Luka. Mora merasakan luka itu sekarang. Acara yang sukses dan penampilan sempurna tak bisa membuatnya bahagia. Ya, memang bahagia sih. Tapi, ia juga merasakan sedih.
Mora masih termenung di ruang rias pribadinya. Mungkin teman-temannya juga mencari dirinya kesana kemari, tapi ia tiba-tiba menjadi pusing akan keramaian.
Di sisi lain, Mentari, Allison, Bertha, Naykilla, Nadrelly, dan Quinella mencari-cari Mora setengah mati.
"Aduh, tuh anak kemana sih?"
"Takut diledekin ya nyanyi lagu galau."
"Mora, keluar kamu, wush!!!"
"Bego, Tar."
Mentari hanya menunjukan deretan giginya, "kenapa gak cek di ruang tata rias dia sih?"
"Ih, tadi dikunci, gak ada siapa-siapa."
"Ya elah, ketok dulu lah, cepet nyerah banget."
"Coba aja sen-"
Mora keluar dari ruangan dengan tatapan lesu.
"Tuh kan, gue bilang juga apa monyetttt."
"Lu monyet."
"Muka lu lecek banget kayak kemeja abis cuci gak di setrika." Naykilla tertawa sementara yang lain hanya memandanginya dengan tatapan 'gak tau situasi banget sih kampret?'
"Kenapa, Mor?"
"Lemes aja."
"Abis ini masih ada acara pesta dansa loh." Mora menghembuskan nafasnya panjang.
"Iya, tau. Apa gue pulang duluan aja ya?"
"Ya, masa gak ada lo sih? Gak seru!!"
"Kalian aja yang mimpin acara."
"Gak bisa gitu dong, Mora sayang... Lo ketua Arcadis, dan ini acara ulang tahun geng lo, lonte."
"Gila, si Bertha kalo ngomong..." Nadrelly menggantukan omongannya, "suka bener."
Mora berdecak malas, benar juga kata temannya. Masa dia badmood seperti ini hanya karena laki-laki?
"Lo pada gak ganti baju?" Tanya Mora.
"Gak keburu lah, bentar lagi gue mau panggil masuk mereka."
"Ya udah, panggil aja sekarang. Biar ga kemaleman."
"Lo mau adain after party, Mor?"
"Besok Senin. Kayaknya gak deh."
"Hm, bener juga, oke deh."
"Oke, gue panggil masuk mereka."
Setelah semua penghadir acara hadir, sebetulnya tidak semua, banyak hadirin yang izin untuk pulang terlebih dahulu karena berbagai urusan. Mora juga mengizinkannya saja.
Setelah MC membuka acara kembali, musik klasik mulai diputar, seluruh wanita diharapkan memasangkan diri dengan laki-laki, namun jika lebih memilih sesama gender juga tidak apa-apa.
Mora memasangkan diri dengan Reksa terlebih dahulu, selama acara dia jarang berkomunikasi dengan Reksa.
"Hey, Mor."
"Kak."
"Acaranya keren banget, gue gak nyangka sih."
"Syukurlah, HUT Arcadis yang pertama, gue gak mau ngecewain."
"Padahal Klandestin berdiri lebih dulu daripada Arcadis. Tapi Arcadis gak pernah bikin gue kecewa. Salut."
Mora tersenyum singkat, lalu berdansa mengikuti alur musik. Ia juga melirik teman-temannya dan pasangan mereka masing-masing.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arcadis [SEQUEL OF 'BASKARA']
Teen Fiction"Gue gak pernah nyangka akan bunuh kakak kandung gue sendiri." "Gue juga gak nyangka bakal dibunuh sama adik kandung gue sendiri." - Moranna Friska Quinnix. Dia orangnya. Si ketua geng besar bernama Arcadis yang tidak pernah takut apapun. Lalu muncu...