《17》 it does feel lonely

5.1K 534 98
                                    

Haiiii
Sore gaiiiiis
Words nya agak banyak
Jangan bosen ya 😃
Hehe♡♡

🍑 aethrasthetic 🍑

Tak terasa, semester baru pun dimulai. Beberapa bulan terakhir, Deva dan teman-teman sudah berjuang semaksimal mungkin melewati semester yang penuh dengan rintangan. Hasil yang mereka dapat juga cukup memuaskan. Tetapi, euforianya hanya bertahan selama sebulan. Rintangan yang sesungguhnya baru akan ditemui di semester lima, semester Deva saat ini.

"Anggap saja tugas mata kuliah ini sebagai simulasi skripsi." Ujar dosen yang membawakan pengantar perkuliahan mata kuliah Metodologi Penelitian Kualitatif itu, bu Dina.

"Sama seperti mata kuliah kuantitatif di semester ... tiga, kalau saya gak salah. Kalian akan mendapatkan doping masing-masing. Bedanya, di sini kalian akan bekerja secara individual."

Deva mendengarkan penuturan sang dosen dengan setengah hati. Jemarinya sibuk menari di layar ponselnya, memotong buah-buahan yang bertebaran di permainan yang ia mainkan.

"Lihat dong." Ujar Deva begitu kelas ditutup. Ia langsung membuka kamera ponselnya dan mengarahkannya ke catatan milik Karina. "Thanks, bestay!"

Karina berdeham. "Lo jadi jalan sama si anu?"

Setelah berminggu-minggu Karina dan Sherina melihat Deva sering bersama Javran, baik itu di lingkungan kampus maupun di luar, mereka pun mulai berdamai dan mulai menerima pilihan yang Deva ambil. Pun begitu, mereka tetap memasang mata dan telinga bila orang-orang membicarakan dosen muda tersebut. Karena bagaimanapun juga, peringatan Rendi dan Hares yang mengatakan kalau Javran adalah buaya, tidak bisa dianggap sebagai lelucon semata.

"Emang gue mau ke mana?" Tanyanya bingung. Ia menyampirkan ranselnya di bahu sambil mereka berjalan menuju kantin.

"Si anu bilang mau ke gym, kan?" Sherina mengeluarkan uang dan membayar makanannya, diikuti oleh Karina dan Deva.

Dan karena Javran adalah dosen mereka, mereka pun tidak bisa dengan leluasa menyebut namanya dalam percakapan sehari-hari ketika di kampus. Bisa bahaya. Di fakultas mereka, dinding pun berbicara.

"Lo nguping?!" Setelah tuduhannya itu, Deva baru sadar bila waktu itu ia memang mengaktifkan mode loudspeaker panggilan telefonnya. Ia pun tekikik pelan. "Ngapain gue ikut begituan? Mending nyari partisipan buat tugas tadi."

Baru saja Deva mulai mengunyah gigitan pertama dari rotinya, seorang mahasiswi menghampiri meja mereka dan menepuk bahu Sherina. "Lo Nadira?"

Sherina menoleh dan menggelengkan kepala. "Gue Sherina. Misabelle Sherina. Gak ada yang namanya Nadira di meja ini."

"Emang nyari Nadira siapa?" Tanya Karina dengan ramah.

Mahasiswi itu mengerucutkan bibirnya. "Gak tau. Dicariin sama pak Javran. Dosen yang ganteng punya lesung pipi itu."

Karina melirik Deva dengan alisnya terangkat. "Oh. Maksudnya Naldeva?"

"Gatau? Iya kali. Namanya kepanjangan, gue ga inget."

Mata Sherina menatap nyalang orang tersebut. Deva menepuk pundaknya, memperingatinya agar ia diam. "That's me, then. Ada apa?"

"Ah ... lo orangnya?" Lirikan matanya yang terlihat mengkritisi penampilan Deva yang sudah memenuhi standar fakultas mereka, tidak dilewatkan oleh Karina dan juga Sherina. "Lo dipanggil pak Javran ke ruangannya."

Deva hanya mengangguk-anggukkan kepalanya. Tetapi, beda halnya dengan Karina dan Sherina yang menatap sinis orang tersebut. "Kamu angkatan berapa?" Tanya Sherina disusul dengan matanya yang membalas me-scan orang tersebut dari atas hingga bawah.

red [2jae - AU] ☑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang