REMBULAN kini tampak bercahaya terang walau belum sepenuhnya dalam lingkaran. Dia merangkak hampir mengecup pucuk langit dengan kilaunya, menandakan sudah tengah malam dan pesta sudah berujung lelah. Semua suara denting piring dan cawan sudah tak terdengar, semuanya sudah melewati malam yang tak terlalu panjang. Hanya tinggal suara alam yang terdengar sepanjang jalan, menyapa siapapun yang masih terbangun untuk menikmati suasana malam yang ada.
Mark, Hendery dan Kun berbalik arah dari tempat semula mereka berada. Melangkah menjauh walau tetap menjaga jarak dengan dua orang lainnya di belakang yang nampak berpamitan dengan penduduk desa. Jubah mereka eratkan, menghalau angin malam yang mulai terasa menjilati sekujur tubuh yang sedikit basah karena embun mulai turun diantara dedaunan pohon lebat di dalam hutan. Tetesan-tetesan itu lembut, menyelimuti rerumputan yang hijau sedikit kecoklatan.
"Kita harus kembali." Mark memimpin perjalanan, melirik sekilas ke balik punggung saat dilihatnya Haechan mulai melangkah bersama Yuta. Tudung jubahnya ia kenakan, kepalanya teramat berdenyut menekan saraf-saraf yang mengelilinginya, terlihat jelas kehijauan di kulitnya yang pucat keabu-abuan. Malam ini tubuhnya terasa sangat kacau, hampir melebur jika Mark bisa menggambarkannya dengan kata itu. Entahlah, hanya saja dia mencoba untuk menahannya.
Mereka sudah hampir menyentuh setengah perjalanan untuk kembali ke wilayah istana, masih merasakan hawa kehadiran Yuta dalam radarnya, saat Hendery menghentikan mereka secara tiba-tiba begitu saja. Hentakkannya terasa meragu.
"Yang mulia berhenti." ucapnya menatap ke sekelilingnya, memantau dalam keheningan dan cahaya bulan yang merambat masuk ke dalam hutan. Mata sehijau zamrud nya menajam seperti mata kucing dalam sekilas pandang, telinganya sedikit bergerak menangkap suara gemeretak disusul suara gemuruh yang begitu besar. Kun dan sang raja juga mendengarnya, mereka beralih pandang ke arah sebelah timur dari poaisi mereka.
"Muaranya!" Kun yang pertama kali menyadarinya, ia langsung berlari memecah malam dan membelah angin yang melewati tubuhnya. Jubahnya berkibar, hingga ujungnya bergelombang.
Hendery dan Mark tak kalah melihatkan wajah kepanikan. Warna kulit mereka berdua bahkan menjadi keabuan yang pekat, darah berdesir berpacu dengan jantung yang memompanya hingga terasa panas di kepala. Kaki terus dibawa berlari, melihat keadaan yang mungkin saja buruk mendengar dari gemuruh seperti lolongan serigala di atas bukit.
Mereka bertiga berbelok, mengarah pada hulu muara tempat air mulai mengalir. Dia aliran muara, air bah juga sudah mulai membanjiri, sepertinya tanggul yang dibuat rusak, tidak mungkin muara itu akan rusak dalam waktu sesingkat ini. Kun sudah memperkirakan bentuk dan panjangnya, ditambah lagi muara itu diperkuat oleh Haechan dengan kekuatan sihir yang dimiliknya. Ini sesuatu yang mencurigakan.
Mark berhenti.
"Hendery! Urusi pembatas tanggul, turunkan itu dan halangi air yang semakin menerjang muara." Mark melepaskan jubah miliknya, melemparnya ke atas tanah dan kembali mendekati muara yang dibanjiri air sungai, Kun melakukan hal yang sama.
"Terbakar, yang mulia. Akar-akar itu terbakar!" Kun menarik pedang miliknya dari selongsong, dia mengarah ke akar-akar pohon yang melintang, mengayunkan dan memotong bagian-bagian yang dilahap oleh api yang mereka tak tahu berasal dari mana. Kun menendang, memotong hingga beberapa akar kayu tenggelam hanyut ke dalam aliran muata yang sangat deras. Di hulu muara Hendery juga sedang berjuang.
Ia menggantung pada pembatas, mencoba menarik penutup antara sungai dan muara. Itu tersangkut, ada sesuatu yang menghalanginya. Tubuhnya diterjang kerasnya air sungai yang mengalir malam ini, di bawah cahaya rembulan rambutnya berkilau basah dengan mata zamrud yang terus saja memicing. Ini sesuatu yang janggal. Hendery naik ke atas, menatap ke bagian pengait pembatas, benar dugaannya rusak dan ada biji besi yang diselipkan di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
[10] The Last Aurora Fairy
Fanfiction[COMPLETED] [Kingdom] [Legend] Sebuah kerajaan dan kastilnya dikutuk oleh roh hutan. Raja yang angkuh dan sombong diubah menjadi sosok menyeramkan dengan rasa kesepian yang sangat menyiksa. Penyelamat. Hanya dia, keturunan dari peri terakhir yang bi...