Chapter 04

5.8K 431 12
                                    


Pagi ini, Seokjin sedang duduk di depan meja rias yang ada di kamarnya dengan pikiran yang sedang gelisah. Ia sedang menutupi beberapa bekas keunguan yang ada di leher putihnya dengan peralatan make up yang ia miliki. Ia tidak ingin ada yang melihat semua tanda itu, terutama Namjoon dan Ten.



Saat hendak berdiri dari kursi meja riasnya, Seokjin sedikit meringis karena menahan sakit pada bagian bawahnya.


Kim Taehyung. Sosok yang lebih muda lima atau enam tahun darinya itu seolah tidak memiliki sopan santun, selalu memperlakukan Seokjin dengan kasar, bahkan ia berani membuka lebar kedua kaki Seokjin untuk memuaskan nafsunya. Seokjin sedikit mengingat apa yang terjadi tadi malam, membuat rasa sesak kembali menghampirinya. Ia bahkan tidak sadar jika Ten sedang memperhatikannya.










"Hyung?"

"Ah, Ten? Apa kau sudah selesai mencuci semua bahan masakan?" tanya Seokjin menatap hangat pada Ten.

Ten menganggukkan kepalanya dan berjalan mendekati Seokjin— memeluk erat tubuh yang lebih tinggi darinya itu dengan erat. Seokjin membalas pelukan sang adik dengan lebih erat. Ia tahu, saat ini adiknya itu sedang bersedih hati.

"Johnny hyung marah padaku, hyung," gumam Ten. Ia mulai terisak. Seokjin bisa merasakan tubuh mungil adiknya yang mulai bergetar.


"Kenapa dia bisa marah padamu? Apa yang kau lakukan, Ten?" Seokjin bertanya sambil mengelus kepala Ten dengan lembut. Seokjin tahu, Johnny tidak akan pernah memarahi Ten jika adiknya ini tidak memiliki kesalahan. Yang sangat Seokjin tahu, Johnny bukanlah orang yang akan marah pada orang yang tidak bersalah— tidak seperti majikannya.



"Aku memohon padanya untuk membawamu bersama kami ke Chicago nanti. Tapi dia membentakku dan langsung marah padaku. Dia bahkan hampir memukulku jika saja si brengsek Namjoon tidak memanggil namanya." Ten mulai menangis, ia sangat tidak suka ketika Johnny bersikap kasar seperti itu.

Johnny tidak pernah memukulnya sekali pun. Sebelumnya, pria asal Chicago itu tidak pernah marah pada Ten, tapi ia mulai berubah ketika Ten mulai mencampuri urusan Namjoon dan Seokjin. Johnny hanya tidak ingin Ten terkena masalah dan berakhir dengan Namjoon yang bertindak kasar pada sosok mungil asal Thailand itu. Karena ia tidak akan bisa membela Ten ketika Namjoon sudah terlibat.




"Tennie, dengar. Kenapa kau memohon hal seperti itu? Lalu bagaimana dengan tuan Namjoon jika aku ikut dengan kalian?" Seokjin tertawa kecil kemudian menghapus air mata Ten yang terus mengalir.

Ten menatap penuh harap pada Seokjin. Ia kembali memeluk erat tubuh Seokjin dan kembali menangis. Ia bahkan memohon dalam hati kecilnya agar Seokjin bersedia untuk ikut dengannya ke Chicago.




"B-biarkan saja si brengsek itu sendirian di sini, hyung. Hyung harus ikut dengan kami ... aku mohon."


Seokjin mengelus rambut Ten dengan lembut. "Tidak bisa, Ten. Aku tidak bisa meninggalkan tuan Namjoon sendirian."

Ten melepaskan pelukannya dan menatap Seokjin dengan matanya yang memerah dan masih terus meneteskan air matanya. Ia sedih, kesal dan tentu saja ia marah dengan keputusan Seokjin yang bahkan tidak memikirkan tawaran darinya itu.






"Karena kau mencintainya, kan, hyung?" Ten tahu, inilah alasan hyungnya ini tidak pernah bisa melawan mau pun lari dari Namjoon. Dan inilah alasan dirinya tidak bisa membenci Namjoon, karena perasaan yang hyungnya simpan untuk pria brengsek itu.




Seokjin membolakan kedua matanya, dadanya terasa sakit ketika Ten menatapnya seperti itu. "T-tidak, Ten. Bukan karena itu."


Ten mengusap kasar wajahnya dan menatap Seokjin dengan kesal. "Kau sangat bodoh, hyung! Kau masih bisa bertahan dengan perasaan itu setelah si brengsek Kim itu terus menyiksamu?! Kau pikir aku tidak tahu jika kau sering mendapatkan perlakuan yang tidak pantas?!"


My Fabulous Slave 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang