LW - 57..

8.5K 888 11
                                    

HAPPY READING.

Lijen menyambut kedatangan wicen dengan raut bosan nya berbeda dengan reaksi pria di sebelah nya yang tampak gembira menyambut kedatangan sang kakak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lijen menyambut kedatangan wicen dengan raut bosan nya berbeda dengan reaksi pria di sebelah nya yang tampak gembira menyambut kedatangan sang kakak.

"Kak kau datang" Senang hwarang.

Wicen hanya terseyum lalu menganggukkan kepalanya.

"Milen!" Panggil lijen.

"Ya nona" Balas nya.

"Siapkan hidangan untuk yang mulia" Suruh nya.

"Baik" Patuh milen.

Lijen duduk tepat di depan kursi berhadapan dengan wicen yang jarak nya cukup jauh.

Awalnya lijen ingin mengunjungi wongle namun kedatangan wicen membuat nya terpaksa harus menunda nya.

Lijen yang tak sadar jika wicen terus menatap nya dengan tatapan terpesona.

Lagi pula pria mana yang tidak terpesona akan pesona nya seorang lijen? Tubuh terisi dengan wajah yang cantik walau tertutup cadar tipis.

Hwarang yang menyadari kemana pandangan sang kakak pun menyirit bingung.

"Kak" Sahut hwarang membuat wicen menoleh kearah suara.

"Akh, ya?" Gagap nya.

"Apakah kakak mendengar apa yang baru saja aku ucapkan" Tanya hwarang membuat wicen bingung karna tak mendengar apa yang hwarang bicarakan.

"Ah, memang apa yang kau ucapkan? Maafkan aku tadi aku sedang banyak pikiran jadi kurang mendengarkan ucapan mu" Elak wicen.

"Aku hanya ingin kakak membantu aku belajar bela diri, karna yang aku tau lijen sepertinya akan mengunjungi wongle di sekolah" Beritahu hwarang.

Lijen yang mendengar itu pun mengangkat satu alis nya.

Baguslah jika dia tahu batin lijen.

Wicen melirik lijen sekilas lalu menatap hwarang kembali.

Sepertinya hwarang tahu semua apa yang di lakukan lijen Ucap nya tersenyum kecut.

"Baiklah" Tulus wicen.

"Benarkah kakak mau?" Girang hwarang.

"Ya"

Hwarang menatap lijen yang sedari tadi menatap mereka.

"Lijen kau bisa mengunjungi adik mu wongle, aku bisa berlatih dengan kakak ku jadi kau tak usah khawatir" Ujar hwarang.

"Baiklah, aku permisi" Pamit lijen.

"Tunggu" Cegat wicen.

"Ada apa" Geram lijen karna sedari kemarin wicen terus mencegat nya.

"Awai!" Panggil wicen membuat perempuan itu berkerut bingung untuk apa pria ini memanggil pengawal pribadi nya.

Awai berjalan menundukkan kepalanya kearah mereka.

"Ya yang mulia" Patuh nya.

"Antarkan lah perempuan itu" Suruh nya.

"Hei! A-" Ucap lijen yang terpotong.

"Maafkan kelancangan ku, mari nona" Awai mempersilahkan lijen untuk jalan terlebih dulu.

Wicen hanya bisa menahan senyum saat perempuan itu melirik nya dengan raut kesal.

Lucu.

Setelah kepergian lijen kedua pria itu berjalan menuju halaman belakang tempat biasa hwarang berlatih.

Wicen terus melatih hwarang dengan teliti, bahkan jika salah sedikit gerakannya wicen pasti akan meminta hwarang mengulang dari awal.

Panas terik matahari membuat kedua tubuh pria itu banjir akan keringat, hwarang yang sudah berlatih dengan giat pun menghasilkan bentuk tubuh yang kakar.

Wicen yang sempat berganti pakaian pun membuat tubuh nya tercetak akibat keringat nya.

"Cukup sampai disini" Ujar wicen.

"Hah hah hah" Deru nafas hwarang memburu.

Wicen mengambil segelas air yang sudah disiapkan milen, lalu memberinya ke sang adik.

Lima belas menit mereka menstabilkan nafas nya dengan keheningan.

"Hwarang" Panggil sang kakak.

"Ya? Ada apa kak" Balas nya.

Terdiam cukup lama hingga akhirnya wicen kembali membuka suara.

"Bagaimana jika kakak menyukai seorang perempuan, apa itu akan bagus" Ucap nya membuat hwarang terkejut sekaligus bahagia.

"Benarkah? Tentu saja itu sangat bagus, apalagi ibu pasti dia akan merasa amat senang" Sahut nya.

"Benarkah? Apa kau juga akan merasa senang" Tanya nya.

"Sangat! aku pasti sangat senang" Senyum lebar nya.

"Bagus lah aku lega mendengar nya"

Lalu bagaimana jika aku menyukai perempuan yang sama dengan mu? Apa kau akan senang atau merasa kecewa pada ku batin nya

Hallo gays!

Lijenwang ☑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang