[15•] Fairy Tale 💮

3.7K 494 3
                                    

PEPOHONAN rimbun sejauh mata memandang, udara terasa lebih hangat dibanding udara di luar cermin pembatas. Untung saja portal itu tak menghilang seperti yang ada dalam pikiran, hanya ditutupi kain kehijauan besar menutupinya hingga sulur tak keluar dari kayu-kayu ukiran cermin, tetap terjaga agar para penghuni tak menerobos masuk garis batas yang sudah ditentukan.

Cahaya matahari menerobos masuk lewat celah-celah dedaunan yang tumbuh menjulang hingga ujungnya seperti akan tusuk langit di atasnya, menciptakan ribuan butir seperti kristal di atas tanah bertebaran. Ikut bergoyang kala angin menyapu ranting dan dahan pohon yang terlintas sebelum hilang pergi ke tempat selanjutnya. Berbisik mendayu bergaung di dalam telinga.

Kedua kaki tertekuk, kedua tangan terlipat dan berada di atas lutut. Tatapan sendu terus mengarah ke depan, menyaksikan beberapa kupu-kupu yang melayang saling mengejar. Begitupun dengan beberapa tupai yang bermain di atas rerumputan, mengambil kacang yang tersebar dan disembunyikan di dalam mulut mereka. Mengembung membuat pipi mereka seperti akan meledak adanya.

Haechan hanya tersenyum simpul, tersembunyi diantara lipatan kaki saat lihat tingkah lucu dari teman-temannya di hutan rahasia. Memahami kegundahan hati, rusa milik sang peri hutan datang mendekat. Bulu-bulunya bergoyang dengan ujung yang berkilau. Ia menunduk, mengelus ujung kepala dengan milik sang peri hutan hingga sang empu mendongak beri respon cukup lambat. Haechan angkat wajahnya, dengan senyum kecil terpatri di wajahnya yang berwarna tan sangatlah menawan.

"Jangan berpikiran buruk, yang mulia hanya membereskan penyusup yang masuk ke dalam istana. Mereka mencoba menerobos, memata-matai daerah istana. Mereka memiliki niat buruk Haechan." Kun meletakkan pedang pada tanah, duduk bersila dengan punggung yang ditegakkan. Dari belakang tampak punggung sang peri hutan masih terlihat lelah dengan sayap terkulai sentuh tanah dan rerumputan yang diduduki.

"Apa harus dengan cara membunuh? Kutukan itu akan semakin menggerogoti tubuhnya jika ia melakukan hal buruk. Apa dia tak berfikir seperti itu, Mark tak perlu membunuhnya. Bukankah dia bisa memadukannya ke dalam penjara bawah tanah, tak seharusnya dia berteriak." Haechan mengelus bagian kepala atas sang rusa hingga Blue menundukkan kepala, memejamkan mata nikmati sentuhan lembut dari sang pemiliknya. Bulu-bulunya tersisir di celah-celah jemari Haechan terasa menggelitik.

"Mark memang seperti itu, aku hanya prajurit yang menjalankan perintah. Tapi ada sesuatu hal yang membuatnya sedikit berubah akhir-akhir ini. Dan kuharap kau mempercayainya." Kun masih menatap punggung Haechan, punggung yang tertempel sayap berwarna violet. "Aku ingin bertanya, apa yang kau sedihkan dari yang mulia? Kesan pertama buruk di matamu. Bukankah kau sudah tau. Atau karena dia membentakmu? Responmu terlalu berbeda saat pertama kau menginjakkan kaki di istana."

Haechan terdiam, kali ini sang peri hutan putar tubuh hadap sang prajurit; Kun.

"Tidak ada, hanya merasa aku harus segera menyembuhkannya. Aku hanya khawatir, jika sifat congkaknya hanya akan memperburuk keadaan, aku juga ingin mengejar kebebasan atas titah darinya."

"Kau yakin? Hanya itu? Aku melihat kejadian tadi pagi. Antara kau dan yang mulia."

Pernyataan yang dituturkan oleh Kun mampu membuat aliran darah Haechan berkumpul di sekitar daerah wajah buat dia merah merona tak bisa untuk ditahan. Sang peri hutan kembali putar arah membelakangi sang prajurit agar Kun tak perhatikan wajahnya yang merah padam.

"Ya, itu____hanya kesalahan yang tak disengaja. Ada sesuatu yang mendorong kami melakukan itu. Kami tidak menyadarinya." bantah Haechan dengan wajah yang kembali dibenamkan.

"Ketertarikan? Perasaan melindungi? Cinta?" terkan Kun dengan pertanyaan yang beruntun.

Jantung Haechan kembali seperti akan melompat keluar, mengoyak daging dan patahkan tulang rusuk yang menopang organ bagian dalam.

[10] The Last Aurora FairyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang