《02》 eventful days

6.1K 587 75
                                    

Deva menyembunyikan wajahnya di lipatan tangan di meja. Ia sudah seperti itu bahkan sejak ia mendudukkan diri di bangkunya. Ia mengantuk dan merasa pusing karena memaksakan diri untuk bergadang agar ia bisa memahami materi Sosial untuk hari itu.

Sebenarnya, ia tidak ada niatan untuk belajar. Namun, dirinya merasa sedikit sedih karena ia dan Naufal sedang berselisihan. Maka dari itu, agar ia tidak terlalu memikirkannya, Deva pun memaksakan diri untuk belajar.

"Deva, lu dilihatin sama pak Javran!" Bisik Karina panik. Ia dan Sherina duduk di sisi kanan-kiri Deva. Dan keduanya sudah berusaha untuk membangunkan Deva, tetapi hasilnya nihil.

Karina yang sudah panik pun menimpuk bahu Deva dengan buku cetak hardcover mata kuliah Psikologi Umum. Tetapi Deva tak juga mengangkat kepalanya. Ia juga tidak bergerak sama sekali meskipun Javran sudah memanggilnya berulang kali sejak kelas dimulai tiga puluh menit yang lalu.

Javran akan merasa dongkol jika melihat mahasiswa yang tidur di dalam kelasnya. Bukan hanya mengganggu konsentrasinya dalam mengajar, juga tak enak untuk dipandang mata.

Slide PPT berganti, dan Javran berujar, "Jadi, konsekuensi dari teori yang gak bisa diukur karena teorinya agak terlalu mengawang, tidak di backup oleh empirical evidence dan hanya bersifat hypothetical ... Maka akan sulit untuk membangun sistem intervensi, misalnya untuk mengontrol agresi. Gak hanya untuk agresi, tapi ada banyak, ya."

Javran mengambil absen dan memilih secara acak urutan absennya. Beberapa mahasiswa sudah terpanggil, hingga akhirnya kini giliran Deva. "Naldeva Nurachman? Naldeva, coba berikan contoh lain untuk intervensi selain yang sudah disebutkan temannya."

Javran melirik ke seisi kelas, namun tidak ada yang menunjukkan kalau dirinya adalah Naldeva. "Gak datang orangnya? Terus siapa yang mengisi absennya?"

Sherina mencubit lengan Deva kuat-kuat, tetapi Deva hanya meringis kesakitan. "Lo kapan ngisi absen, bego?!"

Karina pun mengangkat tangannya ragu. "Ini Deva, pak. Dari tadi udah dibanguni tapi anaknya gak bangun-bangun ..."

Karina sebenarnya enggan berkata demikian. Tetapi ini bukan pertama kalinya Deva seperti itu. Sejak Senin, ia sudah terlihat tidak bersemangat melakukan apapun. Tubuhnya memang ada, tetapi ruhnya seperti sedang berkelana.

Kelas pagi itu sudah mencekam sejak dimulai. Ditambah lagi dengan tatapan menusuk Javran yang secara spesifik ia arahkan kepada kepala Deva. Dosen muda itu lalu mengambil bolpoin dan mencoret tanda tangan Deva untuk hari itu.

"Materi kita memang gak banyak. And I certainly didn't expect kalau kalian akan merasa bosan sama topiknya." Javran kembali duduk di mejanya. "Coba kalian baca-baca lagi textbook-nya. Ketua nanti tolong PC saya, ya. Biar softcopy PPT-nya bisa saya bagikan."

"Ok, class. That's all for today. Good ..." Javran melihat jam tangannya, "... good morning. Class dismissed!"

Karina dan Sherina masih berusaha membangunkan Deva yang kalau tidur, memang susah untuk dibanguni. Bahkan sampai kelas sudah kosong pun, Deva masih tidak membuka matanya.

"Dia masih napas kan?!" Panik Sherina.

Karina mengangkat bahu Deva agar ia bersandar pada bangku. Jemarinya tidak sengaja menyentuh leher Deva yang seperti terbakar.

"Anjir Dev?! Lo panas banget?!"

Sherina pun menyibak poni Deva dan menempelkan punggung tangannya di kening Deva. Raut wajahnya berubah khawatir. "Ini Deva sakit kenapa masih dipaksain masuk, sih?! Rin, itu tangannya satu lo pegang. Kita bawa ke UKS."

red [2jae - AU] ☑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang