《09》 money crisis and the way out

4.6K 517 85
                                    

Soriii lama ㅠㅠ
I didn't know completing this one chapter would take this long ㅠㅠ
Because I'm trying to make the situation relatable lol.

🍑 aethrasthetic 🍑

Perkuliahan sudah berjalan selama dua bulan. Masa-masa ujian tengah semester akan segera berlalu dalam tiga hari. Deva yang ingin membeli banyak hal, termasuk buku bacaan dan tiket seminar, bingung bagaimana membayarnya karena uang bulanannya tinggal seratus ribu rupiah di ATM. Ia bisa saja meminta kepada kedua orang tuanya. Tetapi ia takut dimarahi karena gaya hidupnya yang cukup mahal membuatnya kerap menghabiskan uangnya hanya untuk memenuhi keinginannya. Selain itu, keduanya pasti akan melarangnya untuk bekerja.

"Lo gak buka lowongan kerja?" Tanya Deva kepada Karina, di suatu hari yang sangat terik.

Karina menggelengkan kepala sambil berkipas menggunakan sampul buku yang terlepas. "Usaha gue juga untungnya gak banyak. Boro-boro mau hire orang."

Deva menggembungkan pipinya. Ia sudah bertanya kepada beberapa temannya, dan juga sudah mencari-cari lowongan kerja di internet. Tetapi, rata-rata lowongan pekerjaan yang Deva temui di sana, yang tersedia hanyalah untuk orang-orang yang sebelumnya sudah memiliki pengalaman bekerja.

"Mang napa sih? Dari kemaren lu nanyain itu mulu." Kata Sherina.

"Gue butuh duit?"

"Butuh banget?" Tanya Karina. Ia mungkin tidak bisa mempekerjakan Deva, tetapi ia mungkin bisa membantu temannya itu untuk mendapatkan pekerjaan.

Deva mengangguk. Sherina yang ranah pergaulannya luas, berceletuk. "Open BO mau?"

Karina memelotot. "Anjir! Jangan!"

"Apa open BO?" Tanya Deva dengan kening berkerut dan bibir mengerucut. Ia ingat dua temannya ini pernah menyebut istilah tersebut di ruang obrolan mereka. Namun Deva lupa maksudnya apa.

"Booking Out. Ngelontay. Temen gua ada nih yang bisa bantu lo. Mau lo?"

Bahu Deva merosot. Ia tahu Sherina tidak sungguh-sungguh dengan tawaran tersebut. Tetapi tetap saja ia merasa sedikit kesal, soalnya saat itu ia serius sedang butuh uang. Well, uang yang didapat dengan cara senormal mungkin.

"Mentel ah lu. Jaman sekarang nyari duit susah. Yang gampang ada kenapa engga? At least you tried, bro."

Deva melengos. "Mending jadi tukang cuci. Kasian sama ibuk bapak kalo gue jauh-jauh kuliah di sini tapi malah ngelontay."

--

Deva sudah mengantuk, tetapi pikirannya tetap berkelana. Ia masih memikirkan pekerjaan apa yang harus ia lakukan agar ia dapat mengumpulkan uang tambahan untuk keperluannya yang lain-lain.

Sebenarnya, ia bisa saja meminta uang tambahan kepada kedua orang tuanya. Tetapi, ia sadar kalau pengeluarannya sehari-hari segede gaban, dan bukan hanya ia saja yang menjadi tanggungan mereka. Ia juga sebenarnya ragu untuk bekerja, karena ia belum berdiskusi dengan ibu dan bapaknya. Tetapi balik lagi ke awal. Jika Deva mendiskusikan hal ini, kedua orang tuanya pasti akan menentang keras keinginannya untuk bekerja dan akan memintanya untuk fokus saja pada pendidikannya.

Dan untuk kali ini, ia ingin menjadi seseorang yang keras kepala sekali saja.

"Jadi editor?" Deva mengetikkan kata kunci 'editor' di mesin pencarian di laptopnya, dan membaca satu per satu artikel yang muncul.

Deva menguap lebar. Matanya sudah memerah dan juga berair karena ia memaksakan diri untuk tetap melek meskipun kantuknya sudah menghampiri sejak satu jam yang lalu.

red [2jae - AU] ☑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang