Chapter 22

3.4K 315 18
                                    






Taehyung menyesap kopinya sedikit demi sedikit. Ia merasa sangat gugup berhadapan dengan ayah Seokjin seperti ini. Ia bahkan sudah menghabiskan dua cangkir kopi.



"Kim Taehyung-ssi, bisakah aku menanyakan sesuatu padamu?" Ayah Seokjin akhirnya mengucapkan sesuatu. Taehyung menganggukkan kepalanya. Pria Kim itu tahu jika ada sesuatu yang mungkin sangat penting untuk dibahas.


"Aku merasa senang karena tahu putraku bekerja dengan Namjoon. Aku senang dia bisa tinggal di tempat yang nyaman, makan dengan baik dan berpenghasilan yang cukup bahkan mungkin lebih." Taehyung menelan liurnya dengan susah payah mendengar hal itu. Senyum ayah Seokjin ketika mengatakannya berhasil membuat Taehyung merasa bersalah karena ia tahu apa yang Seokjin alami selama bekerja dengan Namjoon. Memang benar jika Seokjin tidur di tempat yang nyaman, makan dengan baik dan memiliki penghasilan yang lebih besar dari pelayan pribadi lainnya, tapi selebihnya tidak ada yang baik.



"Ketika pertama kali bertemu Seokjin setelah koma, aku sangat senang melihatnya bahagia dengan senyumnya yang masih melekat di wajahnya. Tapi—"

"Tuan Kim, tolong langsung ke inti saja." Taehyung memotong.

Pandangan keduanya kembali bertemu. Taehyung bisa melihat mata pria paruh baya itu mulai berubah kemerahan, bibirnya juga sedikit bergetar seolah menahan tangis.


"Tolong katakan padaku dengan jujur. Apa yang sebenarnya terjadi pada anakku terakhir kali?"


Kedua mata tajam milik Taehyung seketika melebar. Ia meremas jari-jari tangannya yang berada di bawah meja. Ia tidak menduga jika ayah Seokjin tidak percaya dengan berita yang tersebar.


"Seperti yang pasti sudah anda dengar, tuan Kim. Namjoon hyung dan Seokjin hyung diserang oleh seorang pria bernama Lee Sandeul. Aku tidak mengenal siapa pelakunya. Pihak kepolisian sudah memeriksa semua kamera pengawas." Lagi dan lagi, kebohongan terus ia ucapkan.


"Kim Taehyung-ssi, kau tahu," ujar ayah Seokjin. Pria paruh baya bermarga Kim itu menghapus sesuatu dari sudut matanya. "Aku mengenal Lee Sandeul dengan cukup baik. Dia tidak pernah memperlakukan anakku dengan buruk."


Taehyung semakin merasa tidak enak. Cairan bening yang mengandung garam perlahan keluar dari pori-pori kulit wajahnya. Ia tidak ingin melempar bom pada Namjoon, ia ingin menjauhkan Namjoon dari segala sesuatu yang akan membuat reputasinya hancur. Ia semakin gugup dan mulai merasa takut.


"T-tapi pelaku penyerangan itu adalah Lee Sandeul, tuan Kim. Semua yang aku tahu sudah aku katakan pada pihak yang berwajib."

Melihat ekspresi serius Taehyung namun berujar dengan terbata, ayah Seokjin pun yakin jika pria tampan di hadapannya saat ini sedang berbohong. Jadi, ia menyiapkan sesuatu untuk disampaikan.



"Kau ingin mengetahui hal yang lebih buruk dari penyerangan yang kau katakan dilakukan oleh pria bernama Lee Sandeul?"

Taehyung menatap pria tua Kim dengan ragu. Ia tidak mengerti kenapa topik pembicaraan tadi bisa berakhir begitu saja. Tapi, ia penasaran dengan apa yang akan dikatakan pria tua itu. Taehyung menganggukkan kepalanya.








































Lima hari telah berlalu. Kini, Namjoon sudah jauh lebih baik. Ia sudah bisa kembali makan dan melakukan hal lain tanpa bantuan dari siapa pun. Ia bahkan sudah kembali seperti dirinya dan bersikap seolah tidak ada yang terjadi padanya.

My Fabulous Slave 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang