[6•] Fairy Tale 💮

5K 734 40
                                    

KUDA yang dinaiki Haechan dan Mark berjalan lambat saat melewati jalanan desa. Mark dan Haechan menaiki kuda yang sama. Haechan diposisi depan sedangkan Mark berada di belakang Haechan mengendalikan kuda dengan terus memegang tali kekang kuda melingkup tubuh Haechan agar tidak kabur dari dirinya. Hanya mereka berdua yang melakukan perjalanan menuju hutan tempat tinggal sang peri hutan, sedangkan ketiga prajuritnya diam di istana memantau istana saat sang raja tidak ada di kawasannya.

Haechan menepuk pelan leher sang kuda membuat sang kuda memperlambat lajunya. Haechan menatap dua pasang anak kecil yang saling memeluk satu sama lain, berselimut menggunakan kain yang sama. Kain yang nampak sudah compang-camping, kotor dan hanya tersisa setengah saja. Mungkin kedua anak itu merupakan kakak adik yang saling menjaga satu sama lain, sang peri hutan terus saja menatap iba kedua anak itu tanpa tahu jika Mark sudah mengeluarkan tatapan dingin dan tak suka, ia hendak menarik tali kekang pada kuda agar mereka kembali melanjutkan perjalanan. Namun sang peri hutan langsung menggengam pergelangan tangan Mark, untuk saat itu Mark hanya bias menatap pergelangan tangannya yang digengam erat.

"Bisakah kita turun sebentar? Ada yang harus aku lakukan." Haechan memalingkan wajahnya ke belakang, melirik sekilas wajah sang raja yang tersembunyi dibalik tudung jubahnya.

"Apa yang ingin kau lakukan? Kita lanjutkan saja perjalannya. Jangan lakukan hal yang lain." ucapnya kembali mengeratkan tangannya di tali kekang yang terbuat dari kulit berwarna kehitaman.

"Sebentar saja, kau bisa ikut denganku yang mulia. Hanya menghampiri dua anak itu." berinya sebuah lirikan ke arah dua anak yang semakin mengeratkan pelukan satu sama lain, mereka berada di gang sempit antara dua rumah yang terbuat dari kayu yang hampir reyot. Bahkan nyaris ambruk.

Mark menyingkirkan kedua tangannya yang berada diantara tubuh Haechan. Dia turun terlebih dahulu dan mengangkat kedua tangannya, dia selipkan diantara dua ketiak sang peri hutan yang setengah membungkuk ke arahnya. Dengan sekali lompatan tubuh Haechan mendarat dengan selamat.

Angin tiba-tiba berhembus dengan dedaunan yang melingkupi mereka, rambut keunguan Haechan melambai lambat tersapu angin, sedangkan tudung Mark tersingkap hingga jatuh dari kepala memperlihatkan wajah tampan namun pucat itu. Iris cerah Haechan dan iris kelam Mark saling bertubrukan, bertatapan dan menyelami satu sama lain untuk beberapa detik hingga angin itu hilang dari mereka berdua.

Mark memalingkan wajahnya dengan Haechan yang melepaskan diri dari sang raja. Ada sebersit perasaan canggung yang tercipta diantara mereka berdua, hingga sang raja membuka suara.

"Apa yang akan kau lakukan pada mereka berdua?" Mark memalingkan wajahnya ke arah dua anak yang tidak jauh dari mereka, dia melihat dua anak laki-laki yang tampak kotor di kawasan yang begitu kumuh. Dia seperti tidak percaya jika ada kawasan desa yang dipimpinnya dalam kondisi seperti ini. Mark jadi mempertanyakan diri sendiri sebagai seorang raja.

Haechan sedikit memberikan hormat kepada Mark, dia beralih ke dekat kantong penyimpanan yang terdapat di atas kuda. Dia mengambil satu buah roti yang diperuntukkan untuk Mark sebagai bekal perjalanan. Mark yang melihat itu langsung menghentikan sang peri hutan, dia menahan pundak Haechan dan diputarnya Haechan agar menghadap ke dirinya.

Mark menggertakkan gigi-giginya, "jangan macam-macam, Haechan." sang raja meremat pundak Haechan dengan tangannya yang lebar membuat Haechan sedikit meringis karenanya.

"Aku tidak pernah macam-macam, yang aku lakukan hanya berbagi. Kau memiliki banyak pasokan makanan. Tidak seperti mereka, kita tidak tahu kapan kita akan bertemu mereka lagi? Aku hanya menolongnya saat aku bisa. Apa salahnya?" kilauan mata Haechan terpancar begitu cerah, menyampaikan maksud yang akan ditujukannya pada dua anak kecil yang tampak tidak berdaya.

[10] The Last Aurora FairyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang