[21•] Fairy Tale 💮

3.4K 480 27
                                    

HAECHAN mulai meremas surai bagian belakang milik Mark, menyalurkan rasa frustasi yang tengah bersarang di dalam hatinya, terpendam, terkubur dalam liang yang dibuat oleh dirinya sendiri. Gelenyar perasaan yang terpecah memberikan sensasi api menyala di setiap ciuman yang diberikan oleh Mark, dia tidak tahu kapan punggung dengan sayapnya yang sudah tertekuk menempel pada ranjang enggan untuk bangun atau membuka mata, walau sang raja semakin mendesak ingin masuk lebih dalam. Haechan sedikit menahan tapi tak sampai menolak sepenuhnya, membiarkan sang raja melakukannya.

Mark merengkuh tubuh Haechan begitu posesif sekan Haechan akan lari dari dirinya saat ini juga, menghilang seperti buih di lautan, meninggalkan kenangan dengan bayang-bayang paling menyakitkan. Bayangan akan kegelapan yang melahap dirinya meluap begitu ciuman semakin dalam, melesatkan lidah pada rongga mulut Haechan yang dapat ia rasakan dengan ujung lidahnya deretan gigi dan langit-langit mulut sang oeri hutan yang basah serta licin, dalam cahaya perak sang raja semakin mendesak Haechan semakin kuat. Tangannya yang dingin mulai menjalar pada pinggang Haechan yang terbalut pakaian panjang, putih tipis hingga menyentuh lutut dengan kain depan yang mulai ia buka satu persatu.

Tangan itu masuk ke dalam dada, membelai milik Haechan dengan perlahan. Merasakan kembali sebagaimana kulit itu sangat halus beserta mulus bak kulit apel segar yang baru dipetik dari perkebunan. Tubuh Haechan yang dapat ia pandang secara tak sengaja saat Haechan mandi di kamar mandi pribadi miliknya, lekukan itu tergambar jelas bagai lukisan sang cendikiawan. Terpesona akan keindahan setiap inci yang dimiliki sang peri hutan, setiap hari dan setiap denting dawai tawa yang bergaung dalam telinganya memanjakan dia setiap memejamkan mata. Bahkan sekarang sentuhan jemari sang peri pada surainya terasa menggelitik seperti bulu angsa.

Tanpa membuka mata dengan ketajaman insting yang dimiliki sang raja, Mark melepaskan ciumannya tapi tak lepas dari wajah Haechan yang bercahaya kemilau. Ujung hidungnya tetap menempel pada pipi Haechan, menelusuri setiap jejak keindahan yang dimiliki sang peri hutan, membiarkannya seperti kuas yang menari di atas kanvas putih tak terjamah.

Haechan yang mendapatkan perlakuan bak putri ratu semakin mengeratkan pelukannya pada surai kusam milik Mark, tak pernah ia rasakan perasaan aneh yang sedang mendera seluruh tubuhnya. Semua bagai dihinggapi beribu semut liar dan kupu-kupu terbang yang hinggap di tubuhnya, suara derit ranjang yang bergelombang membawa Haechan pada titik buta kewarasan yang ada. Hanya sekali, dan ia berharap malam ini tak akan pernah berlalu. Perasaan yang tumbuh semakin membuat Haechan frustasi, dengan keadaan dan situasi antara dirinya dan Mark. Haechan mendongak, hingga tubuhnya sedikit melengkung ke atas saat dirasakannya Mark mulai membenamkan wajahnya pada ceruk lehernya yang sudah terekspos begitu saja.

Mark menurunkan wajah, menelusup masuk dalam ceruk leher Haechan yang menguarkan aroma seperti serbuk peony yang selalu ia hirup sebagai makannya, aroma itu semakin kuat terasa dengan beberapa tangkai yang tersebar di atas ranjang milik Haechan, sang peri hutan bergerak gelisah saat Mark mengendusnya semakin dalam hingga aroma bunga menyeruak dalam rongga hidung sang raja hingga meronta di dalam rongga paru-paru. Kini semuanya terasa menakjubkan, ditambah dagu tajamnya menyentuh sebagaimana tulang selangka Haechan yang tercetak rapi. Hanya satu kata, indah.

Mark mengecup pelan tulang selangka milik sang peri hutan, mengecupnya bagai kuncup bunga mawar. Mark jadi teringat akan janjinya terhadap Haechan, bahwa dia akan membawakannya bunga mawar walau hanya satu tangkai, tepat di telapak tangan Haechan. Mark akan menyerahkannya.

Nanti.

"Mark____" satu lantunan suara merdu lolos dari bibir plum Haechan. Dan sedetik itu juga Mark terdiam dengan mata terbuka lebar, tubuhnya langsung terduduk di atas ranjang. Matanya kini menelisik sosok yang berada di bawah rengkuhannya. Baju Haechan sudah terbuka setengah, menampilkan dada dan dua buah benjolan coklat di sana. Bahkan mata kelamnya menangkap sebuah bercak di dekat tulang selangka sang peri hutan di sebelah kiri. Perbuatan dari dirinya barusan.

[10] The Last Aurora FairyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang