• 43 : Their Past Memory •

15 4 1
                                    

VOTE BEFORE READING

<><><>

Mora langsung melajukan mobil sport-nya dengan kecepatan maksimal. Sudah sehari dia izin tidak masuk ke sekolah karena ternyata luka yang disebabkan Letta lumayan dalam juga sehingga ia harus melakukan operasi kecil kemarin. Ia juga mau mengambil kursi pojok agar ia bisa tertidur dan lainnya jika merasakan sakit yang tak tertahankan, maka ia datang pagi-pagi buta seperti ini.

Dengan perutnya yang masih luka dan dibalut perban berwarna putih itu, tentu dia tidak boleh banyak melakukan pergerakan ekstrem terlebih dahulu, apalagi berkelahi.

Sesampainya di sekolah, ia bertemu dengan Zanquen di koridor sekolah, sedang membaca buku seperti biasa.

"Hei." Mora menghampiri Zanquen dan duduk di sebelahnya.

"Hai."

"Baca apa?"

"Biologi, hari ini ada ulangan."

"Good luck."

"Thanks."

Keheningan tercipta di antara mereka berdua, seperti biasa.

"Di koridor, inget gak? Dulu waktu SMP lo yang sering berantem sama Anna, Breanne." Ucap Mora tiba-tiba, teringat masa-masa SMPnya.

"Gak akan lupa."

"Masih jago berantem lo?"

"Enggak."

"Bohong."

"I never say this before, but thankyou. For everything." Ucap Mora serius.

Orang yang mengajarinya berkelahi adalah Zanquen. Orang yang menjaganya saat SMP adalah Zanquen. Orang yang melawan semua pembully Mora adalah Zanquen. Zanquen, pernah menjadi pahlawannya. Dulu kala.

"Gue gak lakuin itu karena iba, atau karena lo anak temen bokap gue. Tapi gue emang mau jaga lo saat itu."

"Sekarang lo rela tugas itu buat Romeo?"

"Iya, gue percaya Romeo akan jaga lo lebih baik daripada gue."

"Lo masih suka gue?" Tanya Mora tiba-tiba membuat seluruh kenangan indah mereka terputar di kepalanya masing-masing. Namun Zanquen memiliki alasan mengapa dia tidak bisa bersama dengan Mora.

Zanquen menggeleng, ia tidak mau Mora berharap lagi kepadanya. Lebih baik ia menutupi perasaannya saja. Gadis itu pun hanya mengangguk-angguk tanda mengerti jawabannya.

"Oke, gue ke kelas ya, dah."

"Iya, dah."

Mora merenung di kelasnya sembari memangku kepalanya di atas tangan.

<><><>

Malam itu, Mora dan Harris menghadiri upacara pelantikan Harris dan rekan kerjanya sebagai perusahaan terbaik di Indonesia. Sehari setelah Servina masuk rumah sakit jiwa, ayahnya itu malah lebih mementingkan untuk datang ke acara demi nama baiknya.

Arcadis [SEQUEL OF 'BASKARA']Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang