PELUH keringat membanjiri pelapis hingga sekujur tubuhnya, malam mengerikan kembali mendatangi sang raja, mata itu terbuka. Nyalang dengan deru nafas yang terdengar hingga keseluruhan ruangan. Bayangan akan kematian yang menyakitkan terus saja datang pada mimpinya tiap malam, bahkan hingga hampir seratus tahun sudah berlalu. Namun ketakutan itu tidak juga sirna dari dirinya.
Sang roh hutan benar-benar memberinya hukuman atas perilakunya yang semena-mena terhadap rakyat. Bukan hanya itu, jauh sebelumnya dia bahkan merusak ketenangan di dalam hutan. Berburu, membunuh, dan menyiksa para penghuni dan makhluk sakral yang tinggal di sana. Peringatan terus saja datang, namun sang raja mengabaikannya.
"RRRRggghhhh____roh sialan! Sampai kapan kau akan memberiku kutukan ini! Lebih baik kau bunuh saja aku dengan pedangku atau dengan busurmu!"
Mark, sang raja.
Melempar segala sesuatu yang berbeda di depannya, pecah, hancur berkeping. Itu membuat seluruh kamarnya berantakan dan penuh dengan beling kaca serta keramik.
"Yang mulia!" satu prajurit masuk ke dalam kamar pribadi Mark, Kun.
Kun adalah satu dari tiga prajurit Mark yang terkena kutukan abadi, mereka yang ikut andil dalam kekuasaan yang dilakukan oleh Mark akan ikut terkena kutukan itu.
"Dimana Yuta dan Hendery?" tanya Mark meremat surainya yang gelap, kepalanya pusing terasa ingin pecah.
"Mereka berdua sedang pergi ke desa yang mulia, sesuai dengan tugas yang kau berikan. Mereka akan pergi ke salah satu dukun di sana, dia sangat sulit untuk ditemukan. Mohon bersabar yang mulia."
"Aku lelah untuk menunggu! Siapkan kuda untukku! Aku akan pergi ke desa, dan kau Kun. Ikut denganku sekarang.
Kun menunduk.
"Baik yang mulia."
•
•
•
Mark mengikat tali pada kudanya di salah satu tempat peletakan kuda di desa, dia dan Kun lebih memilih berjalan kaki menyusuri jalan setapak dan jalan kecil di desa yang dapat ditelusuri dengan berjalan kaki.
Suara isakan terdengar dimana-mana, sudah seratus tahun sudah desanya dilanda kemiskinan dan kelaparan. Ditambah lagi dengan kekeringan yang parah, tapi apa Mark peduli? Tidak sama sekali, dia lebih memilih untuk bungkam, dia lebih memilih menutup matanya rapat-rapat, yang lebih penting dari itu adalah, dia dapat menemukan obat dari kutukannya daripada nasip rakyat yang sedang dibawah perintahnya.
Tidak ada yang mengenal mereka berdua. Semua orang tahu, sang raja telah mati seratus tahun yang lalu, maka dari itu. Raja sudah mati dalam pikiran semua orang, sebab dari itu kali ini mereka menggunakan jubah dengan tudung besar yang menutup seluruh kepala mereka, dengan hati-hati mereka berdua memasuki gang-gang kecil menelusuri rumah-rumah yang dicurigai menjadi tempat tinggal sang dukun yang terkenal dengan kekuatannya. Tapi apa yang mereka dapat sampai sejauh ini tidak ada.
Mark mengehentikan langkahnya.
Dari kejauhan, tanpa sengaja kedua mata Mark menatap ke salah satu penduduk yang kini tengah diberi satu keranjang makanan oleh seseorang yang cukup misterius, dia menggunakan jubah besar seperti yang dikenakan olehnya dan Kun saat ini, sosok itu membelai lembut kepala sang anak dari penduduk yang baru saja dia beri makan. Jika Mark dapat simpulkan, sosok itu merupakan seorang perempuan, tangannya putih bersih dan cukup lentik.
Dia berdiri dan membungkuk hormat. Sepertinya dia akan pergi dari sana, sosok itu berjalan ke arah Mark dan Kun sekarang, tanpa rasa ingin dicurigai, Mark menunduk untuk menyembunyikan wajahnya, dirinya berjalan ke arah berlawanan dari sosok itu, tepat saat mereka berpapasan jubah mereka berdua bersentuhan satu sama lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
[10] The Last Aurora Fairy
Fanfiction[COMPLETED] [Kingdom] [Legend] Sebuah kerajaan dan kastilnya dikutuk oleh roh hutan. Raja yang angkuh dan sombong diubah menjadi sosok menyeramkan dengan rasa kesepian yang sangat menyiksa. Penyelamat. Hanya dia, keturunan dari peri terakhir yang bi...