Meski sudah lima hari berlalu, suhu tubuh Seokjin tidak juga turun, tubuhnya selalu menggigil setiap pagi. Namjoon benar-benar panik dan kesal. Ia tahu jika Seokjin memang tidak ingin disembuhkan, entah kenapa ia merasa jika istrinya itu seolah mampu mengendalikan kondisi tubuhnya.
"Aku sudah menghubungi ayahmu. Kalian bisa berbicara nanti." Namjoon berujar dingin, meski begitu, ia sangat cemas dan takut.
"Tidak bisakah kita mengatakan dan meminta izin darinya bersama?" Seokjin bertanya, namun Namjoon hanya diam.
Kemudian pemuda Kim yang tampan itu menjawab dengan suara dinginnya. "Itu urusanmu, aku tidak memberi izin. Jika ayahmu juga tidak memberi izin, kuharap kau segera sadar dan memikirkan kesalahanmu, Kim Seokjin."
"Lalu bagaimana jika ayah setuju?"
Namjoon menghela napasnya dengan kasar. "Terserah, aku tidak peduli. Jika kau masih menganggapku sebagai suamimu, seharusnya kau hanya mendengarkan perkataanku. Bagaimana pun juga aku adalah kepala keluarga di sini, aku yang berhak mengaturmu!"
Namjoon keluar dari kamar mereka, meninggalkan Seokjin yang sedang memikirkan cara menyampaikan keinginannya pada ayahnya.
Ketika siang hari tiba, ayahnya sampai ke rumah mereka. Ia tidak tahu mengapa rumah menantu dan anaknya terasa sangat dingin dan mencekam, Namjoon bahkan menyambutnya dengan wajah dingin.
"Nak, boleh ayah tanya sesuatu?" Seokjin menganggukkan kepalanya.
"Kalian bertengkar? Namjoon terlihat sangat kesal dan marah," ujar ayahnya. Seokjin hanya bisa mengangguk lemah, tidak ingin berbohong.
"Ada masalah apa? Lalu kenapa aku disuruh datang? Bukankah ini masalah rumah tangga kalian?" Seokjin diam beberapa detik, ia menghela napasnya sebelum menyampaikan keinginannya.
"Ayah, jika … aku ingin melakukan operasi transplantasi rahim agar bisa memiliki keturunan, apa ayah akan memberikan izin?"
Kedua mata yang sudah terhiasi dengan kerutan itu terbuka lebar. Ia benar-benar terkejut. "K-kau—"
"Dengan begitu aku bisa mengandung, aku dan Namjoon bisa memiliki anak kandung kami. Apakah ayah akan mengizinkan?"
Ayah Seokjin terlihat sedang berpikir keras, ia masih terkejut dan bingung. "Hanya wanita yang bisa mengandung, nak. Apa kau pikir itu akan berhasil?"
"Tentu, ayah. Aku pasti akan baik-baik saja, hanya saja aku butuh izin dari ayah."
"Ayah rasa hal ini harus kau bicarakan pada suamimu, nak. Ayah tidak berhak untuk ikut memberi suara. Kalian yang—"
"Keberhasilan hanya tiga puluh persen, aku tidak pernah memberinya izin sekali pun. Tapi dia bersikeras memohon izin padaku dan pada ayah. Jika ayah mengizinkannya, aku tidak akan peduli padanya lagi."
Ayah Seokjin panik, ia segera menenangkan menantunya yang masih kelihatan sangat kesal dan marah.
"Aku hanya ingin memberikan yang terbaik untukmu, Namjoon. Aku ingin memberikanmu bayi-bayi yang lucu. Tidak bisakah kau mewujudkan keinginanku ini?"
Namjoon menatapnya dengan tajam. "Sekali tidak tetap tidak, bahkan jika kau memohon sambil menangis darah sekali pun! Aku juga ingin yang terbaik untukmu, jangan egois, Kim Seokjin!"
Ayahnya segera melerai pasangan muda itu. Ia bisa melihat bibir anaknya yang mulai bergetar, menahan tangis. "Sudah, jangan bertengkar."
"Dia anak tunggal ayah, apa ayah berani mengambil risiko sebesar itu? Aku tidak mau terjadi apa-apa padanya." Tidak ada lagi nada yang hangat di setiap kalimat Namjoon. Tidak peduli Seokjin sedang sakit atau tidak.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Fabulous Slave 🔞
Romansa⚠️ Mengandung adegan 🔞 seperti : bahasa kasar, kekerasan, pelecehan seksual, dll ⚠️ Kehidupan Kim Seokjin yang semula tenang berubah kacau sejak ia bertemu dengan Kim Namjoon. Namun, sebuah fakta yang akhirnya terkuak setelah sekian tahun membuatny...