Chapter 35

2.8K 254 77
                                    

Namjoon membelalakkan kedua mata tajamnya dan segera menatap Johnny yang juga sedang menatapnya. Pria asal Chicago itu mengerti arti tatapan itu, ia segera berdeham sebelum menjawab. "Maaf hyung, aku tidak akan kembali sampai tiga bulan ke depan atau mungkin sampai projek di Jeju selesai."

Seokjin menghela napas singkat. "Ten tidak mungkin tinggal selama itu di sini, jadi kami akan pergi tanpamu, bagaimana?"

Ten panik, ia menatap Johnny untuk meminta bantuan namun Johnny malah mengalihkan tatapannya. "A-ah, itu ... aku tidak ingin terpisah terlalu lama dengan Johnny hyung. Jadi aku akan tetap di Seoul sampai dia selesai."

Seokjin terdiam, semua yang ada di sana juga diam. Namjoon terus mengucapkan kalimat memohon dalam hati pada siapa saja agar Seokjin mau tinggal di tempatnya lagi meski itu akan membuatnya merasa tersiksa.


"Nak, tidak ada pilihan lain. Namjoon ingin menebus semuanya, jadi izinkan dia melakukan banyak hal baik mulai saat ini." Ayah Seokjin dengan lembut mencoba membuat putranya menurut. "Bukankah kau tidak akan pernah melupakan jasa seseorang? Dia sudah membayar semua biaya pengobatan ayah sampai akhirnya ayah bisa kembali ke sisimu, bahkan kau juga."

"Kita tinggal di rumah yang pernah ayah gunakan setelah keluar dari rumah sakit saja."

Ayah Seokjin dengan cepat menjawab. "Itu bukan rumahku, itu milik orang yang Namjoon tugaskan untuk merawatku."

Seokjin terpaku, dengan kesal ia menjawab singkat. "Terserah."

Namjoon merasa senang luar biasa, ia akan berjuang sekeras mungkin demi apa yang seharusnya menjadi miliknya. Seketika perasaan deja vu hinggap di benaknya, mengingat dirinya yang dulu juga berusaha keras agar Seokjin jatuh ke pelukannya.


































Setelah dua minggu sadar dari koma, akhirnya Seokjin diizinkan untuk pulang. Tapi Seokjin sendiri tidak bisa menyebut hal itu sebagai kepulangan, tapi sebuah awal dari penyiksaan.


Sudah dua hari sejak kembalinya ia ke mansion mewah itu, tapi ia tidak pernah sekali pun menapakkan kakinya keluar dari kamar. Namjoon menyerahkan semua urusan dalam rumah pada dua orang wanita tua dan satu orang pria paruh baya untuk urusan luar rumah seperti pekarangan dan sebagainya. Ia sedikit bertanya-tanya bagaimana bisa Seokjin mengurus semuanya sendirian selama beberapa tahun belakangan.




"Aku benar-benar memohon maaf atas segalanya, Namjoon. Semua ini terjadi karena kesalahanku di masa lalu." Pria tua Kim menundukkan kepalanya pada yang lebih muda.

"Memang benar salahmu, tapi tidak semuanya. Bagaimana pun juga, semua itu terjadi karena aku tidak bisa melindunginya padahal aku sudah berjanji."

Suasana mendadak hening. Seorang wanita paruh baya berbaju biru mendekati mereka. "Tuan Kim, makan siang sudah selesai."

"Berikan makan siang Seokjin hyung padaku, aku yang akan mengantarnya."

"Baik, tuan."

Mendengar panggilan 'tuan' seperti itu mengingatkan Namjoon pada banyak kesalahannya pada Seokjin. Di saat seharusnya ia menghormati yang lebih tua, justru Seokjin yang dipaksa untuk selalu tunduk padanya.



Setelah makanan Seokjin sudah ada di kedua tangannya, Namjoon segera berdiri. Namun kalimat ayah Seokjin menghentikannya sejenak.

"Berjanjilah untuk tidak mengatakan apa pun padanya atau ingatannya akan kacau dan membuatnya menderita."











My Fabulous Slave 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang