《05》 unexpected someone

5.3K 534 32
                                    

Sorry lama.
Harusnya up kemarin tapi aku tepar duluan karena kekenyangan.
Hehe.

🍑 aethrasthetic 🍑

"Deva! Kamu ke mana aja?! Dihubungi gak bisa! Katanya mau pulang tanggal dua! Tapi ini udah seminggu kok baru pulang?!"

Saat ia terbangun setelah kejadian itu, Deva sempat merasa bingung. Namun kemudian, ia mengingat semuanya. Bayang-bayang kejadian itu memenuhi kepalanyaa. Bagaimana ia menyentuh dirinya sendiri saat di mobil, dan bagaimana ia meneriakkan nama dosennya ketika mereka bercinta.

Dan selama beberapa hari, Deva sibuk merutuki kebodohannya. Ia bahkan melewatkan jadwal kereta api kepulangannya ke Bandung. Bukan hanya untuk merutuki diri sendiri, tetapi sekalian menunggu sampai jalannya tidak seperti pinguin lagi.

Keinginan untuk menuntut dosennya tersebut sempat ada. Tetapi, ia ingat bahwa dirinya lah yang memancing. Bahwa dirinya lah sumber utama hal tersebut terjadi.

Namun, itu bukan sepenuhnya salah Deva. Ia juga tidak akan seperti itu bila tubuhnya tidak bekerja-- bereaksi dengan aneh. Dan Deva pun tidak bodoh. Ia sepertinya tahu apa yang membuatnya bereaksi demikian. Karena, tidak mungkin ia horny parah secara tiba-tiba tanpa pemicu.

Ia hanya tidak pernah mengira bahwa dirinya secara tidak sengaja akan mengonsumsi aprodisiak. Bukan berarti ia akan mengonsumsinya secara sukarela. Setelah itu, semua yang terjadi adalah kesalahannya, dan dosennya itu juga mengambil bagian di dalamnya.

Deva memaksakan senyuman. Ia menyalimi tangan sang ibu dan mencium pipinya. "Deva ada urusan mendadak, buk."

Sang ibu langsung menarik anak keduanya itu ke dalam rumah. "Ih ibuk khawatir! Kenapa kok tupperwarenya aja yang dateng tapi kamunya engga! Gak ada masalah sama kuliahnya kan?"

"Engga kok, buk. Cuma masalah dikiiit aja. Ibuk gak perlu khawatir. Seriusan, deh." Deva mengelus pelan lengan sang ibu yang masih terlihat khawatir. "Bapak mana, buk? Kok gak nampak?"

Bu Ratna mendengus. "Bapakmu itu lagi bantuin tetangga nurunin barang. Dari maghrib tadi udah ibuk suruh pulang, tapi si bapak seru banget ngopi sama anak-anak muda itu."

"Oh, yang bekas rumahnya pak Jaafar ya, buk? Deva lewat tadi iya sih rame." Ucapnya, mengingat sebuah truk yang terparkir di depan rumah yang berjarak dua rumah dari milik mereka.

Sang ibu mendengus. Beliau masih merasa kesal karena suaminya itu lebih memilih untuk membantu tetangganya daripada makan malam bersama keluarga.

Ibu dan anak itu mengobrol sebentar. Membicarakan hal-hal random yang muncul di kepala, karena saling merindu. Mereka sudah enam bulan tidak bertemu, dan komunikasi pun tidak begitu sering. Jadi, rasanya wajar bila sang ibu menahan sang anak untuk diajak mengobrol.

Setelah makan malam dan puas menghabiskan waktu bersama, Deva pun pergi ke kamarnya untuk bersih-bersih dan istirahat.

--

"Buk? Yang nempati rumah pak Jaafar itu siapa? Jam dua Deva denger musik kuat banget. Kayanya dari sana suaranya." Ucap Deva begitu ia masuk ke dapur.

Ia berkata demikian karena komplek perumahannya itu biasanya tenang, baik siang maupun malam. Kecuali bila ada acara yang mengundang DJ dan semacamnya. Dan itu pun hanya sampai jam sebelas malam, tidak lebih.

"Ibuk kurang tau. Belum ketemu juga sama orangnya. Tanya bapak sana."

"Pak ..."

Si bapak yang sudah mendengar pertanyaan Deva pun menyahut. "Pengusaha muda, tuh. Bisnisnya banyak, di mana-mana. Katanya sih, gitu."

red [2jae - AU] ☑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang