab hingga terbuka seluruhnya.

Deg!

Jantungnya berdetak kencang kala netranya bertubrukan dengan leher seseorang. Sangat dekat, seperti tidak berjarak. Bulu kuduknya berdiri saat ia sadar bila ada dua tangan yang mengurungnya dalam pelukan hangat.

"Udah bangun?" Suara baritone serak yang asing tetapi juga sedikit familiar menyapa indera pendengarannya.

"P-pak Jav ... ran?" Lirih Deva dengan gugup. Belum pernah seorang pun memeluknya dengan posisi yang seperti itu. Walaupun bukan olahraga ranjang, tetapi tingkat keintimannya rasanya hampir mendekati.

"Hn." Gumam Javran pelan. Ia mendorong lembut belakang kepala Deva agar semakin menempel di dada bidangnya yang tidak tertutup kain. Javran menduselkan wajahnya di surai biru Deva dan menghirup dalam-dalam sisa-sisa aroma lavender dari shampoo-nya. Ia tidak tahu kalau berpelukan seperti itu akan sangat menenangkan.

Sepanjang malam, Javran hanya tidur selama dua jam. Bukannya tidak mau tidur berlama-lama, tetapi karena Deva kembali berteriak saat sudah dipindahkan ke kamar yang ada di sebelah kamar Javran. Dan ketika sudah tenang, ia sesekali akan tersentak hingga terbangun yang mengakibatkan terganggunya tidur Javran yang berharga. Dari situ, ia berinisiatif untuk mengeloni Deva, seperti bagaimana ia mengeloni Julian dahulu kala.6

Javran sendiri tidak mengerti mengapa ia mau repot-repot menemani Deva dan bergabung di ranjang bersamanya tanpa melakukan apa yang biasanya akan ia lakukan. Mungkin secercah perasaan bersalah mulai hadir di benaknya.

Bahu Deva berguncang diikuti dengan isak pelan. Javran menghela lalu melepaskan diri dari Deva. Ia kemudian bangkit untuk pergi ke kamar mandi.

"A-anu ..."

Javran berhenti. Ia berbalik dan menemukan Deva menatapnya dengan posisi duduk dan pipi basah. Tangannya meremat pinggiran selimut. Seolah tahu apa yang dipikirkan Deva, Javran pun menyahut. "Enggak, Deva. Kita gak ngelakuin apa-apa."

--

Deva menarik turun kaos hitam kebesaran-- yang ia yakini adalah milik Javran, yang saat itu ia pakai. Kaki telanjangnya melangkah menelusuri apartemen Javran yang luas hingga ia sampai di dapur. Deva berdeham pelan,"eum ... maaf, pak. Saya mau pulang."

"Go on." Balas Javran tanpa mau repot berbalik untuk menatap Deva. Ia sedang menyeduh kopi hitam kesukaannya.

"B-baju ss-saya, pak ..."

"Ah ... right." Baru lah Javran berbalik. Ia tidak langsung pergi mengambil baju Deva yang ia gantung di dalam lemarinya, melainkan menatap Deva dari ujung ke ujung dalam diam.

red [2jae - AU] ☑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang