DUA patung Griffin yang menjaga gerbang utama mengepakkan sayapnya kaku. Kepalanya tergoyang lirik tiga orang yang masuk ke dalam istana, kala mata kilatnya tatap tiga sosok itu. Otot-otot yang mereka regangkan seketika kembali kaku dalam bentuk batu mereka, duduk bertengger dengan gagah dalam tatapan yang mengintimidasi, cakar-cakar mereka mencengkram kuat pinggir tembok istana yang tinggi menjulang dengan sulur-sulur merambat menjuntai setengahnya tak sampai sentuh tanah.
Salah satu kuda diserahkan pada Hendery sontak membuat sang raja langsung membawa tungkainya masuk ke dalam, tudung jubah hitamnya disibak dengan ujungnya yang melambai terkena angin dari arah timur. Terburu-buru ia masuk ke dalam, menapaki tangga untuk masuk ke dalam kamarnya.
Tempat dimana sang peri hutan dan Kun berada. Seperti apa yang diperintahkan olehnya. Namun saat netra matanya tak tangkap sosok dari keduanya sontak membuat darahnya berdesir hebat dengan jantung yang berdetak tak karuan, pikirannya mengarah pada sang peri hutan yang tinggalkan istananya. Harusnya ia tak biarkan peri itu terlalu bebas, pikirnya. Matanya bergerilya menyapu segala sudut ruangan, menelisik setiap inci tak biarkan satupun terlewatkan. Tapi dua sosok yang dicarinya tak kunjung jumpa membuat ia semakin berburuk sangka, ia tak ingin jika sang peri hutan untuk tinggalkan istananya, sampai satu buah jejak membuatnya mengerutkan kedua alis hampir bertautan hebat.
Langkahnya cepat dengan ujung sepatunya yang terhentak kuat. Mark berhenti di depan cermin.
"Apa ini? Sejak kapan benda ini ada di kamarku?" telisiknya dengan bola mata kelam yang terus menyelidiki. Tangannya terangkat genggam pinggir cermin yang awalnya biasa saja kini memantulkan bayangan sebuah pemandangan di tengah hutan, "apa mereka masuk ke dalam?"
Beradu dengan pikirannya sendiri, pada akhirnya sang raja membawa tungkainya untuk masuk ke dalam cermin. Dengan kepercayaan diri yang ada, samg raja masuk dalam satu kali lompatan. Tubuhnya perlahan masuk ke dalam aliran cermin yang bergoyang bagai permukaan kolam nan tenang hingga tubuh itu dilahap seluruhnya.
Mata itu terbuka pelan saat didapatinya tubuhnya sudah seimbang serta kaki yang sudah merasakan tumpuan datar seperti tanah, sepatu bootsnya seperti digelitik beberapa rerumputan menimbulkan bunyi ringan yang manjakan teling, aura ketenangan yang dirasakan seolah membuat Mark tercengang luar biasa. Ia tak percaya dengan apa yang dilihatnya, mata mengedar pelan. Sepasang mata bola kelam itu kini menangkap tupai-tupai nakal yang bermain di atas pohon-pohon yang berdiri kokoh dengan ujung menjilat ke arah langit.
"Hutan rahasia." Mark berlalu pergi saat ingatannya kembali pada tempat ini, tak salah lagi. Ia memang berada pada hutan rahasia milik sang peri hutan.
•
•
•
Haechan tengah asyik bermain dengan rusa putihnya, ia membelai rambut sang rusa yang terasa sangat halus dan lembut. Ia benamkan wajahnya yang cantik, biarkan wajahnya itu bergesekan dengan rambut sang rusa. Membelai bulu matanya hingga itu terasa amat sangat menggelitik, perasaan yang sangat nyaman. Hidungnya pun sama, rasa menggelitik membuatnya tersenyum. Ia sudah amat rindu dengan temannya satu ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
[10] The Last Aurora Fairy
Fanfiction[COMPLETED] [Kingdom] [Legend] Sebuah kerajaan dan kastilnya dikutuk oleh roh hutan. Raja yang angkuh dan sombong diubah menjadi sosok menyeramkan dengan rasa kesepian yang sangat menyiksa. Penyelamat. Hanya dia, keturunan dari peri terakhir yang bi...