[10•] Fairy Tale 💮

4.9K 672 23
                                    

Outfit :

Jubah Mark

Jubah Haechan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jubah Haechan

MARK eratkan sabuknya yang melingkar pada pinggangnya untuk kuatkan celana yang dikenakan, tatap wajahnya dalam pantulan cermin yang berada di kamarnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

MARK eratkan sabuknya yang melingkar pada pinggangnya untuk kuatkan celana yang dikenakan, tatap wajahnya dalam pantulan cermin yang berada di kamarnya. Ia tatap wajah itu yang semakin buruk rupanya, kantung mata menghitam di bawah sana, kulit pucat dengan jalur saraf hitam yang hampir membentang hingga lehernya, penampilannya benar-benar jauh dari kata normal. Tidak seperti dulu, dimana wajahnya pancarkan aura yang membuat siapapun yang melihatnya akan terpana.

Ia sentuh wajah pucat itu, rasakan jari-jarinya yang usap dan telusuri setiap inci wajahnya sendiri, tangannya tak rasakan mulus lagi. Rasanya dingin hampir sedingin salju di atas pegunungan, dibalik bayangan diri sendiri terpantul bayangan sang peri hutan yang tengah menggantikan dirinya berdiri di sana, tengah tersenyum dengan wajahnya yang indah.

Bayangan saat baju itu basah kini kembali terlihat di depan kaca. Bagaimana baju tipis itu menempel pada tubuh sang peri hutan, bagaimana mulusnya kulit itu berkilau. Wajah yang cantik dengan tahi lalat seperti rasi bintang, dan bagaimana sayap itu membentang berkilau tambah indah di punggung sang peri hutan.

Sangat berbanding terbalik dengan dirinya.

Ia balik tubuhnya membelakangi cermin. Tidak ingin lagi lihat bagaimana wajah buruk itu di depan cermin, sungguh tak sedap untuk dipandang. Orang-orang lain yang melihatnya pasti akan lari ketakutan, terbirit-birit hingga berteriak. Mungkin akan mengumpatinya juga, atau lebih parahnya ingin membunuh dirinya.

"Perasaan macam apa ini?" Mark pegang dadanya yang terasa bergemuruh, ada rasa takut yang amat menyiksanya. Dimana keberanian dan keangkuhannya juga mulai terkikis bersamaan dengan tubuhnya yang mulai rapuh juga.

Dulu saat ia belum menerima kutukan. Tak ada satupun yang dia takutkan, ia akan pegang pedangnya dan habisi siapapun yang menghalanginya, siapapun yang ia tak suka. Ia akan bunuh saat itu juga. Penggal kepalanya sebagai penghakiman yang mutlak, hingga penghakiman terakhir pada malam purnama itu. Dimana semua mengubahnya menjadi seperti sekarang, ia bahkan belum lihat wujud sosok yang telah membuatnya menderita sedemikian rupa.

[10] The Last Aurora FairyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang