《15》 chameleon

5.3K 527 69
                                    

Aku udah mulai kuliah :'D
Uda sem7, and education first.
Bakalan aku usahain untuk tetap update, tapi gak akan sesering sebelumnya.
Mian ㅠㅠ

Buat kalian yang ngebantu naikin views-nya dalam beberapa hari terakhir, thanks a lot♡♡

Aku dari kemarin udah pengen up, tapi tertunda karena bingung bikin narasinya. Apalagi kondisiku juga kurang fit.

Stay healthy kalian ya!!♡

🍑 aethrasthetic 🍑

Sudah berhari-hari Deva tidak banyak melakukan interaksi dengan Javran. Bahkan di kampus, interaksi mereka sangatlah minim. Bukannya tidak ada kesempatan untuk berinteraksi. Hanya saja, ia mulai merasakan penyesalan atas kelakuannya waktu itu. Kalau saja ia bersikap sedikit cuek dan tidak iya-iya saja, mungkin situasinya tidak akan seperti sekarang.

Ujian tengah semester juga sudah berlalu dua minggu yang lalu. Dan Deva, seperti biasa, melakukan rutinitasnya yang datar dengan niat yang hanya setengah.

"Kamu menghindari saya?"

Deva terkejut setengah mati saat suara Javran tiba-tiba masuk ke telinganya. Ia sedang menikmati waktu sendiri di perpustakaan sambil menunggu kedua temannya yang masih memiliki kelas.

Ia menoleh ke samping. Javran menatapnya dengan tatapan menuntut. "Kenapa bapak nanya gitu?"

"Udah beberapa kali saya tungguin bekal saya, tapi gak datang-datang juga. Dinner juga ga ada. Weekend di penthouse juga kamu gak datang. Saya terpaksa manggil jasa cleaning. Apa itu kalau bukan ngehindari saya?"

Deva menganga tak percaya. "Kan kontrak kerja saya udah habis, pak. Untuk apa saya tetap ngelakuin itu?"

Kini, Javran yang menganga, tidak percaya dengan apa yang dikatakan Deva. "Kamu gak baca kontraknya baik-baik ya? Di situ udah jelas saya ketik, dua bulan itu belum termasuk pre dan post-work.

"Bapak nipu saya?!" Deva menggebrak meja dengan spontan. Orang-orang yang ada di dalam perpustakaan menatapnya dengan tajam atas keributan yang ia buat. "Bapak nipu saya?!" Ulangnya, kali ini dengan intonasi yang rendah.

Melihat reaksi Deva, Javran tidak menyangka bila pemuda itu akan tertipu oleh akal liciknya. "Siapa yang waktu itu hanya membaca sekilas lalu menandatanganinya?"

Deva mencelos. Salahnya juga yang tidak membaca dengan teliti isi kontrak kerjanya tersebut. Ia juga tidak bisa melihat kembali isi kontraknya karena lembaran tersebut sudah ia buang berhari-hari yang lalu. Lalu, entah ada angin dari mana, tiba-tiba saja Javran berceletuk, "You used me?"

Deva merasa tersinggung dengan tuduhan Javran. Yang ada, Javran lah yang memanfaatkannya, bukan sebaliknya. Seperti malam itu. Sebenarnya, Javran lah yang membutuhkannya, tetapi malah Deva yang mendapatkan apa yang dicari Javran. Bila Javran tidak mencapai orgasmenya, bukankah itu salahnya sendiri karena entah mengapa ia menahannya hingga Jibran menginterupsi?

"Biasanya, kalo saya punya hubungan sama orang, biasanya saya yang dimanfaatin. Memangnya kapan saya manfaatin bapak?"

Pahit sekali rasanya mengucapkan kalimat tersebut. Sudah tahu hanya dimanfaatkan, namun tetap saja melakukannya. Deva menggetuk kepalanya secara internal. Siapa tahu dengan begitu, akal sehatnya bisa kembali lagi.

"Pak. Kalo saya mau manfaatin bapak, well, I'll do it if it means I get high grades. Tapi yang kaya begitu cuma ada di sinetron doang. Jadi, untuk apa gitu loh saya manfaatin bapak?"

red [2jae - AU] ☑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang