Ketakutan yang begitu besar dan menyelimutinya dengan begitu tiba-tiba membuat tubuh Seokjin bereaksi di luar dugaan sosok pria di hadapannya. Tubuhnya yang masih membutuhkan banyak istirahat itu bergetar hebat, membuat gigi-gigi putihnya saling bertabrakan hingga menimbulkan bunyi. Air mata bahkan sudah mengalir deras dari telaga hitamnya yang indah.
"S-siapa kau?! K-kenapa kau terus m-menggangguku?" Suara yang Seokjin keluarkan terdengar begitu menyedihkan, tapi sosok itu tidak peduli. Seokjin semakin ketakutan ketika melihat tangan pria itu mengeluarkan sebuah kain dari saku jasnya.
"T-tidak!!! Mau ap—"
Kalimat Seokjin tidak terselesaikan. Kesadarannya menghilang setelah bernapas di kain putih yang ditempelkan pria itu di hidung dan mulutnya.
Matahari telah kembali untuk menyinari seluruh sudut kota Seoul. Sesosok pria mungil berambut hitam tengah menuangkan teh untuk dirinya dan kedua tamunya.
"Jadi benar Namjoon hyungmu yang menyerang Seokjin hyung dan pria bernama Lee Sandeul?" Ten menginterogasi. Ia bisa melihat Taehyung mengangguk, sementara Jimin terlihat terkejut mendengarnya.
"Aku heran, bagaimana bisa kau sama brengseknya dengan hyungmu? Kalian benar-benar tidak ada bedanya!" Ten berujar dingin dan menusuk. Ia mengalihkan pandangannya, menatap Jimin yang terus menundukkan kepalanya.
"Hey, Park!" Jimin mengerjapkan kedua matanya, ia terkejut. "Calon suamimu ini bisa dituntut dan dipenjara karena menyembunyikan hal sebesar ini. Orang tuamu yang begitu perfeksionis tentu tidak akan menyetujui pernikahan kalian jika mereka mengetahui semua ini, kan?"
"Apa maksudmu berbicara begitu?! Kau mencoba membuat kami bertengkar sekarang?!" Taehyung meninggikan suaranya, ia tidak suka dengan kalimat Ten barusan.
"Tidak. Aku tahu Jimin pintar, dia pasti akan memikirkan keputusannya setelah ini. Aku pun tidak mau memiliki pasangan hidup seburuk dirimu. Kau dan hyungmu secara tidak sengaja sudah membunuh Lee Sandeul dengan tuduhan yang terarah padanya, Kim."
"Aku bahkan baru mengetahui kematian Lee Sandeul, bagaimana bisa kau menyalahkanku?!"
"Emosimu buruk sekali, Kim." Ten tertawa kecil, ia kembali menatap Jimin. "Tolong ajari priamu untuk menahan amarahnya. Atau kau akan mengalami kekerasan rumah tangga seperti yang hyungnya lakukan pada hyungku!"
"TEN LEE!!!" Taehyung terlihat begitu marah. Ia menatap nyalang pemuda Thailand di hadapannya.
"A-aku akan kembali ke hotel," cicit Jimin. Taehyung membelalakkan kedua matanya, ia menahan tangan Jimin yang sedang memakai jaketnya.
"H-hei, sayang. Jangan dengarkan dia, dia berusaha membuatku terlihat buruk." Taehyung berujar dengan begitu lembut sambil mengusap kedua pipi Jimin yang sudah basah.
"Lepas." Jimin berujar dingin meski air mata masih mengalir di pipinya. Ia segera berlari meninggalkan mansion milik Namjoon setelah Taehyung melepaskannya dengan berat hati.
Taehyung terduduk lesu, tapi matanya tidak berhenti untuk menatap Ten dengan tajam.
"Sekarang hanya ada satu hal yang harus kau lakukan, Kim Taehyung."
Matahari kian tinggi, cahaya hangat di pagi hari perlahan berubah menjadi panas dan menusuk. Seokjin membuka kedua matanya dengan perlahan. Ia memijat pelan keningnya. Pandangannya menatap ke seluruh sisi ruangan ini, ruangan asing yang tidak pernah ia kenali.
![](https://img.wattpad.com/cover/206123044-288-k740430.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Fabulous Slave 🔞
Любовные романы⚠️ Mengandung adegan 🔞 seperti : bahasa kasar, kekerasan, pelecehan seksual, dll ⚠️ Kehidupan Kim Seokjin yang semula tenang berubah kacau sejak ia bertemu dengan Kim Namjoon. Namun, sebuah fakta yang akhirnya terkuak setelah sekian tahun membuatny...