• 55 : Arcade's •

10 1 0
                                    

           Bekas pukulan yang dilakukan oleh para tahanan di sel terhadap Dilon sangat parah. Sejak para tahanan tahu bahwa Dilon pernah memperkosa orang, membuat mereka semua geram.

Banyak kejahatan yang mereka terpaksa lakukan untuk mensejahterakan keluarga mereka masing-masing. Oleh sebab itu para penjahat membenci pemerkosa, yang menghancurkan sebuah keluarga.

Tidak lama setelah Mora dan lainnya sampai di rumah sakit, Dilon telah berpulang. Yang cukup baik untuk menitikan air mata adalah Servina seorang, entah terbuat dari apa hatinya itu.

Detik ini, Mora telah kembali duduk di ruang tamu rumahnya bersama anggota Arcelos dan Arcadis.

"Kalian tau file Arcade's?" Mora membuka percakapan.

"Tau." Ucap kebanyakan orang, sisanya mengangguk-angguk.

"Kalian tau isinya?" Hampir semua orang menggeleng, kecuali Sheilla dan Servina.

"File Arcade's adalah bukti yang dikumpulin sama Kak Servina, Kak Sheilla, dan gengnya dulu sebagai bukti kejahatan-kejahatan yang dilakukan di SMA Aliedor." Mora membuka file tersebut dan menjatuhkannya di atas meja.

"Selama kejadian itu, gue mulai nerusin Kak Servina untuk kumpulin bukti, bahkan anak Arcadis gak tahu. Karena gue ragu, apakah hal ini harus dipublikasi ke dunia?"

"Kalo sampe bukti di sini disebar, SMA Aliedor, OSIS, bahkan mungkin Arcelos bakal runtuh. Tapi... geng kita akan semakin naik."

"Sampe sekarang gue bingung, harus apa sama file ini."

Servina membuka suara, "Mora... sekarang semuanya udah baik-baik aja. Gue rasa gak perlu publish hal itu."

"I know. Makanya, gue memutuskan untuk ngumpulin semua siswa, murid SMA Aliedor besok."

"Mau ngapain, Mor?" Tanya Memtari.

"Kita bakar file ini."

*****

"Selamat pagi bapak, ibu guru, teman-teman... saya Mora. Kalian pasti sudah lihat file di tangan saya."

"Ini file Arcade's yang terkenal itu." Mata kepala sekolah membelalak, bahkan hampir semua murid langsung berbisik-bisik dan beberapa murid pucat pasi.

"Saya bisa aja bongkar ini ke media, tapi Kak Servina, alumni SMA Aliedor, dan yang pertama kali membuat file ini... bilang ke saya untuk menyudahi semua dendam dan luka yang ada di hati kami semua."

"Mulai hari ini, no more violence, no more drama..." Mora menarik nafas panjang, "And no more gang."

"Saya minta kepada pihak OSIS SMA Aliedor, supaya tidak menyalahgunakan kekuasaan kalian seperti tahun-tahun sebelumnya. Walau tidak ada lagi Arcadis di sekolah ini, kebenaran akan tetap kami junjung tinggi."

"Sekarang SMA Aliedor gak perlu lagi hidup dalam bayang-bayang yang ada di masa lalu, tapi fokus untuk semakin terang di masa depan." Mora memandang file di tangannya lalu melemparkannya ke kubangan api yang sudah ada di depannya. Semua orang menyaksikan hal tersebut, lalu bertepuk tangan.

Romeo menghampiri Mora dengan senyuman khasnya yang hangat. "I'm so proud of you." lalu menggengam tangannya, menyaksikan luluh lantahan api yang melahap berkas-berkas bukti tersebut.

*****

Sepulang sekolah, Romeo mengajak Mora untuk ikut dengannya, mumpung hari ini adalah hari terakhir sekolah.

"Mau kemana?"

"Ikut aja, nanti juga tau."

"Sok misterius."

"Itu mah lo." Mora memutar bola matanya.

"Menurut lo gimana, kalo gue mau buat pusat rehabilitasi pelecehan seksual?"

"Bagus, gue akan dukung seratus persen." Romeo memegang tangan Mora.

"Rom, thankyou for always be here for me."

"Of course I always be here."

"Kenapa lo bisa suka sama gue?"

"I like you since we were kids."

"Freak."

"Menurut gue, lo satu-satunya cewek yang beda dari cewek lain. Lo suka sok kuat, sok bisa, padahal butuh seseorang buat ada terus di samping lo. Makanya gue lakuin itu sekarang."

"Gue sebenernya udah gak mau percaya cinta semenjak dia pergi."

"Dia? Zanquen?"

"Iya."

"What happened between both of you?"

"He left me when I need him the most."

"Karena?"

"Gue gak mau bahas."

"It's okay, take your time." Mora tersenyum tipis.

"Sampe." Gadis itu melihat sekelilingnya, pantai yang sangat indah.

"Kita di mana?"

"Pantai."

"Ya, maksudnya di mana?"

"Deket dari rumah. Makanya jangan party, berantem, nangis mulu bocah." Mora menjewer telinga laki-laki itu.

"AWWW SAKIT!"

"Siapa yang bocah sekarang?"

Romeo mendekati wajah Mora, sampai hembusan nafas mereka berdua beradu. Pipi gadis itu memerah, jujur saja ia tidak pernah mendapatkan ciuman pertamanya.

"Tetep kamu." Romeo langsung lari menjauhi Mora, takut gadis itu mengamuk.

"Sialan lo ya!!"

Lalu mereka berdua mengejar satu sama lain, sama seperti sedia kala.

*****

HII GUYS IM BACKKK
udah berapa tahun ga update ya OMGGGGG

Arcadis [SEQUEL OF 'BASKARA']Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang