《°2》 some dramas when Deva pregnant

4.9K 391 50
                                    

[Lanjutan Bonus chapter Versi 2]
🍒🍒

"Huek!"

Kening Deva berkerut dalam. Ia menoleh ke belakang dan mendapati suaminya sedang berlari ke arah kamar mandi.

"Mas Javran? Mas lagi gak enak badan?!" tanya Deva, dan ia pun menyusul Javran ke kamar mandi.

Javran berjongkok di depan closet yang terbuka, mengeluarkan apapun yang ada di dalam lambungnya. Deva yang melihatnya merasa kasihan bercampur jijik. Kalau situasinya berbeda, dalam artian ia sedang tidak hamil, ia mungkin tidak akan merasa jijik seperti itu.

Deva melangkah mundur ketika Javran selesai dengan urusannya. Ia menatapi wajah Javran yang terlihat lesu dengan mata yang merah.

"Dek, Mas pengen mangga masa."

Kening Deva berkerut dalam. "Mangga?" tanyanya.

Javran mengangguk lugu bak anak anjing. "Di rumahnya Mas ada pohon mangga. Suruh Jibran bawain ke sini gapapa kali, ya?"

"Mangga?!" tanya Deva kembali, kini dengan nada yang naik beberapa oktaf.

Tidak mengerti dengan reaksi yang diberikan Deva, Javran pun mengangguk dengan perasaan kesal. "Kamu kalo mau, minta sendiri sama Jibran. Jangan minta punya Mas, ya!" ucapnya cuek sambil berlalu.

Ini bukan pertama kalinya Javran mengatakan bahwa ia menginginkan ini itu. Terhitung sudah enam kali Javran mengidamkan sesuatu, sekitar dua minggu setelah Deva mulai mengalami morning sickness. Awalnya Deva tidak terlalu memusingkannya. Tetapi lama kelamaan, sikap Javran yang seperti itu membuat Deva merasa eneg banget sama suaminya sendiri.

Deva yang juga sedang sensitif-sensitifnya karena hormon kehamilannya itu, menatap belakang kepala Javran dengan teramat sangat tajam.

"Terserah! Musim mangga udah lewat! Jangan nangis kalo Jibran datang gak bawa apa-apa!"

--

Selama seminggu setelah kunjungan terakhirnya ke dokter kandungan, Deva merasa sedikit lebih baik. Dokter memberinya berbagai vitamin untuk menjaga kesehatannya dan juga calon bayinya. Namun, nafsu makannya masih sangat buruk, dan hal itu membuat orang-orang di sekitarnya merasa sangat khawatir.

"Dimakan loh, le! Kamu gak kasihan sama calon bayimu?!" sungut bu Ratna yang sudah dua hari menginap di apartemen Javran.

Beliau sudah memasakkan sejumlah makanan untuk anak dan menantunya. Beliau juga membantu meringankan pekerjaan rumah Deva seperti bersih-bersih. Tak tega rasanya melihat sang anak kelelahan, apalagi di usia kandungannya yang mau memasuki 6 bulan.

Hormon yang bagaikan ombak membuat Deva langsung terisak dan menangis tersedu-sedu. Satu tangannya memang menggenggam sendok, namun sama sekali tidak ia gunakan untuk menyentuh makanan yang disajikan di depannya. Sementara tangannya yang lain berada di atas perutnya yang semakin membesar, mengelusnya samar agar ia merasa tenang.

Bu Ratna menghela. Bahkan Mika, anak sulungnya, tidak sesusah ini ketika disuruh makan saat ia masih mengandung. "Walah le! Kalau Kamu gak makan, kasihan bayimu nanti kekurangan gizi! Dimakan, ya? Ibuk udah masakin makanan kesukaanmu ini," bujuk beliau dengan nada yang lebih lembut.

Masih dengan isak tangisnya, Deva pun menganggukkan kepala. Ia mulai menyuapkan nasi dan lauk ke dalam mulut, hingga Javran memasuki dapur dengan handuk tersampir di bahunya.

"Why are you crying, loli?"

Melihat wajah tampan Javran yang kini dihiasi dengan brewok tipis dan mendengar panggilan spesialnya itu, tangis Deva pun semakin menjadi-jadi. Bu Ratna yang jengah melihat tingkah anaknya pun hanya bisa mengelus dada. Beliau lalu memberikan isyarat kepada Javran bahwa ia akan keluar sebentar.

red [2jae - AU] ☑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang