• 16 : Twins? •

35 9 0
                                    

          Hari-hari Mora berjalan seperti biasa, dirinya juga masih harus menjalankan tugasnya sebagai seorang siswa yaitu pergi ke sekolah, walaupun cuaca mendung sedang mendukungnya untuk kembali ke kasur, tetap saja ia harus pergi untuk merencanakan sesuatu.

Di Aliedor, absen seorang siswa-siswinya sangat berpengaruh bagi nilai. Lihat Allison, sudah pintar seperti itu tetap bertahan di ranking lima belas besar hanya karena dia sering membolos.

Mora ke garasi nya, kembalilah ia berkutat dengan masalah pribadinya setiap hari. Memilih mobil.

"Mora! Lo dimana?" Teriak Mentari langsung saat Mora menjawab telfonnya yang baru saja berbunyi.

"Di rumah lah."

"Cepetan dateng!"

"Kenapa sih lo?" Mora kesal, tapi tetap saja dia masuk ke mobilnya dengan tergesa-gesa.

"Dateng dulu cepetan! Udah mau bel."

"Iya, ah bacot. Lagi otw."

Tut.

Mentari mematikan telfonnya membuat Mora semakin penasaran.

Setelah sampai di gerbang mewah Aliedor, Mora langsung turun dan mengambil tas ransel Chanel-nya dan berlari ke kelasnya. Semua orang di lapangan parkir sampai di koridor sibuk memandangi gadis itu dengan rambut ikat kuda yang bergoyang kesana kemari. Tak biasanya gadis itu tergesa-gesa.

Brak.

"Kenapa?!" Teriak Mora pada Mentari.

"Itu! Nay sama Nad gak bales chat gue dari semalem."

"Lah terus kenapa?"

"Di read aja enggak! Lo tahu kan mereka se bacot apa biasanya?"

"Udah telfon?"

"Udah, bahkan Ally, Bertha, Ella udah coba hubungin juga."

"Ella mana?"

"Lagi di rooftop sama yang lain buat lacak si kembar."

Mora terdiam sebentar, "Lo inget kan waktu itu gue pernah bilang bakal ada anceman buat mereka?"

"Iya!"

"Kerjaan siapa lagi menurut lo?"

"Dilon?"

"No, stupid."

"Ah! Dia?!"

"Iya lah, lingkaran setan tuh, ayo ke rooftop."

"Telfon Ella aja kali, lo mau naik tangga lima lantai? Lift-nya lagi rusak."

"Ah, gak modal."

"Ayok ke kantin aja." Ajak Mentari karena orang-orang di kelasnya mulai menguping dan penasaran dengan mereka.

"Gausah kepo." Ucap Mora. Anggota Arcadis yang lain memang tugasnya hanya mencari piala dan penghargaan sebanyak-banyaknya, tentang urusan penyerangan, pengeliminasian, dan masalah internal seperti ini akan ditangani oleh Mora sendiri.

Mentari langsung menjatuhkan dirinya di kursi kantin milik Arcadis lalu mengutak-atik ponselnya.

"Eh, mereka udah nemuin lokasinya."

"Dimana?"

"Di gedung Klandestin anjrit."

"Kok bisa? Gak salah?"

"Iya beneran, cek grup deh."

"Gak mungkin Dilon."

"Lah, udah jelas Mor?"

Arcadis [SEQUEL OF 'BASKARA']Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang