Sejak sore dua hari yang lalu, ruangan VVIP tempat Seokjin dirawat begitu ricuh. Apalagi ketika Seokjin baru saja membuka matanya dan langsung mengamuk ketika melihat ada orang lain di dekatnya. Semua barang yang ada di sekitarnya telah berpindah ke atas lantai dengan keadaan yang hancur lebur. Dokter bahkan sampai harus memberikan obat penenang untuk Seokjin yang kini bisa lebih tenang saat ada orang di dekatnya meski masih was-was.
Siang ini, Ten dan ayah Seokjin sedang menunggu Seokjin keluar dari kamar mandi kamar rawat inapnya. Sudah lebih dari dua puluh menit berlalu, tapi Seokjin tetap belum muncul.
Ten menghela napas kasar. "Ketuk saja ya, paman? Aku cemas Seokjin hyung tidak bersuara di dalam."
Melihat kedua mata Ten yang sudah memerah dan bergetar penuh ketakutan, ayah Seokjin pun menganggukkan kepalanya. Ia tidak mau adik dari putranya ini kembali terserang panik.
Dengan cepat Ten mendekat ke pintu kamar mandi, tapi saat akan mengetuk, sebuah tangan telah menghentikan pergerakannya dengan menahan tangannya.
"Biar aku saja," ujar Johnny yang baru saja kembali dari kantin sehabis membeli makanan untuk mereka makan siang.
Ten pun mengangguk dan kembali ke tempat duduknya semula.
Johnny gugup, membayangkan Seokjin akan kembali mengamuk karena mengganggu waktunya di kamar mandi seperti tadi pagi, tapi ia tidak bisa membiarkan kekasih hatinya semakin khawatir dan berujung membahayakan kesehatan mentalnya.
Pintu pun diketuk pelan.
"Seokjin hyung, ini aku Johnny. Sudah selesai mandinya?"
Dengan gugup ketiga manusia di dalam ruangan itu menunggu. Selang beberapa detik kemudian, pintu telah dibuka, menampilkan Seokjin yang hanya memakai celana pendek selutut dengan seluruh tubuh yang penuh sabun.
"Kotor…," lirih Seokjin. Tangannya mengambil handuk dan menggosokkan benda lembut itu ke seluruh tubuhnya. Bahkan saat buih sabun sudah agak bersih dari tubuhnya, ia tetap menggosok kulitnya hingga memerah dan lecet. "Kotor."
Handuk yang telah bersatu dengan buih itu semakin kuat digosokkan ke permukaan kulitnya hingga ada yang berdarah. Baik Ten, Johnny mau pun ayahnya tidak ada yang berani mendekat.
"Kotor, Johnny. Kotor sekali. Sangat kotor!" Seokjin telah menangis tanpa isakan. Tangannya semakin cepat menggosok kulit putihnya.
Ten yang telah banjir oleh air mata berjalan mendekat, namun Seokjin menolak dirinya dengan wajah ketakutan luar biasa.
"J-jangan dekat! Kotor, kotor!" Seokjin berteriak marah, mengayunkan handuk di tangannya ke sembarang arah untuk mengusir orang yang ingin dekat dengannya.
Melihat hal itu, Johnny tidak mau Ten kumat, ia juga tidak mau Seokjin terus-menerus seperti ini. Ia juga tidak tega melihat ayah Seokjin yang tidak bisa melakukan apa-apa karena putranya kemarin menolak kehadirannya dan berkata jika ia tidak sudi memiliki ayah yang jahat dan penipu. Mereka sungguh tidak tahu kenapa Seokjin sampai berujar demikian pada ayahnya sendiri.
"Sini, biar aku bantu bersihkan." Johnny pikir, inisiatifnya akan diterima dengan baik oleh Seokjin, tapi ia salah menduga.
Seokjin yang langsung ketakutan saat melihat tangan Johnny hampir menyentuhnya pun langsung bergerak mundur secepat mungkin dan mengunci diri di dalam kamar mandi.
"J-jangan sentuh! A-aku belum mandi, belum cuci tangan. Tidak boleh sentuh!" teriaknya dari dalam.
Suara air mengalir kembali terdengar, bersamaan dengan tangis pelas dari Seokjin yang sekarang entah sedang apa di dalam sana.
![](https://img.wattpad.com/cover/206123044-288-k740430.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Fabulous Slave 🔞
Romance⚠️ Mengandung adegan 🔞 seperti : bahasa kasar, kekerasan, pelecehan seksual, dll ⚠️ Kehidupan Kim Seokjin yang semula tenang berubah kacau sejak ia bertemu dengan Kim Namjoon. Namun, sebuah fakta yang akhirnya terkuak setelah sekian tahun membuatny...