Seorang suster keluar dari ruang operasi dengan ekspresi panik. Ia bergegas menghampiri Namjoon yang sedang melamun di kursi tunggu.
"Tuan Kim, proses transplantasi sudah berhasil, tapi istri anda sedang dalam keadaan yang gawat!"
Ketakutan itu pun meledak. Namjoon bergegas mengikuti suster itu setelah memakai pakaian steril. Kedua matanya terbuka dengan lebar ketika melihat perut rata yang sering ia usap itu sedang dijahit— memperlihatkan sedikit isi perut yang sedikit membuatnya mual. Ia ingin menangis, ia sangat tidak ingin melihat situasi ini.
Suster mengarahkannya untuk mendekati pasien, Namjoon segera berada di dekat kepala Seokjin.
"Hei," ujarnya. Air matanya menetes, tangannya mengusap pipi berisi istrinya dengan lembut. "Tolong jangan membuatku ketakutan seperti ini. Kau benar-benar bisa membuat perasaanku tercampur aduk."
"Kinerja jantung pasien mengalami penurunan!" Seorang dokter berujar. Namjoon semakin ketakutan, bibirnya bergetar, ia memeluk pelan leher Seokjin.
"Aku memberimu izin," ujarnya sambil menangis. "Aku memberimu izin, sayang. Aku akan menanti anak yang akan kau kandung. Bertahanlah, kau pasti kuat. Aku ingin melihat anak-anak kita lahir."
Dua orang dokter dan seorang suster cukup terkejut di tengah kesibukan mereka meski sudah mengetahui. Pasangan sejenis seperti mereka masih sangat tabu dan operasi transplantasi ini baru tiga kali terjadi di sepanjang sejarah kedokteran Korea.
"Kau pasti bisa, aku akan melakukan apa pun untukmu jika kau mewujudkan keinginanku, Kim Seokjin. Kau sudah berjanji akan berhasil …." Air mata semakin deras mengalir, ia benar-benar ketakutan setengah mati.
"Semakin lemah!" Suster itu memberitahu. Salah satu dokter terlihat panik.
"Siapkan defibrillator!" Kedua mata Namjoon terbelalak, ia segera berdiri dan sedikit menjauh karena perintah dari dokter itu.
"120 joule!" Alat yang mirip dengan setrika namun lebih kecil itu ditempelkan di dada telanjang Seokjin. Tubuh bagian atasnya sedikit terangkat, namun angka pada monitor tidak juga naik.
"360 joule!" Sekali lagi benda itu ditempelkan. Namun masih tidak ada perubahan.
Kedua kaki Namjoon lemas, tubuhnya terduduk di lantai yang dingin. Tidak!, teriaknya dalam hati. Ia tidak ingin ditinggalkan secepat ini!
"420 joule!" Dokter kembali memerintah, namun suster itu tidak melakukannya.
"Dokter! Terlalu berbahaya untuk pasien!"
"Lakukan atau tidak ada harapan sama sekali!"
Mendengar hal itu, Namjoon langsung menutup kedua telinganya. Ia tidak ingin mendengarkan kalimat-kalimat selanjutnya.
Sedetik kemudian, suara nyaring yang memekakan telinga terdengar di penjuru ruang operasi. Napas Namjoon seketika terhenti, kedua matanya terbelalak, darahnya seolah berhenti mengalir, dan dunianya pun kini terasa berakhir.
"AAAHHHHH!!!" Namjoon meraung, ia menangis sekeras mungkin, tidak peduli jika akan mengganggu orang lain.
"Rabu, pukul dua lewat dua puluh lima menit, waktu kematian pasien Kim Seokjin."
Namjoon merangkak dengan gontai, ia meraih wajah istrinya. Mencium setiap sisi wajah cantik itu sambil menangis.
"Kau sudah berjanji … kau bilang akan berhasil. Kau berkata akan melahirkan bayi yang lucu untukku." Tangisnya semakin pelan.
![](https://img.wattpad.com/cover/206123044-288-k740430.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Fabulous Slave 🔞
Romance⚠️ Mengandung adegan 🔞 seperti : bahasa kasar, kekerasan, pelecehan seksual, dll ⚠️ Kehidupan Kim Seokjin yang semula tenang berubah kacau sejak ia bertemu dengan Kim Namjoon. Namun, sebuah fakta yang akhirnya terkuak setelah sekian tahun membuatny...