Chapter 70

1.3K 106 82
                                    

















Sudah genap satu bulan sejak Seokjin dan anak-anaknya menetap di Korea. Selama sebulan itu pula, ia terus disibukkan dengan beberapa urusan kepindahan dan yang lainnya, terutama urusan mengurus anak-anaknya dan Namjoon. Ia bahkan tidak pernah sekali pun menginvasi dapur; tempat paling nyaman baginya dahulu.

Tapi untuk malam ini, saat ini ia tengah memegang satu nampan yang dipenuhi dengan beberapa masakan yang ia buat dengan tangannya sendiri, membuatnya merasa sedikit nostalgia. Perasaan senang ketika membawakan makanan ke ruang kerja Namjoon masih membuat jantungnya berdebar tidak karuan.

Pintu ia ketuk, suara berat Namjoon yang menyuruh untuk masuk pun terdengar. Ia dapat melihat wajah lelah Namjoon, dengan kacamata baca yang bertengger apik di batang hidungnya, terlihat seksi sekali.





"Dinner, sir?" Seokjin meletakkan nampan di tangannya ke atas meja di dekat sofa. Ia lalu berjalan menuju meja kerja Namjoon.

Namjoon tampaknya tidak mendengar pertanyaannya barusan, Seokjin pun berdecak sebal.

"Hei, kau mau sakit atau bagaimana?" tanya Seokjin. Melihat Namjoon masih fokus pada berkas dan laptopnya, Seokjin meraih paksa kacamata baca Namjoon.

Namjoon tampak menghela napas lelah. Ia menjulurkan tangannya dengan telapak yang terbuka. "Kembalikan, sayang. Aku akan makan setelah selesai."

Seokjin menggelengkan kepalanya, kemudian mengantongi kacamata itu di saku celananya. "Sudah tidak makan siang, sekarang mau tidak makan malam? Apalagi namanya jika bukan kau ingin mengundang sakit?"


Melihat wajah Seokjin yang tertekuk, Namjoon menghela napas, kemudian berdiri dari kursinya dengan senyum tipisnya.



"Iya, aku makan." Tangannya mengusap lembut rambut hitam Seokjin yang telah memanjang. "Maaf membuatmu khawatir, sayang."

Meski kesal, Seokjin tetap menutup mata; menikmati, ketika bibir Namjoon telah menempel di bibirnya. Hanya menempel, hanya kecupan kecil yang sederhana, tapi membuat keduanya merasakan debaran luar biasa.




Setelah itu, Namjoon pun duduk di sofa untuk mulai makan. Sementara Seokjin mengambil tempat tepat di sebelah Namjoon yang mulai memberikan pujian pada masakannya.

"Sudah lebih dari tiga tahun aku tidak merasakan masakanmu, tapi kau masih saja luar biasa."

"Terima kasih."


Kemudian Namjoon memakan makan malamnya yang telat dalam keheningan, masih dengan Seokjin yang tidak mengalihkan pandangannya dari Namjoon yang terlihat sangat menyukai masakannya. Ia senang sekali Namjoon masih mengingat rasa dari masakannya padahal ia tidak memberitahukan bahwa itu adalah hasil buatannya.







Sejujurnya, Namjoon sudah merasa jika Seokjin terus menatapnya, tapi ia tidak ingin memergoki Seokjin yang mungkin akan merasa malu karena ketahuan. Jadi, ia memilih untuk terus memakan dengan khidmat masakan Seokjin yang sangat ia rindukan.









"Apa aku boleh menjadi orang yang bertanggungjawab untuk makanan di rumah ini?"

"Hm?" tanya Namjoon yang masih memenuhi mulutnya dengan makanan.



"Aku ingin memastikan kau dan Eunbi makan makanan yang sehat dan baik."

Namjoon segera menelan makanan di mulutnya, lalu meminum air yang juga sudah Seokjin sediakan.

"Ini bukan berarti bibi Oh dan asisten rumah tangga yang lain akan meracuniku, sayang."

Tanggapan Namjoon barusan membuat Seokjin berdecak kesal. Ia menyandarkan punggungnya pada sandaran sofa dengan tangan yang terlipat di depan dada.

My Fabulous Slave 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang