Seokjin terbangun dengan rasa sedikit pusing di kepalanya. Sebab sebelumnya ia tidak pernah bangun sangat telat seperti saat ini. Matanya memicing melihat ke arah jam dinding yang telah menunjukkan pukul sebelas siang.
Meski sudah tidur, tetap saja ia merasa masih mengantuk. Tangan kirinya meraba sisi ranjang dengan malas, keningnya berkerut saat tidak merasakan apa-apa di sana. Ia segera duduk dengan mata yang terbelalak.
"Eun-Eunbi …," lirihnya. Ia mengusap kedua matanya yang masih terasa berat. Helaan napas kecewa ia hembuskan. "Ternyata hanya mimpi."
Seokjin segera turun dari ranjang. Ia keluar dari kamar dan mendapati Johnny dan ayahnya sedang menonton televisi di sofa.
"Siang." Seokjin menyapa dengan suaranya yang begitu lesu. Johnny langsung menyadari jika hyung kekasih hatinya itu sedang tidak baik-baik saja.
"Hyung, kau sakit?" Seokjin menggelengkan kepalanya. Ia berjalan menuju kamar mandi untuk mencuci wajah dan menyikat giginya. Setelah itu ia segera mengambil tempat di sebelah ayahnya untuk ikut menyaksikan siaran yang sedang tayang.
"Kau terlihat lesu sekali, nak. Apa kau butuh obat?" Ayah Seokjin bertanya dengan lembut. Ia mengusap punggung tangan anaknya dengan sangat lembut.
"Tidak apa, ayah." Seokjin berbohong. Ia begitu kecewa ketika menyadari kehadiran gadis kecil itu hanyalah teman dalam tidurnya. Helaan napas yang berat dan dalam kembali ia hembuskan.
"Di mana Ten, Johnny?"
"Dia baru saja pergi ke pasar. Tadinya dia ingin mengajakmu, tapi kau terlihat masih sangat nyaman dalam tidurmu, jadi dia pergi sendiri saja dengan bus." Johnny menjelaskan, Seokjin hanya mengangguk paham.
Tiga anak cucu Adam itu kembali menatap layar televisi yang sedang menyiarkan sebuah drama kolosal. Johnny melirik Seokjin, ia bisa melihat Seokjin yang terus murung dan gelisah.
"Hyung, kau terlihat gelisah sekali."
Seokjin tersenyum tipis, ia meremas jari-jarinya. "B-boleh aku bertanya?"
Johnny menganggukkan kepalanya. Seokjin menggigit bibir bawahnya, ia sangat gugup sekali saat ini. Meski akan kecewa, ia lebih memilih untuk bertanya.
"A-apa aku tidak pernah pulang sambil membawa seorang gadis kecil? M-maksudku, aku membawanya untuk tinggal di sini sementara." Seokjin bisa melihat Johnny yang mengerutkan keningnya.
"Gadis kecil?" Melihat Seokjin mengangguk, Johnny pun memahami sesuatu. "Kau sedang merindukan Haneul?"
"A-ah, tidak." Seokjin segera berdiri. Kaki-kakinya melangkah menuju dapur, ia ingin membasahi tenggorokannya.
Helaan napas yang begitu berat kembali terdengar. Ia mengusap kasar wajahnya. Tidak lama, ia merasakan matanya sedikit memanas, ia sungguh ingin menangis sekarang juga.
"Tidak ada Eunbi, sadarlah, Kim Seokjin."
Bunyi dari pin keamanan menggema di rumah, suara pintu terbuka terdengar, disusul suara Ten yang mengeluh.
"Astaga! Di luar dingin sekali. Untung saja aku memakai jaket berlapis."
Seokjin membasuh lagi wajahnya dan segera mengeringkannya dengan handuk kecil. Ia ingin membuat sesuatu yang manis untuk menghibur dirinya sendiri. Saat akan melangkah menuju kulkas, ia bisa merasakan kaki kirinya yang terasa begitu berat. Matanya langsung menatap ke bawah, kemudian langsung terbelalak.
![](https://img.wattpad.com/cover/206123044-288-k740430.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Fabulous Slave 🔞
Romance⚠️ Mengandung adegan 🔞 seperti : bahasa kasar, kekerasan, pelecehan seksual, dll ⚠️ Kehidupan Kim Seokjin yang semula tenang berubah kacau sejak ia bertemu dengan Kim Namjoon. Namun, sebuah fakta yang akhirnya terkuak setelah sekian tahun membuatny...