Chapter 65

1.4K 131 45
                                    



















Di rumah duka keluarga Kim, ada begitu banyak orang yang datang untuk memberikan penghormatan terakhir kepada ayah Seokjin. Kebanyakan dari orang-orang yang datang adalah teman-teman Ten yang juga mengenal Seokjin dan ayahnya.


Seokjin telah memutuskan agar ayahnya tidak dikremasi dan memilih untuk menguburkan jenazahnya di pemakaman yang terletak di kaki gunung Greenwood. Karena jika suatu saat ia meninggalkan Chicago, ia memiliki alasan untuk kembali lagi ke sini.

Seokjin yang masih diselimuti tebalnya kabut duka, sejak kemarin terlihat sangat berantakan sekali. Wajahnya pucat, rambutnya yang telah disisir rapi oleh Ten pun telah berantakan. Ia masih mengurung diri di kamarnya sejak pagi bersama Jeongsan.



Tadi malam, Namjoon menginap di rumah Seokjin, ia tidur di kamar yang memang disediakan khusus untuk tamu setelah Johnny meminjamkannya beberapa pakaian. Sejujurnya, semalaman ia tidak tidur sebab terus mendengar tangisan Seokjin yang menggema di rumah kecil ini. Ia merasa tidak bisa membiarkan Seokjin menangis penuh luka seperti itu, bahkan ia  sangat ingin memeluk dan menenangkan sosok yang telah menjadi milik orang lain itu di dalam dekapannya.













"Paman, Eunbi sudah boleh makan? Lapar."

Namjoon yang semula sedang duduk sambil melamun pun mengalihkan pandangannya ke arah sosok cantik di sampingnya. Ia tahu Eunbi bukanlah putri kandung Seokjin, tapi ia bisa melihat ada begitu banyak kemiripan antara pasangan papa dan anak ini.





"Paman? Eunbi mau makan!" Rengekan Eunbi terdengar kesal. Karena sejak tadi Namjoon hanya menatapnya saja padahal ia sudah sangat kelaparan.

Namjoon tertawa pelan, ia lalu membawa tangannya untuk mengusap rambut panjang Eunbi.


"Iya, kita makan. Di dapur ada paman Jo, kan?"

Eunbi lalu menganggukkan kepalanya. Lalu Namjoon membawa Eunbi ke dapur. Di sana, ia bisa melihat Johnny yang sedang sibuk memotong kentang dan wortel, mungkin akan membuat sup. Sementara Ten sedang sibuk menimang bayi perempuan yang Namjoon ketahui bernama Gisella, putri dari sepupu Johnny.




"Eunbi mau makan, kan? Sebentar lagi selesai. Tunggu sebentar, ya, sayang?"

Tatapan dan kalimat hangat Johnny dibalas anggukan lucu oleh si gadis cantik berusia tujuh tahun. Namjoon lalu menuntun Eunbi untuk duduk di kursi meja makan.

Saat Namjoon hendak keluar untuk merokok, suara Ten menghentikan langkahnya. Ia mengerutkan keningnya ketika melihat Ten sedang mengulurkan bayi yang tadi ada di gendongannya.




"Hyung," panggil Ten dengan sebuah senyum di wajahnya.

Namjoon agak menunduk karena Ten bertubuh lebih pendek darinya. Jika bukan karena diberitahukan oleh Johnny, ia tidak akan menyadari perut membuncit pria di hadapannya ini dan akan terus berpikir jika Ten sedang mengalami penggemukan.




"Tolong gendong sebentar, ya? Aku ingin ke toilet, sudah tidak tahan!"



"Kau baru beberapa menit yang lalu ke kamar mandi, sayang. Sudah ingin buang air kecil lagi?" tanya Johnny yang masih sibuk pada masakan yang ia buat untuk Eunbi dan suami kecilnya.



"Kau sudah dengar sendiri perkataan dokter tempo hari lalu! Semakin besar perut, semakin besar tekanan pada kandung kemihku!" ujar Ten sedikit meninggikan suaranya.


Namjoon hanya menatap bingung, ia tidak pernah sekali pun menggendong bayi selama hampir empat puluh tahun hidupnya. Ia juga tidak ingin membuat anak orang lain terluka karena kecerobohannya.






My Fabulous Slave 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang