• 28 : Tragedi •

22 5 0
                                    

"Jangan berusaha untuk terus-menerus terlihat kuat. Karena itu semakin menunjukan betapa lemah diri lo."
Aurelius Romeo Ganeva

****

             "Bu! Saya gak mau!" Mora menentang keras kemauan kepala sekolahnya itu.

"Mora, keputusan saya sudah bulat, saya tidak mau nama Aliedor tercoreng hanya karena masalah seperti ini."

"Lagipula itu kan kegiatan di luar sekolah bu? Kenapa Arcadis yang harus bertanggung jawab?"

"Karena yang berkumpul di sini semuanya adalah anggota Arcadis."

"Letta bukan bu, lagipula Kenzie dan Firza udah saya keluarkan dari Arcadis."

"Berarti kamu sudah tahu akan video ini, Mora?"

"Iya, Varden yang kasihtau saya. Ini semua pasti rencana dia bu, saya punya voice note Varden dan Romeo di ruang OSIS."

"Maksud kamu?"

"Varden itu gak suka sama Arcadis karena merasa OSIS tersaingi dengan Arcadis makanya dia berbuat ini. Dia mau ngehancurin Arcadis."

"Mora, saya gak bisa percaya gitu aja, coba kamu kasih ibu voice note-nya."

"Itu di Varden bu, Varden yang rekam, dan HP nya rusak."

"Mora, kalau gak ada bukti begini, ibu gak bisa berbuat apa-apa. Masalahnya semua guru sudah percaya dengan video itu dan mengusulkan untuk mebubarkan Arcadis."

"Emang yang kasih video itu ke ibu siapa?" Tanya Mentari.

"Saya gak tahu, yang jelas itu tertera di blog sekolah. Yang bisa menghapus hanya orang yang mengirimkannya. Maka dari itu sekolah harus bertindak cepat."

"Bu, percaya sama saya! Saya Moranna Friska Quinnix! Saya gak akan berbuat itu!"

"Saya gak nyalahin kamu, tapi kamu tetap harus membubarkan Arcadis. Lagipula kalian masih bisa membuat prestasi dengan mengatasnamakan individu kan?"

"Ibu gak ngerti! Saya butuh usaha untuk diriin Arcadis sampai sebesar ini bu."

"Pihak sekolah juga butuh usaha untuk mendirikan sekolah ini Mora!"

"Bu, kasih kita satu kesempatan lagi kalo Arcadis bukan organisasi kayak gitu." Ucap Allison yang memohon. Yang lainnya pun ikut memohon pada Bu Monik-kepala sekolah Aliedor itu, kecuali Naykilla dan Nadrelly yang masih terlihat shock.

"Bu, kita seterusnya akan lebih memantau anak-anak Arcadis, kejadian kayak gini gak akan terulang."

Kepala sekolah langsung menghela nafasnya panjang, "oke, karena kasus ini berat, kita sekarang ke kelas. Cek tas semua anak-anak. Narkoba itu bukan mainan."

"Oke bu."

"Satu lagi, kalau ada yang tertangkap saat pengecekan tas nanti, Arcadis akan bubar, kamu janji Mora?"

Mora menggertakan giginya, "iya. Saya janji."

Setelah itu Bu Monik dan beberapa anak OSIS langsung menuju ke kelas-kelas. Mereka mengobrak-abrik semua tas siswa-siswi mulai dari kelas sepuluh sampai dua belas. Mora benar-benar tak habis pikir dengan Kenzie, Firza, dan Letta yang mengorbankan dirinya demi menjatuhkan Arcadis.

"Bu Monik, ini." Seorang anggota OSIS menjinjing sekantung kecil serbuk putih yang diduga merupakan sabu. Mora membelakakan matanya.

"GAK!"

Mora menghampiri siswa yang membawa barang tersebut. Mora tahu dia adalah anggota Arcadis lama yang setia.

"Lo?! Kenapa lo lakuin ini?!" Siswa itu hanya diam dan menunduk dan tak dapat berkutik lagi.

"Cukup, Mora! Ibu gak mau lihat pembelaan kamu. Siang ini gelar pertemuan di lapangan, bubarkan Arcadis secara resmi!"

"Bu! Ini bukan salah Arcadis!" Bertha mulai kehilangan kesabarannya.

"Lalu? Salah siapa?"

"Ya salah siswanya lah mau-mau aja pakai narkoba. Mora juga buktinya keluarin orang yang pake kan bu? Ini aja si cunguk baru ketahuan sekarang."

"Bertha, Mora, Mentari, Allison. Gak usah membela lagi."

"Bu," Quinella memanggil Bu Monik dengan suara yang mengerikan, "kalau ibu bertindak kayak gini, bukankah ibu dinamakan tidak adil?"

"Maksud kamu? Kamu mau saya skors?"

"Silahkan bu, kalo perkataan saya bisa buat ibu mikir, saya akan rela di skors." Bu Monik baru saja membuka mulutnya dan sudah diselak oleh wanita itu.

"Bu, kenapa kesalahan beberapa orang yang secara kebetulan adalah 'anggota Arcadis' bisa membuat ibu berfikir semua anggota Arcadis seperti itu? Arcadis gak salah bu. Mora juga sudah bertindak. Apa ibu melupakan semua jasa Arcadis terhadap sekolah? Apakah guru-guru lain lupa kalo Aliedor bisa sebesar ini ya karena jasa dari Arcadis."

"Sudah, ibu tidak mau dengar lagi. Silahkan Mora, persiapkan upacara nanti siang."

Mora jatuh ke lantai. Matanya menatap kosong. Segala hal yang telah dibagunnya.. Hancur seketika.

"Mora, udah ayo balik ke kelas." Mentari berniat menuntun Mora, namun gadis itu langsung dengan keras menepisnya. Ia langsung berlari menuju kelas Varden.

Kelas mereka sudah mulai belajar, Mora tak peduli. Mora langsung menarik kerah Varden dan meninjunya kencang. Hidung Varden pun mulai mengucurkan darah segar.

"MORA! Kamu ngapain?!"

"Anjing!" Mora seketika kalap dan mulai memukuli Varden.

Beberapa teman sekelasnya langsung menarik Mora untuk menjauhi Varden.

"SEMUA GARA-GARA LO SETAN!!!"

Varden bahkan tak bisa melawan Mora lagi karena serangan membabi buta dari Mora.

"MORA CUKUP!"

"VARDEN!! SEMUA GARA-GARA LO!" Mora mulai lemas karena dicekal oleh beberapa orang.

Mora jatuh, kepalanya pening ketika melihat guru-guru dan siswa-siswa masuk ke dalam kelas untuk mengamankan Mora dan Varden.

Mora jatuh dan ia dibawa oleh Romeo yang menggenggam tangannya kencang. Romeo membawanya kabur ke ruang kelas kosong di dekat gudang.

"MORA! HEY!" Romeo mengguncangkan tubuh Mora untuk menyadarkan dirinya.

Gadis itu tidak mengamuk, malah itu yang lebih ditakutkan oleh Romeo.

"Mora.."

"Rom.. Temen lo.. Bangsat!"

"Iya tau."

"A-arcadis, Rom.." Mora menunduk. Romeo tak membalas apapun, dia hanya mendekap gadis itu erat.

"Gue.."

"Shhh.."

Mora terdiam dalam pelukan Romeo. Dengan posisinya yang duduk di atas meja dan Romeo yang berdiri membuat Mora menjadi semakin pendek.

Mora mendorong tubuh Romeo pelan. "Gue harus siapin untuk bubarin Arcadis siang ini."

"Mora.. Kuat ya."

"Gue gak pernah lemah, Rom."

"Gue tahu, lo juga jangan terlalu maksa diri lo buat terlihat kuat. Malah itu yang membuat lo terlihat lemah."

Mora pergi dari pandangan Romeo, lagipula Romeo tak jauh berbeda dengan teman-temannya yang lain.

Mora tidak boleh lupa bahwa Romeo adalah Ketua OSIS SMA Aliedor. Mungkin saja Romeo diam-diam berada di balik semua itu. Dan hanya Varden yang tertangkap basah ya tentu karena Varden tak punya otak, sementara Romeo yang bermain santai dan memakai otaknya tentu akan bersembunyi dengan sempurna.

Mora kembali ke kelasnya. Masuk ke kelas tanpa rasa bersalah dan duduk di kursinya dengan lesu.

Walau Arcadis dibubarkan secara resmi. Mereka pikir, Mora tidak akan macam-macam lagi? Pemikiran apa itu? Bodoh.

****

Vote n comment loveee

Arcadis [SEQUEL OF 'BASKARA']Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang