Sudah tiga jam Mora dan Mentari mengikuti arahan Quinella yang terus berubah-ubah. GPS yang dipasang di ponsel dan smart watch Naykilla dan Nadrelly seperti nya tidak berfungsi dengan baik sekarang. Yang perlu Mora cari adalah dalang dibalik semua ini, ia yakin Romeo dan Varden ada sangkut pautnya dengan hal ini. Maka disinilah dia sekarang. Di hadapan Romeo, berdua saja di kantin Arcadis.
Mora sengaja menyuruh Romeo datang ke tempat Arcadis karena hanya di sinilah tempat tertutup sehingga orang tidak bisa menguping pembicaraan mereka.
Sebelum Romeo datang, Mora juga sudah menghidupkan voice recorder dari smart watch yang akan terhubung dengan perangkat Quinnela dan dapat didengar kapanpun.
"Lo mau ngomong apa?"
"Gue gak mihak Arcadis, tapi gue juga gak mau ngancem Arcadis sampe nyulik anak orang, makanya gue bakal kasih tau ini ke lo."
"Gak usah basa-basi."
"Varden sempet ngomong ke gue kalo dia bakal bikin lo sengsara."
"Lucu."
"Dia bilang, dia bakal ngusik kembar kesayangan Arcadis dulu. Gue gak tahu mereka di mana, yang jelas semua ini kerjaan Varden. Varden juga gak masuk hari ini, lo gak akan bisa nyamperin dia."
"Arcadis punya 'hantu', lo lupa?"
"Oh, ya. Good luck kalo gitu."
"Lo yakin lo gak ikut campur sama hal ini?"
"Gak."
"Varden kan temen lo, kenapa lo kasih tau ini ke gue?"
"Gue ngomong sama lo sekarang sebagai ketua Arcelos, gue mau tujuan organisasi gue bisa terwujud."
"Muka dua."
"Gue pergi dulu, nanti yang lain curiga."
"Yea, fuck off. Tanpa lo kasih tau juga gue udah tau itu Varden."
"Good for you." Balas Romeo dan pergi dari sana.
Mora terus saja memandangi punggung gagah laki-laki itu sampai sang empunya menghilang dari pandangannya.
"Ella, lacak Varden."
"On it."
Mora duduk termenung di kursi kantin, hanya ada dia seorang diri di situ. Jari-jarinya yang lentik mulai memijat kepalanya yang penat. Belakangan hari ini banyak sekali yang harus ia urus. Mulai dari masalah Arcadis yang bercabang-cabang, Klandestin yang terus saja mengusiknya, keadaan Servina yang memburuk, laki-laki misterius bernama Romeo, dan ayahnya yang masih menutupi sesuatu.
Mora mematikan voice recorder-nya, ia lalu menghadap depan, termenung sambil memangku wajahnya yang cantik dan tegas itu.
Ada hal yang ia rencanakan, ada hal yang anggota Arcadis lain tidak tahu, ada hal yang sebenarnya ia tahu, ada hal yang ia sembunyikan, ada hal yang ingin ia sampaikan pada inti Arcadis, ada hal juga yang mulai terasa aneh dan ganjil dalam hatinya.
"Mora?" Suara Quinella memecah lamunan Mora.
"Gimana?"
"Gak ketemu."
"Pinter juga tuh cowok."
"Untuk sekarang, coba fokus sama Nay Nad aja."
"Lo tahu mereka di mana? Masih ngaco kan GPS-nya?"
"Tunggu sampe besok. Gak mungkin Varden bolos berhari-hari kalau gak mau di drop out."
"Oke, gue mau balik, pusing."
KAMU SEDANG MEMBACA
Arcadis [SEQUEL OF 'BASKARA']
Teen Fiction"Gue gak pernah nyangka akan bunuh kakak kandung gue sendiri." "Gue juga gak nyangka bakal dibunuh sama adik kandung gue sendiri." - Moranna Friska Quinnix. Dia orangnya. Si ketua geng besar bernama Arcadis yang tidak pernah takut apapun. Lalu muncu...