"Seokjin adalah anak tunggalku yang selalu penuh dengan senyum. Bahkan kehadirannya bisa mendatangkan kebahagiaan tersendiri dan ada begitu banyak orang yang mengaguminya." Senyum cerah terlukis di wajah pria tua Kim.
"Suatu hari, dia pernah mengatakan padaku jika dia merasa senang karena baru saja memiliki seorang sahabat di SMA, namun berbeda jurusan denganya. Seorang pemuda yang tinggi, pintar, ramah dan populer. Mereka sering pergi berdua. Sampai di tahun kedua kuliahnya, ia kembali mengatakan jika ada seorang junior yang teramat cerdas, tinggi dan tampan, mengaku menyukai semua sifat anakku dan ingin saling mengenal."
Ayah Seokjin memberikan tatapan hangat yang tulus pada Namjoon. Junior itu adalah dirinya, Kim Namjoon.
"Kalian datang bersama ke restoran kecilku, makan bersama, bahkan kau pernah tidur di kamar yang sama dengannya karena malam sudah larut dan sedang hujan deras."
Namjoon masih mengingat hal itu dengan baik dan jelas.
Di hari pertamanya menginjak kampus, ia terlibat perkelahian dengan seniornya di belakang gedung fakultas. Empat atau lima orang senior memukulinya dengan brutal karena kesalahpahaman. Namjoon yang tidak memiliki bakat di bidang seni bela diri pada saat itu tidak bisa membalas sedikit pun. Ia kalah telak. Hidung dan bibirnya berdarah, tangan kirinya terkilir— hampir patah dan perutnya teramat sakit. Ia tidak mampu bergerak untuk mencari pertolongan.
Selama satu jam lebih ia menahan sakit di belakang bangunan itu. Sampai akhirnya muncul seorang pemuda manis yang ingin ke perpustakaan, menemukannya, kemudian membawanya ke UKS.
"Apakah sakit?" Seokjin bertanya sambil memijat pelan tangan kirinya yang terluka. Namjoon tidak menjawab.
"Kau mahasiswa baru, kan? Dari fakultas mana?" Suara yang lembut, wajah yang cerah dan bibir yang selalu tersenyum itu membuat Namjoon sedikit tenang.
"Bisnis dan manajemen."
Seokjin masih tersenyum hangat. "Benarkah? Sahabatku ada di fakultas yang sama denganmu. Aku akan memperkenalkannya padamu nanti."
Seokjin terus menemaninya, merawatnya dan mengajaknya mengobrol. Ketika senja tiba, ia ingin mengantar Namjoon sampai rumah, namun pemuda Kim yang tampan itu tidak mengizinkan.
Ketika sudah pulih, Namjoon mencari Seokjin di setiap jurusan dam gedung fakultas, ia baru bisa menemukanya setelah dua hari mencari. Mereka semakin dekat, Seokjin bahkan mulai lebih sering bersama dengan Namjoon daripada Sandeul.
Hari demi hari dihabiskan bersama. Banyak hal yang sudah mereka bicarakan. Seokjin mengetahui fakta jika Namjoon tidak pernah diperhatikan oleh kedua orang tuanya. Sementara Namjoon, ia tahu bahwa Seokjin seorang piatu yang tidak mengetahui rupa sosok yang pernah melahirkannya.
Hari kelulusan Seokjin tiba. Saat itu Seokjin sedang bersama Sandeul di belakang gedung fakultas Seokjin. Namjoon menghampiri mereka, memberikan sebuah buket bunga yang sangat besar sebagai hadiah kelulusan dan sebuah pernyataan cinta pada Seokjin. Namun Seokjin tidak merasakan hal yang sama.
"T-tapi, bisakah aku mencobanya?"
Namjoon tidak tahu pasti maksud dari perkataan itu. Tapi pikiran dan hatinya mengatakan jika Seokjin menginginkan sebuah kesempatan. Ia mengangguk dengan semangat.
Setelah mengantar Seokjin pulang, ia dihadang oleh Sandeul di sebuah gang kecil. Mereka berkelahi, Namjoon sudah belajar bela diri sejak pengeroyokan itu. Bukan hanya itu, tapi semenjak ia merasakan perasaan itu pada Seokjin, ia bertekad untuk menjadi seorang pelindung.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Fabulous Slave 🔞
Romance⚠️ Mengandung adegan 🔞 seperti : bahasa kasar, kekerasan, pelecehan seksual, dll ⚠️ Kehidupan Kim Seokjin yang semula tenang berubah kacau sejak ia bertemu dengan Kim Namjoon. Namun, sebuah fakta yang akhirnya terkuak setelah sekian tahun membuatny...