Di sebuah ruangan luas dengan pencahayaan yang terang, Seokjin duduk di sofa sambil menunggu dengan rasa takut yang sudah memenuhi dirinya. Sang majikan tidak juga datang setelah lebih dari tiga puluh menit yang lalu memerintahkannya untuk ke ruangan pribadinya. Seokjin hanya tidak ingin pria tua yang gemuk, jelek dan gila itu berbicara yang tidak masuk akal pada Namjoon.
Tidak lama kemudian pintu terbuka, rasa takut semakin menyelimuti sosok manis bermarga Kim. Namjoon masuk dengan aura mencekam yang seolah siap membunuhnya kapan pun dan kembali menghidupkannya untuk kembali dibunuh. Takut. Hanya itu yang Seokjin rasakan saat ini.
"Berlutut." Dingin. Sangat dingin. Seokjin bisa merasakan suara itu terdengar sepuluh kali lipat lebih datar dan dingin dari biasanya. Tanpa menunggu lama, Seokjin segera berlutut di lantai tanpa berani menatap Namjoon.
Pria tinggi itu melepaskan ikat pinggang yang ia pakai— memegang bagian kepalanya dan membiarkan bagian ekornya terseret di lantai. Hal itu membuat ketakutan Seokjin semakin meningkat. Namjoon berjalan mengelilingi Seokjin dengan langkah yang lambat sambil menatap dengan penuh amarah.
Satu cambukan keras Namjoon hadiahkan tepat di punggung mulus Seokjin. Suara jeritan kesakitan yang tertahan keluar dari mulut sosok manis yang sedang berlutut itu. Ia bisa menahan jeritannya, tapi air matanya tidak bisa tertahan ketika merasakan sakit dan perih yang baru saja menyentuh kulitnya, meski masih terlapis dengan pakaiannya.
"Membawa masakan yang tidak enak dan marah setelah mendapatkan komentar buruk, hm?" Namjoon kembali mencambuk dengan kuat tubuh Seokjin. Ia masih berjalan mengelilingi yang lebih tua dengan langkah pelan, seperti hiu yang sedang mengitari mangsanya.
Seokjin sudah menduga hal ini sejak awal. Pria tua yang gila itu pasti akan berbohong dan membuat seolah Seokjin yang bersalah. Tapi hatinya merasa sangat sakit karena Namjoon— pria dengan kecerdasan luar biasa ini bisa percaya dengan perkataan bodoh seperti itu. Ia pun kembali mengingat jika Namjoon tidak pernah sekali pun mengatakan masakannya tidak enak.
"Kau pikir kau seorang koki hebat yang pernah bekerja di restoran terbaik di dunia? Kau sadar dengan apa yang sudah kau lakukan pada presdir Han?!" Dua cambukkan Namjoon berikan di tubuh mulus Seokjin lagi, membuat pria mungil itu hampir saja terjatuh ke lantai.
Namjoon berhenti tepat di depan Seokjin. Ia berjongkok untuk menyamakan tingginya, kemudian mencengkram kuat dagu Seokjin agar pandangan mereka bertemu. Namjoon semakin kesal karena Seokjin terus meneteskan air matanya.
"Kau sadar di mana letak kesalahanmu, sialan?" tanya Namjoon. Seokjin mengangguk cepat sambil memejamkan matanya sekuat mungkin.
Namjoon melepaskan tangannya dari wajah Seokjin dengan kasar, ia kembali berdiri dan memberikan cambukan yang lebih keras di lengan kiri Seokjin. Kali ini Seokjin tidak bisa menahan tubuhnya, ia terjatuh ke sisi kanan dan mulai meringkuk— memeluk erat kedua lututnya sambil terus menangis tanpa suara. Dalam hati ia terus memanggil sang ayah yang ia rindukan— berharap sosok yang sudah membesarkannya itu bisa menolongnya, namun itu mustahil.
"Kembali ke mansion. Bersihkan satu kamar tamu untuk Taehyung dan kekasihnya. Mereka akan menginap beberapa hari. Pelajari kesalahanmu atau kau akan menyesal!"
Seokjin pikir nasib sialnya sudah berakhir setelah cambukan terakhir itu. Namun sekarang, dengan kedatangan Taehyung, itu akan menambahkan satu atau beberapa lagi nasib sial untuknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Fabulous Slave 🔞
Romance⚠️ Mengandung adegan 🔞 seperti : bahasa kasar, kekerasan, pelecehan seksual, dll ⚠️ Kehidupan Kim Seokjin yang semula tenang berubah kacau sejak ia bertemu dengan Kim Namjoon. Namun, sebuah fakta yang akhirnya terkuak setelah sekian tahun membuatny...