Chapter 27

3.2K 270 37
                                    




Suasana haru sudah berganti, kini suasana canggung sedang mengelilingi kedua pemuda Kim. Kata-kata yang sejak tadi ingin mereka ucapkan hanya bisa ditahan di bibir.

"Kau," ujar Seokjin. Namjoon beralih menatapnya, tangannya ia remas untuk menghilangkan kegugupan. "Bagaimana bisa ada di sini?"

"Aku … aku bekerja di sini, sebagai keamanan." Seokjin mengangguk  pelan dan tersenyum tipis. Ia senang akhirnya Namjoon bisa menghasilkan uang sendiri, tidak perlu terus menunggu sampai orang tuanya mengirim.


"Janjimu," ujar Seokjin. Ia tidak tahu kenapa bisa sesulit ini berbicara dengan sosok yang masih menjadi kekasihnya, padahal sebelumnya sangat mudah untuk mengucapkan semua kata. Namun Seokjin segera mengubah pertanyaannya. "Bagaimana kabarmu?"


"Aku … soal janjiku padamu, maaf karena mengecewakan. Tapi, ketika aku kembali berpikir, rasanya sangat sulit untuk menemuimu dan ayahmu hanya dengan pekerjaan sekecil ini."


Seokjin tersenyum pahit. Ia tidak mengucapkan apa pun. Namjoon kembali melanjutkan. "Aku ingin bertemu ketika aku sudah menjadi sosok yang lebih baik lagi, yang pantas dan yang cocok untuk bersanding bersamamu."

Ekspresi kecut Seokjin tunjukkan. Wajahnya kian menggelap. Tawa yang tidak menyenangkan terdengar di ruangan yang sepi itu. "Kau pikir aku sehebat apa? Aku hanyalah seorang sarjana ilmu gizi yang tidak bisa meneruskan pekerjaanku, seorang yang lemah yang membutuhkan perlindungan dan seorang yang hanya ingin …."

Seokjin menghentikan kalimatnya. Kemudian ia melanjutkan. "Apakah kau tidak lagi ingin bersamaku, Kim Namjoon?"


Setelah melihat kondisinya yang seperti ini, ia hanya bisa berpikir jika Namjoon mulai mempertimbangkan hubungan mereka. Ia takut mendengar apa yang akan Namjoon ucapkan. Tapi ia tidak ingin semakin lama menyimpan perasaan penuh sesak ini.


"Aku mengerti." Seokjin berujar pelan, Namjoon tidak mengucapkan apa pun. Kemudian ia melanjutkan kalimatnya. "Jika memang sulit untukmu, kita bisa mengakhiri semua ini dan kembali berteman, jika kau mau. Dan aku yakin, kau pasti bisa menemukan seseorang yang lebih baik."

Namjoon menunduk, masih tidak mengucapkan apa pun. Seokjin melanjutkan. "Sepertinya, aku hanya bisa menyarankan agar kau segera menikahi seorang gadis yang suatu hari nanti bisa memberikan beberapa Kim junior untukmu. Kau sangat menyukai anak-anak, kan?"

Lagi, Namjoon tidak mengucapkan apa pun. Ia masih menunduk, Seokjin bisa melihat kedua tangannya terkepal dengan sangat kuat.


"Aku bahkan tidak yakin bisa keluar dari rumah sakit ini dengan sehat atau tidak. Sebelum terlambat, izinkan aku mengucapkan terima kasih dan maaf. Aku tidak seharusnya menerima perasaanmu sejak awal, aku tidak … aku tidak …." Seokjin tidak mampu melanjutkan kalimatnya, karena sedetik kemudian ia menangis, tidak mampu untuk mengucapkan perpisahan.

Ia ingin Namjoon segera berbicara, mengungkapkan apa yang ada di hati dan pikirannya secepat mungkin. Ia ingin segera terlepas dari perasaan menyiksa yang selalu mengikatnya ini.


Di tengah tangisnya itu, ia mendengar suara tangis yang lain. Begitu dekat, tidak mungkin berasal dari bayi-bayi yang berada di ruangan sebelah.











"Menikahlah denganku, Kim Seokjin."


Sedetik kemudian, pikiran Seokjin mulai tidak benar. Apakah tikus kecil mulai bisa berbicara seperti manusia? Itulah yang ia pikirkan setelah mendengar suara kecil itu.

Tidak mendengar balasan apa pun, Namjoon segera berdiri dari kursinya. Wajah penuh air mata itu menatap Seokjin yang terlihat kebingungan.



"Menikahlah, denganku, Kim Seokjin."

Kedua mata bulat itu terbuka lebar. Jantungnya berdetak dengan sangat cepat, bibir merah mudanya tidak bisa terbuka, tubuhnya seketika kaku.

Masih tidak ada jawaban, Namjoon pun berteriak dengan keras. "MENIKAHLAH DENGANKU, KIM SEOKJIN!!!"






























Penerbangan ke Amerika akan tiba satu jam lagi, kedua pemuda bermarga Kim yang ditemani oleh pria tua Kim sedang menunggu pesawat mereka.

"Apakah kalian harus benar-benar pergi selama sebulan penuh? Aku khawatir pada anakku." Pria tua Kim itu terlihat cemas dan takut.

"Ayah, jika tidak pergi, maka kami tidak akan menikah. Kami akan bawakan oleh-oleh dari sana." Seokjin berbisik pada ayahnya, Namjoon juga mendengarnya.

Ayah Seokjin terlihat seperti akan menangis. "Kenapa harus sebulan? Tiga hari saja cukup. Ah, tidak! Sehari saja pasti cukup!"

Namjoon dan Seokjin tertawa ringan. Mereka tahu pria tua Kim di hadapan mereka sedang sangat takut, mengingat Seokjin yang tidak pernah naik pesawat dan Amerika bukanlah negara yang aman dari senjata api seperti Korea.



Seokjin berujar sambil berbisik, "Ayah pasti tahu jika bulan madu itu penting untuk pengantin baru."


Namjoon dan ayahnya menatapnya, mereka benar-benar terkejut jika Seokjin akan mengucapkan hal yang sangat pribadi dan intim seperti itu.



"Ah, tidak juga, paman Kim. Kami tidak berbulan madu selama itu. Salah satu bibiku ada yang tinggal di sana bersama suaminya, kami akan berkunjung ke rumahnya."


"A-ah, begitu. Sayang sekali orangtuamu tidak mengizinkan pernikahan kalian."



Pesawat menuju Amerika tiba dua puluh menit kemudian. Mereka segera pamit pada ayah dan calon ayah mertua.


Sejak pertemuan dan lamaran di rumah sakit hari itu, keadaan Seokjin langsung membaik dalam semalam. Dengan percaya diri Namjoon mengatakan jika itu adalah karena kekuatan cinta, Seokjin tertawa geli mendengarnya.


Meski marah karena tidak menepati janji, Seokjin tetap senang karena mereka akhirnya akan menikah. Ayahnya juga sudah memberikan restu. Dan mereka akan mencoba meminta restu pada kedua orangtua Namjoon lain kali. Seokjin merasa benar-benar sudah terlengkapi.


Setelah hampir dua bulan dari lamaran itu, Namjoon menyerahkan sebuah tiket penerbangan menuju Amerika. Ia meminta izin pada ayah Seokjin untuk menikahi anaknya di negeri paman Sam, satu di antara dua negara yang sudah melegalkan pernikahan sejenis. Mereka mendapatkan izin dari ayah Seokjin, rasa bahagia benar-benar mengunci mereka.






Namun, sebuah noda kecil pada gembok yang mengunci kebahagian itu perlahan muncul ketika sebuah harapan dan keinginan kecil terucap.



























TBC …





Sesuai janji, saya sudah triple updates, yuhuuu~😘🤭

Semoga kalian suka ya^^

Ohiya, seperti yang saya katakan sebelumnya di Chapter 25, saya ingin menyampaikan bahwa …

Mohon maaf lahir dan batin untuk semua readers-nim 🙏 dan saya mohon maaf untuk tidak update sampai tanggal 5 Juni 🤧🤧

Tapi saya janji, setelah 5 Juni, saya akan double update, atau mungkin bakalan triple lagi jika mood saya bagus, hehe

Sekian dari saya. Mohon maaf apabila ada kesalahan kata ketika saya membalas komentar readers-nim selama ini 🙏🙏🙏

Selamat Hari Raya Idul Fitri 🎉🎉🎊🎊😘 bye~













©daιnιғeι yυzι
—May 21, 2020—

Tanggal revisi
—September 29, 2020—

My Fabulous Slave 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang