Meski pagi ini adalah akhir pekan dan cuaca sudah semakin dingin, tampaknya tidak membuat masyarakat mengurangi keinginan mereka untuk berjalan-jalan bersama pasangan atau keluarga mereka.
Di sepanjang jalan, terlihat beberapa pasangan tengah berjalan kaki sambil merangkul dan bergandengan tangan demi memberi kehangatan untuk satu sama lain. Beberapa dari mereka bahkan terlihat memasuki restoran dan toko pakaian.
Sama halnya dengan keadaan di dalam sebuah mobil Range Rover Evoque keluaran terbaru, di mana dua sosok pria dewasa tengah menuju ke suatu tempat sambil berpegangan tangan, meski penghangat mobil sudah dinyalakan. Bahkan tidak jarang tangan yang lebih kekar mengusapkan ibu jarinya di punggung tangan yang sedang ia genggam dengan begitu lembut dan halus.
Ajakan Namjoon pada sore tempo hari harus diganti menjadi pagi akhir pekan, seperti yang Seokjin katakan sebelum kejadian makan malam yang berubah kacau beberapa hari lalu.
"Apa masih jauh?" tanya Seokjin. Ia masih menyenderkan tubuhnya di jendela, cukup kelelahan karena beberapa hari ini Eunbi susah sekali makan. Bahkan beberapa kali gadis cantik itu menangis karena tidak ingin makan, hingga akhirnya Ten mengamuk dan akhirnya Eunbi makan dengan ketakutan.
"Dua puluh menit lagi. Tidur saja, hyung. Kantung matamu terlihat lebih tebal dan hitam daripada dua hari lalu." Nada bicaranya menyiratkan kekhawatiran. Ibu jarinya masih mengusap punggung tangan Seokjin dengan lembut, sesekali melepaskannya untuk memindahkan persneling.
"Ah, pasti terlihat buruk." Jari-jari tangan kanannya mengusap bagian bawah matanya beberapa kali. Ia tidak memakai riasan apa pun di wajahnya saat ini, hanya memakai pelembab bibir agar tidak terlihat pucat.
Helaan napas panjang terdengar dari yang lebih tua, ia mencoba merilekskan tubuh dan pikirannya yang lelah. Rambut berwarna hitam legamnya ia usapkan ke belakang, lupa untuk memotong poninya yang beberapa kali mengenai matanya.
Melihat itu, Namjoon tertawa kecil. Seokjin yang tidak tahu penyebab tawa itu keluar langsung menatapnya bingung, tapi hatinya terasa sedikit menghangat karenanya, tidak tahu kenapa.
"Apa sebaiknya kita ke salon sebentar untuk memotong rambutmu? Masih ada banyak waktu tersisa." Tawaran Namjoon dibalas dengan gelengan kepala. Ia segera menepikan mobilnya di jalanan yang cukup sepi oleh kendaraan.
Sabuk pengaman yang melilit tubuhnya ia buka, kemudian melepas genggaman tangan mereka dan menghadapkan tubuh Seokjin ke arahnya.
Seokjin bisa melihat sebuah senyum yang terasa begitu hangat di wajah tampan Namjoon. Rasanya ini kali pertama ia melihat senyum seperti itu terlukis indah di wajah Namjoon, mantan majikan sekaligus mantan suaminya yang meski ia masih belum mengingat kapan mereka menikah.
Jari-jari panjang Namjoon bergerak untuk mengusap rambut Seokjin yang sedikit panjang, menyelipkannya di belakang telinga.
"Apa kau kerepotan mengurus Eunbi? Sepertinya kau bahkan tidak sempat mengurus dirimu sendiri." Namjoon mengarahkan ibu jarinya ke pipi tirus Seokjin, kemudian mengusap kantung matanya. "Kau terlihat kelelahan. Maaf, seharusnya kita tidak pergi sepagi ini."
Mendengar itu, Seokjin jadi merasa tidak enak. Ia mengerucutkan bibirnya tanpa sadar. "Bukan begitu, jika tidak sepagi ini, Eunbi pasti akan merengek minta ikut. Memang melelahkan, karena aku tidak tahu kenapa Eunbi jadi sedikit berubah, tiba-tiba sulit makan, tidak mau bermain, tidak seperti awal pertemuan kami."
"Kurasa dia mulai tidak nyaman padaku," gumam Seokjin, melanjutkan kalimatnya. Tanpa sadar, ada air mata yang mulai mengalir dari telaga hitamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Fabulous Slave 🔞
Romance⚠️ Mengandung adegan 🔞 seperti : bahasa kasar, kekerasan, pelecehan seksual, dll ⚠️ Kehidupan Kim Seokjin yang semula tenang berubah kacau sejak ia bertemu dengan Kim Namjoon. Namun, sebuah fakta yang akhirnya terkuak setelah sekian tahun membuatny...