KUDA yang dikendarai oleh Mark melaju kencang diikuti oleh Yuta dan Hendery di belakangnya. Memacu dengan tali kekang yang dipegang erat, jubah mereka berkibar diterpa angin kencang dalam laju kuda yang stabil membelah hutan. Mereka bertiga ambil jalur sepi dari para penyintas atau rakyatnya yang sedang pergi ke dalam hutan hanya sekedar cari kayu bakar. Mereka jauh dari jalan setapak utama hutan.
"Yang mulia!" Hendery yang pertama tarik tali kekang pada kuda yang dinaikinya, menepuk pelan kepala sang kuda agar tenang tak didengar oleh hewan buruan.
Berhentinya Hendery diikuti oleh Mark dan Yuta. Mereka berdua ikut hentikan laju kuda saat mereka sampai di sebuah padang ilalang dan juga setengah rerumputan tinggi dengan pohon-pohon yang mengelilingi sebagiannya, di sebuah bebatuan. Tepatnya di pertengahan pada ilalang yang sedikit tumbuh, Hendery melihat satu buah kijang yang tengah kunyah rerumputan yang tumbuh di sana, kepalanya menggeleng pelan saat kunyahan di mulutnya terasa penuh untuk dihabiskan.
Mark ambil busurnya dan satu anak panah yang berada di selongsongan untuk dikaitkan di tali busur yang dia pegang. Ujungnya yang terdapat bulu angsa Mark kaitkan dengan tali busur pada panahan, ia tarik nafas dalam-dalam. Pandang sang mangsa terlebih dahulu yang masih kunyah rerumputan itu lagi di dalam mulutnya. Kepala sang kijang tak hadap padanya, dan itu adalah posisi yang bagus baginya.
Mark turun dari kudanya agar lebih konsentrasi dalam membidik, dengan hati-hati sang raja mengendap-endap dan bersembunyi pada bebatuan yang ditutupi oleh beberapa rerumputan panjang. Tangannya ia angkat dengan tali busur yang ia tarik hingga kenai hidungnya. Satu mata terpejam bidik buruan agar tepat sasaran. Tarikannya semakin kuat saat jarak dan kekuatan angin dirasakannya sudah cukup.
Tangannya siap lepas sang anak panah saat suara benda jatuh terdengar tak jauh dari mereka bertiga membuat sang kijang melompat dan berlari dari lokasi awal.
"Sial!" sang raja turunkan busurnya dengan anak panah yang dia kembalikan pada selongsongan.
Ia balik diri menghadap ke bagian hutan yang lain, langkahkan kakinya dengan suara boots yang yang ringan menginjak rerumputan. Suara yang didengarnya kini membuatnya marah serta penasaran, sosok yang membuat suara itu membuat buruannya kabur. Akan ia berikan pelajaran pada orang yang telah mengacaukan kegiatan sang raja.
Yuta dan Hendery yang melihatnya juga ikut turun dengan pedang yang sudah dilepaskan dari selongsongnya. Kaki mereka bergerak pelan tak timbulkan suara yang mencurigakan. Semakin mereka masuk ke dalam hutan semakin kuat suara itu terdengar. Tak hanya satu, mungkin ada tiga atau lebih dari sang pembuat suara.
Mark hentikan langkahnya, ia sembunyi dibalik pepohonan yang tak jauh dari sumber suara. Ekor matanya lirik ke arah depan dengan menyembulkan kepalanya agar tak terlihat. Iris matanya yang kelam ia tajamkan untuk lihat lebih jelas apa yang sedang terjadi di depan sana, tepatnya di bagian tanah yang lebih bawah dari tempatnya berpijak sekarang. Ia segera berbalik lihat Yuta dan Hendery yang juga mendekat, sang raja letakkan jari telunjuk di bibirnya beri isyarat agar kedua prajuritnya agar tetap tenang dan diam.
KAMU SEDANG MEMBACA
[10] The Last Aurora Fairy
Fanfic[COMPLETED] [Kingdom] [Legend] Sebuah kerajaan dan kastilnya dikutuk oleh roh hutan. Raja yang angkuh dan sombong diubah menjadi sosok menyeramkan dengan rasa kesepian yang sangat menyiksa. Penyelamat. Hanya dia, keturunan dari peri terakhir yang bi...