• 7 : Teror •

40 8 0
                                    

Mora berlari ke sumber suara, disitu juga sudah ada ayahnya yang bewajah pucat pasi, padahal yang Mora tahu, ayahnya tak pernah takut dengan apapun. Harris adalah Mora versi laki-laki. Mora memandangi asal suara itu, ada petasan di sana. Untung saja rumahnya besar jadi petasan itu tidak menyentuh langit-langit rumah.

"Kenapa sih, dad?"

"Pintu rumah kebuka tadi?" Tanya Harris dingin, menyeramkan.

"Iya. Mora pikir bibi lagi di luar."

"Engga."

"Maaf tuan, non, tadi bibi lagi di kamar sebentar. Setahu bibi juga bibi sudah kunci pintu."

"Mulai sekarang tingkatin keamanan lagi ya bi." Ucap Mora pelan, seram kalau Harris sampai mengamuk.

"Coba Pak Adi dipanggil ke sini." Pak Adi adalah kepala satpam di rumah mereka.

"Iya, tuan." Ucap asisten rumah tangga itu.

"Dad, why you are so afraid?"

"Ancaman."

"Ancaman buat siapa? You or me?"

"Both of us, Mora."

Mora mengurungkan niatnya untuk menanyakan maksud telefon tadi, tapi ia percaya bahwa itu ada hubungannya.

Mora langsung mendekati petasan peledak itu dan menemukan helai rambut pendek disana. Ia mengambilnya tanpa Harris sadari. Ia pun meneliti petasan itu. Harganya mahal dan rakitannya rumit. Pasti orang yang menyusup tadi sama beradanya dengan gadis itu.

"Ada apa pak?" Ucap Pak Adi.

"Kamu gak liat orang yang masuk ke sini?"

"Maaf pak tadi saya sedang mengecek kebun belakang karena alarm-nya berbunyi."

"Terus kamu udah cek CCTV?"

"Sudah pak, ini sekalian saya bawakan cetakan fotonya." Ucap Pak Adi menyerahkan foto cetak yang langsung diambil Mora.

Ada siluet laki-laki dengan baju dan celana serba hitam, dan dia memakai topi hitam juga. Tapi yang membuat Mora sedikit mengernyit, rambutnya berwarna merah terang dan ia sepertinya pernah melihat sosok itu.

"Mora, do you know this person?" Tanya Harris.

"No." Mora menjawab demikian karena ia harus mengetahui jelas dan mempunyai bukti terlebih dahulu sebelum menyimpulkan.

"Pak, tolong hire beberapa satpam lagi, pasang CCTV di pintu utama, gerbang utama, depan kamar Mora, dan di ruang tamu ya pak." Ucap Harris pada Pak Adi dan langsung dijawab anggukan.

Mora menatap ayahnya, apa yang bikin seorang Tuan Muda Harris se takut itu?

"Mora ke atas."

"Ya."

Mora menyalakan ponselnya yang baru saja ia temukan di kolong kasur, salah sendiri kenapa melemparnya begitu jauh.

7 devilian

Mora
Send a photo
Rumah gue dimasukin orang

Bertha
Dia lempar petasan itu?

Mora
Yes.

Ella
Any clue?

Mora
Sehelai rambut

Ella
W bs cari tau, bawa bsk

Arcadis [SEQUEL OF 'BASKARA']Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang