Chapter 17

3.6K 353 34
                                    


Sudah tiga bulan berlalu sejak terakhir kali Seokjin bertemu dengan ayahnya di rumah sakit, yang juga membuatnya kembali bertemu dengan sahabat lamanya, Lee Sandeul. Setelah dua minggu dari hari itu, dokter yang merawat ayahnya memberikan kabar gembira yang sudah sangat ia nantikan sejak lama. Ayahnya telah sadar, kedua mata pria paruh baya itu sudah kembali terbuka meski masih sulit untuk berbicara dan kondisinya masih sangat lemah. Tapi ia masih belum mendapatkan izin untuk bertemu ayahnya.



Seokjin sangat senang, ia merasa sangat bahagia karena akhirnya kebahagiaannya yang pernah diambil kini telah dikembalikan. Namun, sekali lagi Namjoon kembali menambahkan setitik hitam di hati Seokjin. Namjoon melarang keras Seokjin yang memohon agar ayahnya diizinkan tinggal di mansion, ia tidak memberikan alasan apa pun atas penolakannya. Anehnya, ia justru membelikan sebuah rumah kecil untuk ayah Seokjin dan seseorang yang ia perintahkan untuk memenuhi semua kebutuhan pria paruh baya itu.


Namjoon juga masih memberikan batas waktu mereka untuk bertemu, satu jam dalam satu minggu, tidak lebih dan tidak kurang. Karena wanita yang tinggal bersama dengan ayah Seokjin akan langsung mengusirnya jika sudah tepat satu jam.


Ten, Johnny, Taehyung dan Sandeul sudah mendengar kabar itu dari Seokjin. Namun, mereka tidak bisa hadir ketika ayah Seokjin dipindahkan ke rumah barunya karena kesibukan masing-masing.

Dan hari ini adalah kunjungan pertama Seokjin di tempat tinggal ayahnya yang baru, sekaligus pertemuan pertama mereka setelah ayahnya sudah sadar dari koma. Namjoon telah memberi izin untuknya.






"Ayah, bagaimana kabarmu hari ini? Aku membuatkan sup rumput laut kesukaanmu. Aku juga memanggang sedikit daging sapi untukmu." Seokjin mengeluarkan semua masakannya dari dalam tas yang ia bawa dengan penuh rasa bahagia. Senyum cerah tidak pernah luntur dari wajah manisnya.


"Seokjin-ssi, dokter mengatakan jika ayahmu tidak boleh makan daging sampai bulan depan," ujar wanita yang merawat ayahnya, Yoon Sujin. Wanita itu terlihat cukup tua, mungkin usianya hanya lebih muda beberapa tahun dari ayahnya.


"Ah, benarkah? Maaf, ayah." Seokjin bisa melihat senyum tipis di wajah sang ayah. Ia mulai menyendokkan sup buatannya ke mulut ayahnya dengan perlahan.
































Setelah selesai makan, Seokjin meminta izin kepada wanita paruh baya bernama Sujin itu untuk berbicara berdua saja dengan ayahnya. Awalnya wanita itu ragu, namun ia tidak tega dan akhirnya memberikan waktu hanya sepuluh menit.


"Ayah, maaf karena aku tidak bisa melindungi ayah." Seokjin menunduk di sebelah ayahnya yang bersandar di kepala ranjang. Pria paruh baya itu meraih tangan sang anak untuk digenggam.

"Jika bukan karena tuan Namjoon, kita tidak akan bisa hidup dan kita tidak akan bisa bersama saat ini." Air matanya meluncur begitu saja. Ia memeluk pelan tubuh lemah sang ayah yang dibalas dengan pelukan hangat pula.

Kedua tangan keriput yang semakin kurus itu mengusap punggung anaknya perlahan. Pria tua Kim itu ikut menangis. "Maafkan ayah, nak."

"Ayah tidak salah. Ini semua salahku. Aku tidak bisa melindungi ayah, ibu bahkan meninggal karena aku." Suaranya bergetar karena ia masih menangis. Ia semakin erat memeluk tubuh ringkih sang ayah. Ayah Seokjin tersenyum tipis. Sudah hampir tiga puluh lima tahun anaknya lahir ke dunia, namun putra semata wayangnya itu masih merasa bersalah atas hal yang tidak seharusnya ia sesali.


My Fabulous Slave 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang